Jepang terkenal sebagai negara yang membuat seluruh dunia takjub dengan cara hidup mereka. Mulai dari gaya hidup yang bisa membuat mereka memiliki umur yang panjang hingga kebersihan kota-kotanya yang tidak bisa dipungkiri. Kamikatsu, sebuah kota kecil di barat daya Jepang yang hanya memiliki populasi sekitar 2000 orang menerapkan konsep kota zero waste pada tahun 2003 di mana sampah yang mereka buang harus disortir dulu ke dalam lebih dari 45 kategori yang ada, mulai dari kaleng alumunium, kaleng besi, botol kaca, sampai kertas brosur.

Menurut Akira Sakano, Deputy Chief Officer dari Zero Waste Academy, pada awalnya warga sangat kesulitan untuk mengikuti aturan pengklasifikasian sampah yang ada karena kategori yang sangat spesifik dan proses yang memakan waktu. Tapi dengan berjalannya waktu, mereka merasakan manfaat dari hal yang mereka lakukan dan menjadikannya sebagai gaya hidup. 80% dari sampah yang diproduksi warga Kamikatsu akan didaur ulang, digunakan kembali, dan dijadikan kompos. Di Kamikatsu ada toko yang dijadikan tempat untuk menyetorkan pakaian tak terpakai yang bisa digunakan warga lain dan toko yang memproduksi boneka teddy bear dari bahan daur ulang seperti kimono. Pada tahun 2020, Kamikatsu berharap dapat mencapai target mereka, yakni 100% zero-waste.

Secara global, penelitian dari bank dunia pada tahun 2015 menunjukkan jumlah sampah yang diproduksi bertumbuh lebih cepat dari proses urbanisasi. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah sampah akan mencapai 2 kali lipat dari jumlah rata-rata sampah saat ini. Banyak kota-kota besar yang sudah mulai mengikuti jejak Kamikatsu dalam proses pendaurulangan sampah seperti San Diego yang merencanakan untuk menurunkan jumlah sampah yang diproduksi hingga 75% di tahun 2030 dan New York yang berharap dapat menjadi kota yang tidak memililki sampah di 15 tahun ke depan. Mari kita harap kota-kota di Indonesia mau mengikuti dan mencontoh kota Kamikatsu yang sangat memperhatikan lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang sehat secara berkelanjutan.