Musibah banjir besar yang melanda di wilayah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi menjadi peringatan kita bersama. Curah hujan tinggi seperti diperkirakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berpotensi mengakibatkan banjir. Diperkirakan cuaca ekstrem berlangsung hingga sepekan ini.

Menurut BMKG, cuaca ekstrem dan hujan lebat pada 1-4 Januari 2020 berpotensi turun di Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya tanggal 5-7 Januari 2020 diperkirakan terjadi di wilayah Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat, dan Papua.Namun demikian, BMKG memperkirakan puncak hujan terjadi pada Januari hingga Maret.

Ini menjadi peringatan masyarakat untuk waspada bencana hidrometeorologi yakni dampak dari fenomena angin kencang, hujan deras, dan gelombang tinggi. Hidrometerologi menyebabkan bencana angin ribut, banjir, dan tanah longsor. Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko bencana?

1. Perkuat siaga bencana.

Siaga bencana bisa dibentuk oleh masyarakat, komunitas, pelajar, sekolah, dan instansi. Komunitas siaga bencana dibentuk dan didampingi oleh instansi dan lembaga yang diberi kewenangan untuk menanggulangi bencana. Mereka dilatih untuk mengenali ciri-ciri bencana alam, cara mengantisipasi, dan langkah-langkah awal penyelamatan.

2. Mitigasi bencana struktural.

Upaya menekan risiko bencana dengan membangun prasarana fisik dan memanfaatkan teknologi. Ambil contoh membangun kanal mencegah banjir, memperkuat bangunan tahan gempa, dan memperbanyak early warning system (EWS) tentang peringatan dini tsunami.

3. Mitigasi bencana nonstruktural.

Upaya mengurangi dampak bencana melalui kebijakan atau peraturan khusus. Misalnya Peraturan Wali Kota melarang masyarakat membuang sampah di sungai, mengatur kawasan hijau melalui Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).

4. Membentuk posko bencana.

Posko Penanggulangan Bencana Alam ini dibentuk bersama instansi pemerintah dan warga. Posko dilengkapi dengan alat komunikasi, peralatan evakuasi, dan tenaga SDM terlatih yang siap terjun setiap saat.

Antisipasi datangnya bencana memenuhi kesiapan logistik, tenaga, peralatan, dan anggaran. Namun yang tidak kalah penting adalah kesiapan warga masyarakat untuk mengurangi risiko bencana.