Literasi yaitu keterampilan seseorang dalam mengelola informasi saat membaca maupun menulis. Indonesia yang masih berupa negara berkembang cenderung memiliki tingkat literasi yang rendah. Tingkat literasi dari suatu negara dapat melambangkan kualitas negara itu sendiri. Minat baca masyarakat di suatu negara berbanding lurus dengan wawasan maupun pengetahuan masyarakat suatu bangsa. Dapat diartikan jika tingkat literasi masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat, maka akan berakibat fatal untuk ke depannya.

Irianto, P. O. (2017) mengatakan pentingnya kesadaran berliterasi sangat mendukung keberhasilan seseorang dalam menangani berbagai persoalan. Melalui kemampuan literasi, seseorang tidak saja memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga bisa mendokumentasikan sepenggal pengalaman yang menjadi rujukan di masa yang akan datang. Literasi begitu penting perannya bagi bangsa agar Indonesia dapat bangkit dari keterpurukan bahkan bersaing dan hidup sejajar dengan bangsa lain.

Kondisi dari tingkat literasi Indonesia ini pernah dibahas dalam acara kampanye salah seorang politisi debutan baru di Amerika Serikat. Dilansir dari Republika, UNESCO pernah menyebutkan urutan dari tingkat literasi di berbagai negara. Indonesia sebagai salah satu negara yang menjadi anggota dari PBB berada pada tingkat 64 dari 65 negara yang tingkat literasinya disurvei oleh UNESCO. Selain itu fakta miris lainnya mengenai tingkat literasi di Indonesia yaitu tingkat membaca siswa Indonesia hanya menempati urutan 57 dari 65 negara. Bahkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 yang artinya setiap 1000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang mempunyai minat membaca.

Saat ini kita berada di era revolusi industri ke-4 yang ditandai dengan masifnya penggunaan teknologi. Pada titik ini, segala sesuatunya bergerak cepat dan cenderung mudah dicapai hingga efek penurunan budaya membaca terasa karena aktivitas masyarakat banyak bergantung pada penggunaan gadgetdan internet.

Literasi digital, dilihat dari perspektif Industri 4.0 menekankan bagaimana merespons dan menyaring penggunaan digital dalam berbagai cara. Beberapa di antaranya dengan membuat modul e-learning atau menggunakan platform pembelajaran gratis seperti podcast, blog, situs web, atau media sosial yang banyak digunakan. Namun, dalam beberapa hal penggunaan teknologi untukkegiatan tersebut masih sedikit eksistensinya terutama dalam media sosial. Kebanyakan orang menggunakan teknologi terkini termasuk media sosial hanya sebagai media hiburan, bukan sebagai media edukasi.

Selain itu, pandemi Covid-19 telah mengubah segala sesuatu yang biasanya dilakukan secara luring menjadidaring atauonline. Literasi digital dianggap penting dan memberdayakan pengguna untuk mengikuti perubahan yang ada (Tarigan & Takari, 2019). Dengan memanfaatkan literasi digital dan jumlah warganet yang banyak di Indonesia, maka untuk menstimulasi budaya literasi di Indonesia bukanlah hal yang mustahil.

Penggunaan media sosial sebagai salah satu fitur yang tersedia dalam teknologi berupa tablet, handphone, maupun komputer semakin melejit. Untuk saat ini media sosial memiliki peran sebagai kunci dalam kehidupan masyarakat. Media sosial sendiri merupakan suatu media daring yang dapat memudahkan proses komunikasi antar orang-orang dan dalam jarak tertentu. Hal ini dapat diartikan bahwa media sosial dapat mempermudah kegiatan manusia dalam kesehariannya. Dengan adanya kelebihan berkomunikasi secara mudah, media sosial dapat dikatakan adalah salah satu solusi terbaik untuk melakukan kegiatan yang mengharuskan untuk bertemu di masa pandemi ini.

Berdasarkan uraian di atas, artikel ini difokuskan pada peran literasi digital dan media sosial dalam upaya menstimulasi minat literasi di Indonesia. Adapun tujuan dari artikel ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana media sosial dapat berperan dalam menstimulasi kecintaan terhadap budaya literasi di Indonesia.

Budaya literasi di Indonesia.

Literasi secara singkat diartikan sebagai suatu keterampilan seseorang dalam mengelola informasi saat membaca maupun menulis. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya budaya literasi, salah satunya yang menjadi faktor paling penting dan paling standar yaitu kebiasaan membaca seseorang. Kebiasaan membaca itu sendiri melingkupi waktu yang dihabiskan untuk membaca, jenis bahan bacaan, maupun banyaknya bahan bacaan yang dibaca. Kemampuan membaca merupakan basis bagi terwujudnya kebiasaan membaca seseorang, tetapi kemampuan membaca pada diri seseorang bukan jaminan bagi terciptanya kebiasaan membaca karena kebiasaan membaca juga dipengaruhi oleh faktor lainnya (Winoto, 1994: 151).

Salah satufaktor lain tersebut yaitu keterbatasan dari bahan bacaan yang ada. Orang-orang kebanyakan membaca untuk sekadar mencari hiburan.Namun, kebanyakan bahan bacaan yang tersedia secara umum dan gratis kebanyakkan adalah buku-buku lama yang mungkin terasa kurang menarik saat ini, utamanya di kalangan remaja dan anak-anak. Sedangkan buku-buku yang menarik untuk anak-anak dan remaja kebanyakan memerlukan biaya untuk membacanya karena hanya tersedia di toko buku yang mengharuskan membelinya terlebih dahulu untuk bisa membacanya sehingga kebanyakan memilih untuk tidak membaca daripada mengeluarkan biaya banyak. Pola pikir seperti ini lama-kelamaan menjadi suatu kebiasaan yang membuat orang-orang menganggap membaca tidak seru dan akhirnya kebiasaan membaca pun menurun dan membuat tingkat literasi di Indonesia juga ikut menduduki posisi bawah.

Minat membaca sangat berpengaruhterhadap tingkat kemajuan pendidikan suatu bangsa. Semakin tinggi minat baca suatu bangsa, maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan pendidikan bangsa tersebut. Parameter kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi pendidikannya. Pendidikan selalu berkaitan dengan kegiatan belajar (Harjasujana, 1997). Belajar selalu identik dengan membaca dikarenakan membaca sendiri dapat meningkatkan beberapa kapasitas dalam diri seseorang, di antaranya seperti pengetahuan, sikap, dan juga keterampilan.

Pada tahun 2011 UNESCO pernah mengeluarkan survei minat baca di negara-negara ASEAN, indeks minat baca di Indonesia sendiri baru mencapai 0,001 yang artinya setiap 1000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang mempunyai minat membaca. Minat baca masyarakat Indonesia yang rendah ini akan berpengaruh pada kualitas bangsa ini. Hal tersebut dikarenakan semakin minimnya minat baca, semakin sedikit pula masyarakat yang mau membaca dan hal itu akhirnya dapat menyebabkan minimnya informasi maupun pengetahuan yang diterima oleh masyarakat Indonesia. Minimnya informasi ini pada akhirnya dapat membuat Indonesia tertinggal dari negara-negara lainnya dalam hal mendapatkan informasi. Walaupun Indonesia sendiri masih merupakan negara berkembang, alangkah baiknya masyarakat Indonesia dapat meningkatkan minat baca yang pada akhirnya bisa membawa Indonesia menjadi negara maju untuk ke depannya.

Literasi juga menjadi kecakapan hidup yang menjadikan manusia berfungsi maksimal dalam masyarakat. Kecakapan hidup bersumber dari kemampuan memecahkan masalah melalui kegiatan berpikir kritis. Selain itu, literasi juga menjadi refleksi penguasaan dan apresiasi budaya. Masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang menanamkan nilai-nilai positif sebagai upaya aktualisasi dirinya. Aktualisasi diri terbentuk melalui interpretasi, yaitu kegiatan mencari dan membangun makna kehidupan. Hal tersebut dapat dicapai melalui penguasaan literasi yang baik.

Generasi muda harus terbiasa dengan membaca berbagai informasi dan mengakses informasi dari media elektronik maupun media cetak. Selain itu, mereka perlu mengikuti perkembangan peradaban yang sedang terjadi secara faktual. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kompetensi berbahasa dan bersastra berbasis literasi perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas dalam membangun insan literat.

Media sosial sebagai sarana menstimulasi budaya literasi di Indonesia.

Menurut Ridwan Sanjaya (2010: 65), media sosial merupakan media yang berbasis jaringan internet yang digunakan untuk berinteraksi antar sesama pengguna di dunia maya. Media sosial juga menjadi wadah untuk berekspresi dan mengembangkan kepribadian melalui interaksi global, sehingga para pengguna dapat belajar sopan santun, bertukar pikiran, dan lain-lain.

Belakangan ini, pengguna media sosial di Indonesia telah melonjak naik dengan beberapa platform yang tersebar di Indonesia, seperti Instagram, Twitter, Facebook, Telegram, bahkan TikTok. Melalui platform tersebut pengguna dapat bertukar informasi dengan pengguna lainnya, yang mana kebanyakan warga di Indonesia cenderung lebih suka membaca melalui internet.

Facebook dan Twitter memiliki pelanggan terbanyak. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nufransa Wira Sakti (2014: 19-20), bahwa pengguna Twitter di seluruh dunia pada tahun 2011 telah mencapai angka 383 juta orang. Pelanggan layanan ini memiliki Indonesia sebagai pengguna akun terbanyak ketiga dari seluruh dunia, jumlahnya mencapai 19,5 juta orang. Tiga peringkat selanjutnya diduduki oleh Amerika Serikat, Brazil, kemudian Jepang. Indonesia juga menduduki peringkat ke-5 dalam banyaknya pengguna layanan Facebook.

Lingkup pertemanan pada media sosial biasanya berasal dari beragam latar belakang pendidikan, etnis, suku, budaya dan bahasa. Kemudian dengan media sosial juga dapat mengetahui berita terkini, dan beragam informasi mengenai ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya dari banyak sumber. Selain itu, media sosial juga menjadi arena kritik dan saran bagi mereka yang ingin mengasah kemampuan berpikir mereka.

Yanti Herlanti (2014: 3) mengungkapkan bahwa kelebihan dari media sosial adalah sifat komunikasi yang ditulis secara online sehingga dapat menimbulkan kondisi belajar yang partisipatif. Menurut Azimah Soebagijo (2008: 131) tujuan dari media literasi adalah untuk memberitahu orang kerugian dan keuntungan dari media sosial. Dengan literasi kita dapat mengetahui mana berita yang benar dan mana yang hanya sekadar menipu karena mempelajari literasi media erat kaitannya dengan peningkatan kemampuan peserta untuk memahami dan menganalisis isi media.

Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Hafidz, untuk membedakan berita asli dan palsu terlebih dahulu harus memperhatikan sumber dari mana berita tersebut berasal karena berita asli hanya akan bersumber dari situs yang resmi saja.Ia juga berpendapat saat ini situs berita banyak yang telah dipalsukan dan memiliki nama yang cukup mirip dengan situs berita asli sehingga benar tidaknya berita tersebut bisa dibedakan dengan cara melihat, apakah tulisan tersebut sebuah karya jurnalistik atau bukan.

Peran media sosial dalam menstimulasi minat literasi di Indonesia bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya seperti meningkatkan minat literasi masyarakatdengan mengkampanyekan gerakan peningkatan literasi berbasiskan media sosial. Gerakan tersebut bisa saja dijadikan tren di tengah masyarakat terutama di kalangan remaja yang sangat menyukai dan bahkan sering mengikuti tren-tren yang sangat begitu marak di media sosial. Tren tersebut dapat berupa gerakan membaca satu berita dalam sehari ataupun gerakan membaca satu buku dalam seminggu. Dengan demikian, tingkat literasi masyarakat bisa ikut meningkat.

Selain itu, dalam meningkatkan minat literasi bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk bisa diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa lomba menulis ataupun webinar yang dapat membina masyarakat agar dapat meningkatkan tingkat literasi mereka. Dengan adanya media sosial, berita mengenai adanya kegiatan-kegiatan tersebut dapat tersampaikan secara luas di tengah masyarakat.

Maka dari itu, penggunaan media sosial sebagai sarana untuk menstimulasi budaya literasi di Indonesia merupakan pilihan yang tepat. Selain mudah digunakan dalam penyebaran informasinya, bahan bacaan yang disediakan pun sangat berlimpah sehingga kemampuan literasi di indonesia pun akan meningkat dilihat dari banyaknya pengguna media sosial.

Penutup.

Literasi yang merupakan keterampilan dasar seseorang dalam memperoleh sebuah informasi menjadikannya penting bagi suatu bangsa. Tingkat literasi suatu bangsa dapat melambangkan kualitas bangsa itu sendiri. Langkah Indonesia untuk menjadi negara maju dapat dilaksanakan dengan hal kecil terlebih dahulu seperti meningkatkan budaya literasi di kalangan masyarakat Indonesia yang sebetulnya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Budaya literasi itu sendiri dianggap penting karena semakin tinggi budaya literasi maka semakin tinggi pula informasi yang bisa didapatkan, dan semakin rendah budaya literasi tersebut maka semakin rendah pula informasi yang bisa didapatkan masyarakat bangsa itu.

Di era revolusi industri ke-4 yang ditandai dengan masifnya penggunaan teknologi, penggunaan media sosial sebagai salah satu fitur yang tersedia dalam teknologi mengambil peran kunci dalam kehidupan masyarakat. Jika digunakan dengan tepat, media sosial dapat menjadi solusi terbaik dalam meningkatkan literasi di kalangan masyarakat Indonesia.

Selain banyak digunakan, media sosialjuga dapat menyalurkan informasi dengan cepat antar penggunanya bahkan dengan jarak yang terbilang cukup jauh. Penggunaan yang mudah membuatnya gampang diakses oleh siapa pun sehingga informasi dapat tersampaikan kepada seluruh kalangan masyarakat. Sehingga, jika digunakan secara bijak maka media sosial dapat menjadi sarana yang tepat guna menstimulasi kecintaan literasi di kalangan masyarakat.