Tidak lama lagi hari raya Paskah akan tiba. Hari Raya Paskah merupakan salah satu hari penting bagi umat Kristiani. Perayaan Paskah sering diiringi dengan tradisi perburuan telur paskah, dekorasi telur paskah, dan juga sering dikaitkan dengan kelinci Paskah. Di negara-negara Barat, perayaan tradisi ini disambut dengan antusiasme tinggi baik oleh anak-anak maupun dewasa.

Ada apakah dengan telur?

Sejak zaman dahulu kala, telur adalah simbol tradisional dari kesuburan dan kelahiran kembali. Tradisi menghias telur telah ada sebagai ritual kuno di Afrika sejak 60.000 tahun yang lalu di era pra-dinasti di Mesir dan kebudayaan awal Mesopotamia dan Kreta. Bahkan, telah diketahui bahwa sejak 5.000 tahun yang lalu bangsa Mesir dan Sumeria telah meletakkan telur yang dihias dalam makam-makam, dan dikaitkan dengan simbol 'raja', selain dari memiliki makna kematian dan kelahiran kembali.

Tradisi telur Paskah dapat ditelusuri dari periode Kristen Awal dari Mesopotamia, lalu menyebar ke Rusia dan Siberia melalui Gereja Kristen Ortodoks, dan kemudian melalui Gereja Katolik dan Protestan. Tradisi umat Kristiani ini kemungkinan besar merupakan pengaruh dari tradisi-tradisi kuno Mesir, Mesopotamia, dan Kreta, yang sebelumnya telah disebutkan.

Tradisi dekorasi telur Paskah yang saat ini masih dilakukan, kemungkinan besar berasal dari Periode Kristen Awal di Mesopotamia, dimana para umat Kristen Awal di sana mewarnai telurnya dengan warna merah untuk memperingati "darah Kristus yang tertumpah di kayu salib". Gereja Kristen kemudian secara resmi mengadopsi makna telur Paskah sebagai simbol kebangkitan Yesus.

Selain kepercayaan bahwa tradisi telur Paskah berasal dari Afrika, ada juga yang mengatakan bahwa tradisi telur Paskah sesungguhnya berasal dari Jerman. Yaitu, Jacob Grimm, seorang ahli budaya Jerman yang terkenal pada masanya. Menurut kepercayaan Jerman Kuno, ada Dewi Jermanik yang memiliki nama Ostara (dalam Bahasa Jerman Kuno Tingi) atau Eostre (dalam Bahasa Inggris Kuno), yang melambangkan datangnya kembali musim semi. Ia mengatakan bahwa tradisi Paskah yang ada sangat mirip dengan perayaan musim semi. Dan tradisi menyambut datangnya musim semi sangat dipegang erat oleh rakyat, sehingga tidak mungkin menghilangkannya. Gereja harus mentolerir hal tersebut, dan mengkaitkannya dengan Kristianitas untuk menarik rakyat.

Mengapa Ada Kelinci Paskah?

Tradisi telur Paskah sering dikaitkan dengan Kelinci Paskah. Kelinci Paskah merupakan simbol tradisional dalam perayaan Paskah. Berawal dari tradisi Lutheran Jerman, kelinci Paskah dipercaya memiliki peran untuk menilai apakah seorang anak baik atau nakal (seperti Santa Claus), dan ia akan membawakan telur paskah bagi anak-anak yang baik di malam sebelum hari Paskah tiba.

Berkaitan dengan telur, secara tradisional, kelinci juga adalah simbol dari kesuburan. Hal ini adalah karena burung bertelur di awal musim semi, demikian juga dengan kelinci yang beranak dengan jumlah banyak di musim semi. Kelinci memiliki siklus reproduksi yang sangat cepat, sehingga tidak heran dikaitkan dengan makna kesuburan.

Paskah saat ini merupakan perayaan keagamaan, namun, di negara-negara Barat, tradisi Paskah lebih sering dikaitkan dengan kebudayaan dan festival setempat, sehingga dapat dinikmati semua kalangan. Bila ditelusuri, tradisi telur Paskah dan kelinci Paskah sendiri tidak pernah disebutkan di dalam Alkitab, sehingga mungkin tradisi telur Paskah dan simbol kelinci Paskah adalah sebuah hasil asimilasi kebudayaan kuno berkaitan dengan perayaan datangnya musim semi dan Kristianitas pada Periode Awal Kekristenan.

Namun demikian, tentunya tidak ada salahnya menikmati tradisi ini sebagai festival dan hiburan, kan? (c.c.)