Pecinta film di Indonesia lebih banyak yang suka film-film Hollywood ketimbang film lokal. Alhasil secara perlahan film lokal bakal kalah karena sepi penonton. Namun siapa sangka, ternyata ada beberapa film lokal yang kurang diminati di Indonesia namun sukses di luar negeri.
Film apa sajakah? Berikut ini 5 film Indonesia yang justru lebih sukses di luar negeri.
1. Turah
Film Turah sejatinya menceritakan tentang kehidupan masyarakat kampung yang hidupnya terisolasi. Tema ini dianggap kurang menarik oleh para pecinta film di Indonesia, namun di dunia Internasional film ini berhasil meraih penghargaan Asian Feature Film Special Mention dalam Singapore International Film Festival. Bahkan juga masuk dalam nominasi Foreign Language Film dalam ajang Oscar.
2. Atambua 39 Celcius
Meskipun film yang mengambil tema sejarah yang terjadi di Atambua ini cenderung sepi penonton di Indonesia, namun siapa sangka bahwa film ini cukup menyedot perhatian di luar negeri. Bahkan Atambua 39 berhasil masuk nominasi dan meraih penghargaan internasional. Film Atambua 39 Celcius ini Film di sutradarai oleh dua sutradara andal, Riri Riza dan Mira Lesmana.
3. Siti
Meskipun terbilang sukses meraih penghargaan dari dalam maupun luar negeri, sejatinya film Siti yang diproduksi tahun 2014 ini kurang mendapat sambutan dari pecinta film Indonesia.
Film yang menceritakan tentang seorang wanita yang harus berjuang dalam menghadapi bernagainmasalah ini berhasil memenangkan Piala Festival Film Indonesia (FFI) dan tiga Piala Citra, serta penghargaan Internasional pada festival film di Shanghai dan Singapura.
4. Berbagi Suami
Film garapan Nia Dinata yang hadir tahun 2006 ini justru memperoleh penghargaan dalam ajang Movie of The Year dalam Hawaii International Film Festival. Padahal film yang dibintangi oleh Jajang C. Noer ini sebelumnya sepi penonton di Indonesia. Berbagi Suami merupakan film yang menceritakan tentang tiga perempuan yang di poligami.
5. Senyap
Senyap merupakan salah satu film Indonesia yang paling sukses di luar negeri, hal itu dibuktikan saat masuk dalam nominasi Best Documentary Feature dalam ajang Oscar, pada tahun 2016. Di Indonesia sendiri film garapan sutradara Joshua Oppenheimer ini sempat dilarang tayang oleh aparat, tetapi di luar negeri film ini justru mendapat animo yang luar biasa.
