Ketupat yang satu ini berasal dari Jawa Tengah, tepatnya di Demak. Namun, seiring berkembangnya zaman, ketupat ini sudah merambah ke berbagai daerah, termasuk di Kota Pahlawan.

Munculnya ketupat ini identik ketika bulan Ramadan berakhir sekaligus bergantinya kalender bulan Syawal. Bentuknya yang unik, ditambah ada perbedaan dibanding ketupat-ketupat pada umumnya, yaitu bahan dasar pembuatannya.

Di Surabaya, kuliner yang satu ini bisa dijumpai di depot-depot atau warung-warung di Kelurahan Gubeng, Kertajaya, Pucang Sewu, Barata Jaya, Mojo, dan Airlangga. Harganya pun relatif akrab di kantong alias terjangkau. Satu porsinya rata-rata dipatok Rp15.000,- hingga Rp20.000,-.

Konon, keberadaan ketupat ini berawal di tahun 1950an, dan sang inisiatornya adalah Mbah Sutimah dan Mbah Samin, keduanya tinggal di Kampung Jaten Cilik, Demak, Jawa Tengah. Saat itu, ketupat ini belum dinamai seperti sekarang, hanya kupat saja tanpa embel-embel di belakangnya.

Ketupat Jembut, demikianlah nama yang disandang ketupat yang rasanya tak kalah dibanding menu-menu kuliner di restoran-restoran atau rumah makan. Nama itu disematkan karena bentuk atau wujud ketupat ini sangat mirip rambut organ vital manusia.

Apabila tidak ingin membeli di depot-depot atau warung-warung alias ingin membuatnya sendiri, pembuatan Ketupat Jembut pun tidaklah sulit. Prosesnya diawali dengan membuat anyaman berbahan dasar daun kelapa, kemudian dibentuk sebagaimana umumnya ketupat.

Setelah itu, wadah atau bungkus ketupat berbahan dasar daun kelapa tersebut diisi beras dan dimasak dengan durasi pada umumnya ketupat dibuat.Usai proses perubahan beras menjadi nasi di dalam wadah atau bungkus alias berstatus matang, ketupat tersebut dibelah tengah, lalu diisikan dengan taoge atau kecambah, dan kubis secukupnya, serta sambal kelapa.

Berbeda dibanding ketupat pada umumnya, meski tanpa ada sayur atau lauk pauk di sampingnya, ketupat ini bisa langsung dimakan karena di dalamnya sudah ada taoge atau kecambah, kubis, dan sambal kelapa.Namun, ketika disajikan di depot-depot atau warung-warung, sudah pasti ketupat ini akan disandingkan dengan sayur atau lauk pauk, seperti opor atau sambal goreng.

Rasa ketupat ini begitu nikmat di lidah, terutama saat mengunyah sambal kelapa yang bercampur dengan taoge atau kecambah, dan kubis. Kenikmatan ketupat ini semakin bertambah lagi kalau ada opor atau sambal goreng di sampingnya.

Meski secara tradisi kemunculan ketupat ini hanya terlihat pada bulan Syawal atau sesudah bulan Ramadan, seiring makin majunya dunia kuliner, depot-depot atau warung-warung menyajikannya sepanjang bulan. (dodik)