Sudah terhitung delapan bulan semenjak kasus pertama Covid-19 di Indonesia, namun kasus positif masih terus melunjak hingga angka 500.000 per November 2020. Banyak kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah demi meminimalisasi penyebaran virus Covid-19, salah satunya adalah penutupan tempat umum yang bisa memicu khalayak ramai seperti kafe, restauran, tempat ibadah, dan pusat perbelanjaan. Dengan ditutupnya tempat ibadah, maka seluruh umat beragama disarankan untuk beribadah di rumah saja agar tetap terhindar dari kemungkinan penularan virus Covid-19.
Lantas, sebagai umat Katolik, “ibadah” yang bagaimana dan apa saja yang bisa kita lakukan di dalam rumah? Jawabannya bisa kita telusuri dari pemikiran Bapa Richard McBrien (Alm.) yang merupakan seorang pastor dan profesor teologi di Universitas Notre Dame. Ia juga seorang penulis yang telah menerbitkan kurang lebih 25 buku dan sejumlah artikel maupun esai yang berkaitan dengan ajaran katolik.

Dalam bukunya yang berjudul Catholicism, ia menyatakan bahwa jantung spiritualitas agama Katolik terletak pada ibadahnya (worship), yang mencakup ibadah liturgis dan nonliturgis. Catholicism menyebutkan bahwa ekspresi tertinggi dari ibadah Katolik adalah Ekaristi, yang merupakan ibadah liturgi.
Selama pandemi Covid-19, sebagian gereja sudah bisa melaksanakan misa daring (online) sehingga umat tidak perlu hadir langsung di tempat ibadah. Di satu sisi, bagi umat Katolik yang tinggal di pelosok daerah mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan jaringan yang stabil sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti misa daring (online). Jangan khawatir. Apabila tidak memungkinkan untuk ikut ibadah liturgi, masih bisa melakukan ibadah nonliturgis, seperti devosi. Ada beragam devosi, misalnya Doa Rosario, Jalan Salib, Novena, dan masih banyak lagi. Namun, Catholicism mengingatkan agar melaksanakan devosi sesuai waktunya agar orang-orang bisa lebih merasakan esensi dan menghayati devosi tersebut.
Perlu diingat, walaupun selama pandemi ini kita hanya bisa melakukan ibadah dengan seadanya, hal itu bukanlah perkara besar dalam iman Katolik. Dalam salah satu artikel terbitannya, Bapa Richard McBrien pernah mengatakan bahwa inti dari Kekatolikan bukan hanya masalah iman dan ibadah, tetapi mengenai hal yang lebih fundamental, yaitu tindakan. Faktanya, iman tanpa perbuatan adalah mati. Ibadah tentu saja penting, namun Yesus juga mengingatkan kita semua terkait pentingnya ajaran kasih. Jangan sampai hanya fokus pada ibadah dan iman, namun lupa menunjukkan tindakan kasih terhadap sesama. Seperti yang kita ketahui, selama pandemi ini banyak sekali orang yang mengalami masalah finansial, maka siapapun yang diberkahi dengan “kelebihan” alangkah baiknya apabila bersedia untuk menolong yang sedang berkesusahan.
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 Yoh 3:17-18)
(Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga)