Aku hampir memilikimu, kamu hampir mencintaiku."

Begitulah sebuah kalimat yang tertulis pada bagian depan sampul novel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hampir memiliki arti kurang sedikit atau nyaris. Apa pun yang kurang sedikit pasti membuat kita ingin melanjutkannya sampai tuntas. Jika tidak tuntas, akan selalu ada rasa yang meminta untuk diselesaikan.

Berbicara mengenai hampir, terdapat sebuah novel dengan judul The Book of Almost yang merupakan salah satu karya seorang sastrawan Indonesia bernama Brian Khrisna. Novel ini menyajikan bait-bait sajak dari kehidupan percintaan yang hanya sebatas hampir namun tak sampai.

Novel The Book of Almost diterbitkan oleh MediaKita pada tahun 2018 dengan jumlah 252 halaman yang sudah dicetak kembali sebanyak lima kali dalam satu tahun. Novel ini menceritakan tentang sepasang remaja yang saling menyimpan rasa namun hanya sebatas hampir. Hampir seperti sepasang kekasih.

Hubungan kita berakhir di kata seharusnya.

Berdasarkan kutipan tersebut, perandaian dan penyesalan banyak terlibat di dalam hubungan yang pernah mereka jalani.

Seharusnya tidak bertemu.

Seharusnya tidak jatuh cinta."

Perasaan menyesal yang dialami sang tokoh dalam novel karena sudah bertemu dan terlanjur jatuh cinta. Namun setelah semua itu, mereka hanya sebatas hampir, tidak sampai menjadi seperti apa yang diharapkan, atau bisa dibilang tidak menjadi sepasang kekasih. Padahal, jika berpikir lebih realistis, tidak semua hal harus berjalan seperti apa yang kita harapkan. Wajar, bukan?

Seharusnya tidak perlu merasakan luka padahal belum pernah bersama.

Sebuah kalimat penyesalan yang terlihat sangat menyakitkan. Jika hanya sebatas hampir, kenapa susah untuk mengakhiri sampai menimbulkan sebuah luka?

Itulah, mengapa banyak orang yang bilang kalau cinta memang lebih rumit daripada memecahkan rumus matematika. Namun, kita bisa mengambil pelajaran dari kutipan-kutipan di atas agar lebih menjaga hati untuk orang yang belum memberi pasti.