Berangkat dari hobi hiking di beberapa wilayah pegunungan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, selain untuk mengagumi dan mensyukuri keindahan alam karya Sang Pencipta, saya juga memiliki ketertarikan untuk mengetahui informasi mengenai satwa endemik yang memiliki habitat di hutan-hutan Pulau Jawa. Salah satu satwa yang menarik perhatian saya adalah keberadaan satu-satunya kucing besar Tanah Jawa yang menempati puncak rantai makanan sebagai top predator di hutan-hutan Pulau Jawa: Macan Tutul Jawa.

Sekilas mengenai spesies Macan Tutul secara umum, mengutip dari lamanlive science (www.livescience.com/27403-leopards.html), Macan Tutul dideskripsikan sebagai kucing besar berwarna keemasan dengan bintik-bintik (spot) di seluruh tubuhnya. Macan Tutul adalah hewan karnivora yang memburu mangsanya. Mereka sering kali diasosiasikan oleh banyak orang sebagai hewan yang berasal dan hidup di Afrika, namun Macan Tutul hidup di berbagai tempat di seluruh dunia. Untuk ukuran, Macan Tutul memiliki panjang berkisar antara 92 cm hingga 190 cm, untuk betinanya memiliki berat sekitar 21 kg hingga 60 kg, sedangkan pejantannya memiliki berat sekitar 36 kg hingga 75 kg.

Macan Tutul Jawa, kucing besar terakhir Tanah Jawa yang masih bertahan

Ilustrasi: Macan Tutul dikenal sebagai satwa yang sangat adaptif dan dapat hidup di berbagai macam tempat yang berbeda di berbagai belahan bumi ini (sumber ilustrasi foto: Wikimedia Commons, https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Leopard_Tree_AdF.jpg)

Lebih lanjut, dijelaskan dalam situs Live science tersebut, Macan Tutul adalah hewan yang sangat adaptif dan mampu hidup di berbagai macam tempat yang berbeda di berbagai belahan bumi ini. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), Macan Tutul dapat ditemukan di Afrika, Semenanjung Arab, Turki bagian selatan dan timur, kaki Gunung Himalaya, Rusia, India, China, Srilanka, hingga Pulau Jawa. Kucing besar ini dapat hidup di hampir semua habitat, seperti hutan hujan, padang pasir, padang rumput, wilayah pegunungan, semak belukar, dan lahan berawa. Dalam kenyataannya Macan Tutul dapat hidup di banyak tempat dibandingkan dengan kucing-kucing besar lainnya. Macan Tutul adalah makhluk soliter dan nokturnal yang aktif berburu di malam hari. Macan Tutul menghabiskan banyak waktu di pohon, bintik-bintik (tutul) pada kulitnya menyamarkan mereka dengan daun-daun pepohonan. Mereka sering membawa mangsanya ke atas pohon agar tidak diambil oleh hewan lain.

Macan Tutul terbagi atas sembilan sub-spesies: Panthera pardus delacouri (Macan Tutul Indochina), Panthera pardus fusca (Macan Tutul India) ,Panthera pardus japonensis (Macan Tutul China utara), Panthera pardus kotiya (Macan Tutul Sri lanka), Panthera pardus melas (Macan Tutul Jawa ),Panthera pardus nimr (Macan Tutul semenanjung Arab), Panthera pardus orientalis (Macan Tutul amur), Panthera pardus pardus (Macan Tutul Afrilka), Panthera pardus saxicolor (Macan Tutul Kaukasus, Macan Tutul Asia Tengah,Macan Tutul Persia).

Kembali ke Macan Tutul Jawa, satwa yang memiiliki nama latin Panthera pardus melasini menjadi satu-satunya kucing besar di Pulau Jawa yang masih tersisa dan bertahan hingga saat ini setelah Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) pada tahun 1980-an karena tidak adanya bukti otentik dalam bukti foto selama kurun waktu tertentu. Namun ada catatan khusus mengenai klaim kepunahan Harimau Jawa ini, jejak-jejak yang ditinggalkannya, laporan perjumpaan masyarakat di sekitar hutan yang mengaku bertemu Harimau Jawa masih terus diterima sampai saat ini. Bahkan pada tahun 2019 ada foto yang menunjukkan sosok Harimau loreng di salah satu hutan jati di kawasan Jawa Timur yang masih dirahasiakan lokasinya (https://jatimplus.id/melacak-jejak-harimau-jawa/), meskipun tentu saja semua hal-hal tersebut, termasuk foto-foto penampakannya masih harus diteliti dan diverifikasi lebih lanjut oleh para team ahli dan peneliti. Apakah Harimau Jawa pada akhirnya dapat dibuktikan secara valid keberadaannya atau memang benar telah punah, waktu jualah yang pada akhirnya akan membuktikan.

Sebaran keberadaan Macan Tutul Jawa dan statusnya di alam.

Pada Situs Portal Informasi Indonesia (www.indonesia.go.id) pada bagian keanekaragaman hayati: Kucing Besar dari Pulau Jawa, dijelaskan bahwa Macan Tutul Jawa ini hanya hidup di Pulau Jawa, Pulau Kangean dan Pulau Nusakambangan. Hutan-hutan di Pulau Jawa merupakan habitat utama bagi populasi Macan Tutul Jawa ini. Sebaran keberadaannya tercatat dari Taman Nasional Ujung Kulon di Provinsi Banten hingga Taman Nasional Alas Purwo di Provinsi Jawa Timur.

Macan Tutul Jawa, kucing besar terakhir Tanah Jawa yang masih bertahan

Keterangan Foto: Penampakan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang awalnya sempat dikira Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) di Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2017 (Sumber Foto: Dokumentasi TNUK/detik.com)

Ada dua macam warna kulit pada Macan Tutul Jawa, yaitu warna seperti Macan Tutul pada umumnya: warna terang keemasan dengan totol-totol yang terlihat jelas di seluruh tubuhnya dan warna hitam yang lebih kita kenal sebagai Macan Kumbang. Macan Kumbang adalah spesies yang sama dengan Macan Tutul Jawa, hanya memiliki warna varian kulit yang berbeda.

Macan Tutul Jawa, kucing besar terakhir Tanah Jawa yang masih bertahan

Keterangan Foto: Macan Tutul Jawa yang masih remaja di Taman Nasional Baluran (Sumber foto: Wikimedia commons-Chandra Firmansyah, https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Macan_tutul_jawa.jpg)

Berbeda dengan sosok Harimau Jawa yang belum pernah tertangkap oleh kamera trap, beberapa penampakan keberadaan Macan Tutul Jawa telah berhasil ditangkap oleh kamera trap yang diletakkan di beberapa hutan di area Taman Nasional seperti Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Meru Betiri, dan lain sebagainya. Dari penampakan Macan Tutul Jawa yang berhasil dibuktikan oleh kamera trap terlihat bahwa Populasi Macan Tutul Jawa tersebar dari hutan-hutan di ujung barat hingga hutan-hutan di ujung timur Tanah Jawa, meskipun ada pula informasi yang menyebutkan telah terjadi kepunahan lokal Macan Tutul Jawa di beberapa lokasi di Jawa Tengah, terutama di kawasan hutan produksi.

Macan Tutul Jawa, kucing besar terakhir Tanah Jawa yang masih bertahan

Keterangan Foto:Rawa Gayonggong yang terletak di jalur pendakian Gunung Gede-Pangrango Jawa Barat, merupakan salah satu tempat perlintasan Macan Tutul Jawa (Sumber foto: Dok. pribadi)

Sebagai informasi, untuk status Macan Tutul Jawa saat ini, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) telah memasukkan Macan Tutul Jawa ke dalam daftar Red List spesies yang terancam punah dan didaftarkan dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Appendix I. Status Macan Tutul Jawa tersebut saat ini sudah kritis dan sangat rentan terhadap kepunahan bila tidak ada program-program yang menunjang pelestariannya. Semoga otoritas yang berwenang membuat program-program konservasi tepat sasaran dengan teknologi-teknologi yang dimiliki, mencegah perburuan liar, serta membuat strategi jangka panjang dan berkelanjutan yang mampu melindungi serta menjaga kelestarian Macan Tutul Jawa di alam.

Macan Tutul Jawa, kucing besar terakhir Tanah Jawa yang masih bertahan

Keterangan Foto: Taman Nasional Baluran yang terletak di wilayah Situbondo, Jawa Timur yang menjadi salah satu tempat habitat Macan Tutul Jawa. Taman Nasional ini memiliki padang savana, hutan pegunungan, hutan mangrove, hutan rawa, dan ekosistem pantai (Sumber foto: Dok. pribadi)

Pemberitaan mengenai Macan Tutul Jawa yang akhir-akhir ini sering masuk ke wilayah perkampungan penduduk.

Akhir -akhir ini, semakin sering kita mendengar pemberitaan adanya Macan Tutul yang masuk ke pemukiman warga, bahkan ada yang sampai jauh dari habitatnya yang selama ini diketahui. Sejumlah informasi menyebutkan rusaknya habitat Macan Tutul Jawa menyebabkan hewan buas ini turun gunung dan mencari mangsa hingga ke pemukiman penduduk, sesuatu yang sebenarnya tidak lazim terjadi.

Macan Tutul Jawa, kucing besar terakhir Tanah Jawa yang masih bertahan

Keterangan Foto: Macan Tutul Jawa di Kebun Binatang Tierpark Berlin (Sumber foto: Wikimedia Commons, https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Panthera_pardus_melas_(Tierpark_Berlin)_-_1008-890-(118).jpg)

Beberapa pemberitaan tersebut antara lain sebagai berikut:

- Pada bulan Mei 2018 situs berita Cnn Indonesia melaporkan seekor macan tutul Jawa masuk ke rumah warga di Pangalengan. Menurut pemberitaan, Macan Tutul Jawa tersebut masuk dan terperangkap dalam kandang unggas milik warga.

- Pada bulan Juni 2019, situs berita Lingkungan Mongabay.co.id memberitakan seekor Macan Tutul Jawa hitam (macan kumbang) masuk kampung Cimalingping, Kecamatan Kasomalang, Subang Jawa Barat, 1 Juni 2019 yang lalu dan melukai seorang warga di kampung tersebut. Kejadian ini merupakan hal yang pertama kali dialami oleh warga di sana.

- Pada bulan Juli 2019, situs berita detik.com memberitakan kemunculan seekor macan tutul yang bertengger di pohon di area perkebunan warga Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Pada saat itu Balai KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) wilayah Ciamis belum dapat memastikan darimana asal habitat Macan Tutul Jawa tersebut, karena wilayah konservasi berada sangat jauh dari area perkebunan warga di daerah tersebut.

- Pada bulan Juli 2019 situs berita detik.com memberitakan petani kopi menemukan bangkai seekor Macan Tutul Jawa yang mati secara misterius di hutan Logawa, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Dugaan penyebab kematian saat itu adalah kematian alami karena tidak ditemukan bekas luka, bekas penganiayaan dan lain sebagainya. Macan Tutul ini diduga keluar hutan karena kemungkinan di dalam hutan kekurangan makanan.

Sebagai penutup, kita semua tentu mengharapkan adanya program-program dari otoritas yang berwenang untuk memastikan kelestarian dari Macan Tutul Jawa ini, namun tentu ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja, tetapi juga menjadi tugas kita semua untuk bahu membahu agar satwa eksotis Indonesia ini tidak punah dan terjaga kelestariannya. Agak melebar sedikit dari pembahasan mengenai Macan Tutul Jawa, mengenai kisah spesies yang punah di tahun kita hidup saat ini. Pada tahun lalu kita mendengar sejumlah media massa memberitakan matinya pejantan terakhir dari Badak Putih Utara bernama Sudan dan dikonfirmasinya kepunahan burung biru cantik Makaw Spix seperti yang pernah difilmkan dalam film animasi berjudul "Rio" di alam liar meskipun masih ada yang hidup dalam penangkaran. Tentu saja kita tidak ingin Macan Tutul Jawa ini punah dan semoga kelak generasi mendatang masih bisa melihatnya hidup di alam bebas, tidak hanya mengetahuinya dari cerita-cerita ataupun hanya dari foto-foto sebagaimana yang telah terjadi pada hewan-hewan yang telah punah. Mari kita bersama lestarikan apa yang masih ada di alam ini.