Anak merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa yang harus dididik dengan baik. Karena anak akan menjadi penerus untuk di masa yang akan datang. Anak-anak yang dididik dengan cara yang berkualitas akan menjadi orang yang berguna dan berkompeten di masa hidupnya kelak.

Pada masa awal (0-2 tahun), anak akan mengalami perkembangan yang sangat pesat di dalam kehidupannya. Perkembangan pada anak meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral, dan perkembangan sosio emosional.

Hurlock (dalam Syukur, 2015) menyatakan bahwa perkembangan sosio emosional mencakup perkembangan sosial dan perkembangan emosi. Perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak-anak tumbuh dan berkembang. Perkembangan emosi merupakan proses yang kompleks dapat berupa perasaan atau pikiran yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang.

Perkembangan sosial emosi semakin dipahami sebagai sebuah krisis dalam perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena anak terbentuk melalui sebuah perkembangan dalam proses belajar. Dari masa perkembangan awal, bayi menunjukkan rasa aman dalam keluarganya apabila kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungan (Nurmalitasari, 2015).

Gaya pengasuhan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosinya positif, maka perkembangan emosi anak akan menjadi positif. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya negatif, seperti melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi anak akan menjadi negatif (Syukur, 2015).

Perkembangan emosi pada anak sering terabaikan oleh banyak keluarga, sebab masih banyak keluarga yang sangat memprioritaskan kecerdasan intelektual (IQ) semata. Padahal kecerdasan emosi harus dipupuk dan diperkuat dalam diri setiap anak, sebab kecerdasan emosi sangat erat kaitannya dengan kecerdasan-kecerdasan yang lain seperti kecerdasan sosial, moral, dan interpersonal. Dengan demikian, memperhatikan perkembangan emosi anak bukanlah hal yang mudah bagi orang tua (Setyowati, 2005). Perkembangan emosional pada anak sangat penting untuk dipelajari karena dapat mengetahui bagaimana perkembangan emosinya dan faktor penyebabnya.

Ketika bayi dan anak-anak merasa aman secara emosional dan fisik mereka memiliki kesempatan untuk bebas mengeksplorasi lingkungan mereka. Mereka dapat berinteraksi dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya dan memperoleh rasa identitas melalui pemahaman dan kepercayaan diri dalam diri mereka sebagai individu. Kunci untuk pengembangan sosial dan emosional adalah hubungan yang kuat, positif, dan aman.

American Academy of Pediatrics (2012) menyatakan bahwa perkembangan sosial emosi mengacu pada kemampuan anak untuk memiliki pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap baik emosi positif maupun emosi negatif, mampu menjalin hubungan dengan anak-anak lain dan orang dewasa di sekitarnya, serta secara aktif mengeksplorasi lingkungan melalui belajar (Nurmalitasari, 2015).

Pada kesempatan kali ini akan membahas lebih dalam mengenai perkembangan emosional pada anak 0-2 tahun. Pengetahuan mengenai tahap-tahap perkembangan emosional pada anak dapat mendukung perkembangan mereka secara positif.

Berdasarkan Teori Piaget menyatakan bahwa anak usia dini berada pada dua tahap masa perkembangan kognitif, yang pertama adalah masa sensori-motorik pada usia 0-2 tahun dan masa pra-operasional pada masa 2-7 tahun. Pada masa tersebut anak berada pada tahap awal pembelajaran dan permulaan berpikir secara simbolis dan belajar melalui permainan, imitasi, dan hal-hal lain yang nampak. Oleh karena itu penting bagi para orang tua untuk memperkenalkan berbagai emosi positif dan emosi negatif sejak anak berusia dua tahun melalui media berupa foto ekspresi.

Bermain sambil belajar, 'Match the emojisang buah hati'.

Gambar ekspresi ini dapat digunakan sebagai media memperkenalkan anak dengan berbagai jenis emosi. Di samping itu foto ekspresi ini juga dapat dijadikan permainan untuk mengasah kreativitas dan emosi anak. Dengan media gambar ekspresi tersebut dapat merangsang anak untuk mulai mengembangkan kecerdasan emosinya. Dengan menunjukkan berbagai jenis ekspresi kepada sang buah hati, maka kita sedang menstimulasi otaknya untuk mengingat berbagai jenis emosi dan penyebabnya.Tujuannya adalah memperkenalkan emosi positif dan negatif pada anak berusia dua tahun.

1. Siapkan alat dan bahan.

Pertama-tama, siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat album foto ekspresi bersama sang buah hati. Alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain:

Double tape

Gunting

Botol bekas

Kertas origami

Spidol

Gabus

Gambar ekspresi wajah yang menarik

2. Cara membuat.

- Beri garis pada tengah botol

- Gunting bagian tengah pada botol

- Lakukan hal yang sama dengan menggunting botol yang lain

- Ambil double tape kemudian tempelkan pada botol yang telah di potong

- Tempel kertas origami dengan botol yang telah diberi double tape

- Kemudian tempel kembali bagian botol yang belum tertutup dengan menggunakan kertas origami

- Gunting gambar kemudian tempelkan pada bagian tengah botol

- Beri tanda titik pada gabus untuk memberikan jarak ketika gambar ditempel

- Tempelkan gambar sesuai dengan titik yang telah ditentukan pada gabus

- Tempel botol dengan double tape pada bagian belakang botol

- Tempelkan botol pada gabus tepat dibawah gambar yang sudah ditempel di gabus

- Selanjutnya, sediakan emoji yang sama seperti gambar di atas dan potong bulat sehingga menjadi seperti pin agar dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam botol yang dilubangi

3. Cara bermain.

Kumpulkan 3 anak yang berusia 2 tahun dalam permainan ini:anak 1, anak 2,anak 3.

Pertama, yang harus kamu lakukan ialah mengeluarkan berbagai ekspresi emosional mereka secara alami. Kamu dapat menyiapkan mainan pendamping yang dapat membuat mereka mengeluarkan emosi alaminya. Biarkan mereka bermain sampai benar-benar mengeluarkan emosi alaminya. Ekspresi yang dilakukan (anak 1, anak 2, dan anak 3) secara alami seperti ekspresi bahagia dan perilakunya adalah tertawa. Sementara untuk ekspresi sedih dan perilakunya adalah menangis. Setelah mereka mengeluarkan emosi alaminya, kamu dapat menjelaskan ke mereka jenis emosi apa yang dilakukan.

Kedua, kamu akan memberikan gambar-gambar ekspresi berbentuk pin yang telah dibuat tadi seperti emoji tertawa, sedih, marah, menangis, dan malu kepada anak-anak tersebut untuk disamakan dengan gambar ekspresi yang sudah ditempel di botol. Kemudian ajarkan untuk memasukkan ekspresi yang sama ke dalam botol yang sesuai sambil menjelaskan jenis ekspresi dari gambar tersebut.

Ketiga, setelah anak-anak selesai memasukkan berbagai jenis ekspresi tersebut kamu dapat meminta anak-anak untuk mengekspresikan jenis-jenis ekspresiitu setelah mengetahui arti-arti dari berbagai emosinya. Jika sang buah hati masih bingung, kamu dapat ikut serta menunjukkan ekspresi yang sama. Dengan begitu anak-anak akan mengeluarkan ekspresinya juga.

Melalui permainan ini, kamu dapat menstimulasi kecerdasan anakdalam mengenali beragam jenis emosi secara verbal dan visual. Pelan-pelan, sang buah hati akan menghubungkan suatu ekspresi dengan perasaan yang dialaminya maupun dengan orang lain. Dengan begitu, sang buah hati kesayangan akan lebih mampu mengendalikan emosinya di kemudian hari, dan mampu mengenali emosi orang lain dengan baik.

Mengingat kecerdasan emosi tak kalah penting dari kecerdasan kognitif, mulai saat ini, mari usahakan untuk menyeimbangkan perkembangan kognitif anak dengan perkembangan kecerdasan emosionalnya. Sebab, dengan begitu sang buah hati nantinya dapat tumbuh menjadi pribadi yang yang pandai membawa diri dalam pergaulan sehari-hari di mana pun ia berada.

Selamat mencoba di rumah!