Pulau Miangas adalah salah satu pulau terdepan dan terpencil pada wilayah utara Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pulau Miangas merupakan salah satu tapal perbatasan Indonesia di bagian utara dalam wilayah Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Wilayah Pulau Miangas berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di sebelah timur, Negara Filiphina di sebelah utara dan di sebelah barat, serta Laut Sulawesi di sebelah selatan.

Letak geografis Pulau Miangas yaitu 126o 35' 04,6" BT dengan luas wilayah 210 ha. Luas tersebut mencakup wilayah perkebunan seluas 127 ha, bandar udara 23 ha, padang rumput 12 ha, rawa-rawa 44 ha, dan wilayah pemukiman penduduk seluas 4 ha.

Keunikan Miangas, salah satu pulau terdepan di wilayah utara Indonesia

Asal usul Pulau Miangas berasal dari Kepulauan Mindanao, Filiphina. Dahulu, Pulau Miangas disebut dengan Pulau Palm karena di pulau ini banyak tumbuh pohon palm, masyarakat lokal biasa menyebutnya dengan pala hutan. Konon katanya dari cerita turun temurun sejak zaman nenek moyang, pulau ini ditemukan oleh dua orang yang berasal dari Mindanau, Filiphina. Dua orang tersebut menemukan banyak pohon pala di rawa-rawa pulau ini.

Lambat laun kemudian pulau ini menjadi tempat persinggahan bagi perahu dari Pulau Nanusa, Pulau Marampik, Pulau Kurotan, dan Pulau Karatung yang akan menuju negara Filiphina. Sejak saat itu, pulau ini dikenal dengan nama Palmas atas Las Palmas yang artinya buah kelapa yang mengambang di tengah lautan, hingga kemudian disebut dengan nama Pulau Miangas.

Keunikan Miangas, salah satu pulau terdepan di wilayah utara Indonesia

Setelah lama menjadi tempat persinggahan, seiring berjalannya waktu banyak orang-orang yang berdatangan dan menetap berasal dari pulau sekitarnya, seperti Pulau Nanusa, Pulau Marampik, Pulau Kurotan, dan Pulau Karatung. Sehingga masyarakat Pulau Miangas ini adalah campuran orang-orang dari pulau sekitarnya.

Penemuan pulau ini menyebar hingga kemudian diperebutkan untuk dikuasai. Sampai pada saat puncaknya terjadi penyerangan dari orang-orang yang berasal dari Kepulauan Sulu serta orang-orang Balangingi yang merupakan salah satu dari Bangsa Portugis. Para penduduk pun bertahan dan mendirikan benteng pertahanan di Tanjung Bora yang merupakan salah satu wilayah dari Pulau Miangas.

Kehidupan masyarakat di Pulau Miangas sangat tertutup. Mereka menata kehidupan dengan cara melengkapi struktur adat serta mengangkat pimpinan adat, yaitu berupa kepala suku Ratumbanua dan Nanguwanua. Mereka membuat aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat. Aturan adat tersebut berupa:

1. Pimpinan desa sebagai kepala adat, yaitu Ratumbanua dan pendampingnya yaitu Nanguwanua.

2. Terdapat 12 suku yang masing-masing memiliki pimpinan suku disebut Roangan yang bertugas untuk menjalankan aturan adat.

3. Menetapkan pembagian wilayah Pulau Miangas, yaitu wilayah adat yang dibagi kepada 12 suku bersama masyarakat adat, dikelola oleh masyarakat adat untuk ditanami kelapa, perkebunan palawija, sayur mayur, dan lain-lain. Sedangkan wilayah milik adat yang tidak dibagi kepada kepada masyarakat adat yaitu:

- Wilayah Tanah Manae yang digunakan untuk pembudidayaan tumbuh - tumbuhan yang berguna untuk kebutuhan adat.

- Wilayah Tanah Ngira yang ditumbuhi oleh tumbuhan untuk kebutuhan obat tradisional masyarakat.

4. Menetapkan aturan adat yang telah berlaku sejak dahulu hingga sekarang dalam segala jenis kegiatan, yaitu:

- Kegiatan seni budaya, pembinaan moral, dan tata krama.

- Kegiatan yang berkaitan dengan perkebunan mulai dari menanam hingga memanen yang semua berorientasi pada keagungan Tuhan.

- Kegiatan dalam menjemput tamu.

- Kegiatan pelaksanaan penangkapan ikan secara tradisional atau biasa disebut budaya Manami.

- Kegiatan Kekudusan di hari Minggu sebagai hari Tuhan.

- Kegiatan dalam melakukan penangkapan dan pengolahan hasil perikanan.

5. Menetapkan aturan adat dalam melakukan penjagaan serta pemelihataan aset adat yang bersejarah, seperti:

- Batu tancap seberat 200 kg yang dilakukan oleh pahlawan adat Mura yang berlokasi di Raranguina, salah satu wilayah Pulau Miangas.

- Batu ajaib seberat 26,6 kg yang terapung dan timbul di permukaan laut berlokasi di Larawa tepat pada posisi matahari terbit di wilayah Pulau Miangas.

- Benteng pertahanan yang terbuat dari batu bersusun setinggi 4,5 meter di Tanjung Bora salah satu wilayah Pulau Miangas.

- Gua Kemenangan yang merupakan lubang tempat berlindungnya masyarakat ketika bangsa Portugis menyerang.

- Benteng pertahanan dari batu bersusun berlokasi di Gunung Okta yang merupakan daerah dataran tinggi di wilayah Pulau Miangas.

- Tempat keramat yang berlokasi di puncak Gunung Okta.

- Salib di Tanjung Bora yang merupakan lambang keagamaan masyarakat setempat.