Jika berkunjung ke Yogyakarta jangan lupa menyempatkan untuk mampir ke Kotagede. Kotagede dikenal sebagai tempat yang biasa saja, namun ternyata menyimpan sejarah yang luar biasa tentang Yogyakarta.

Dulu, dari Kotagede cerita sejarah tentang Yogyakarta tumbuh. Peninggalan dari masa Kerajaan Mataram Islam masih tersisa di Kotagede, salah satunya tentang Kotagede yang dulu disebut sebagai Kota Perak di Indonesia.Kotagede sendiri sudah terkenal hingga mancanegara sejak tahun 1930-an sebagai Kota perak. Maklum saja, kerajinan pada masa itu menjadi komiditas yang tak kalah pamor dari rempah-rempah di pasar Eropa.

Ekosistem kerajinan logam di Kotagede muncul bersamaan dengan berdirinya kerajaan Mataram Islam tepatnya pada abad ke-16. Pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, abdi dalem kriya diperintahkan untuk membuat perhiasan dari emas dan perak di mana hasilnya untuk buah tangan para bangsawan yang berkunjung ke kerajaan di Kotagede.Kemudian pada pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII, beliau sangat terpikat dengan keindahan kerajinan logam ini dan memerintahkan abdi dalem kriya untuk meneruskan dan mengembangkan seni kerajinan logam tersebut.

Selama periode kolonial tahun 1930-an, kerajinan logam, utamanya perak di Kotagede mengalami kejayaan di pasar domestik hingga mancanegara. Bahkan pemerintah kolonial Belanda saat itu mendirikan sebuah lembaga khusus bernama Stichting Beverding van het Yogyakarta Kent Ambacht yang tuganya khusus untuk melindungi, menjaga kualitas serta pemasaran kerajinan logam di Kotagede ke pasar Eropa.

Dalam perkembangannya, pusat kerajinan logam di Kotagede tak hanya sebagai pusat oleh-oleh perhiasan di Yogyakarta. Kini Kotagede kembali dilirik menjadi salah satu objek wisata potensial yang ada di Yogyakarta. Banyak wisatawan domestik hingga mancanegara berdatangan ke tempat produksi untuk mencari tahu dan mengabadikan momen pembuatan tersebut. Keunikan cara membuat dan motif khas Kotagede membuat daya tarik tersendiri kenapa kerajinan tangan logam ini masih eksis di Kotagede.

Salah satunya di Nursih Basuki Art Studio. Sebuah studio seni kriya logam yang berlokasi di Jalan Purbayan Kotagede, Mutihan RT.03 Wirokerten, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Hingga kini sudah memproduksi berbagai macam karya, dari ukuran centimeter hingga puluhan meter. Di studio tersebut juga menjadi tempat sebuah paguyuban pengrajin kriya logam di Kotagede bernama Sanggar Seni Uri-Uri Kriya Logam yang setiap harinya melakukan praktik kreatifnya.

Para pengrajin yang menekuni kriya logam puluhan tahun masih beraktivitas membuat karya-karya pesanan yang kebanyakan digunakan untuk interior gedung, seperti bandara, ikon daerah hingga lambang yang dipasang di bangunan vital milik negara seperti Istana Negara. Banyak orang-orang dari luar Yogyakarta yang datang langsung untuk melihat dan memesan kerajinan yang terbuat dari tembaga dan kuningan di studio tersebut. Beberapa mahasiswa dari luar daerah pun rela datang ke studio tersebut untuk melihat proses seni kreatif yang masih melestarikan budaya lokal asli Kotagede tersebut.