Bagi penggila belanja online, situs e-commerce Tokopedia.com tentu sangat familiar. Situs belanja online itu, diklaim paling favorit. Paling ramai. Tapi, bukan berarti tak ada pesaing. Situs semacam Bukalapak.com, Lazada.co.id, Blibli.com, dan banyak lagi situs jual beli online yang jadi pesaing kuat Tokopedia.com.

Namun memang, keberadaan situs-situs belanja online, menandai revolusi gaya hidup, terutama gaya belanja. Kini, di era digital, gaya belanja konvensional, dalam arti belanja langsung ke toko, perlahan mulai ditinggalkan. Bahkan peritel besar seperti Matahari dan Alfamart juga mulai melirik lapak binis e-commerce dengan menghadirkan lini belanja onlinenya. Matahari misalnya telah lema merilis Mataharimall.com. Alfamart juga tak mau kalah. Peritel yang banyak mengandalkan jejaring minimarketnya itu mengeluarkan Alfacart.com. Persaingan bisnis jual beli online pun makin ketat. Berbagai promosi dilakukan untuk menarik minat penggila belanja.

Dulu penjaga warnet, kini pria ini jadi bos situs jual beli online

Ada sebuah cerita menarik dibalik kesuksesan Tokopedia.com. Kisah menarik itu tentang sang pendiri situs belanja online tersebut. Tokopedia, didirikan oleh William Tanuwijaya, anak muda asal Sumatera Utara yang lahir di Pematang Siantar, 11 November 1981.

William sendiri mulai kenal internet saat ia kuliah di Jakarta, sekitar tahun 1999. Tapi, karena keterbatasan biaya, ia sempat nyambi kerja sebagai penjaga warnet. Saat jadi penjaga warnet itulah, ia jatuh cinta pada internet. Dan ketika ia lulus, belum banyak perusahaan internet di Indonesia.

Selepas lulus kuliah, William sempat pindah kerja beberapa kali dari perusahaan telekomunikasi yang satu ke perusahaan lainnya. Sampai kemudian pada 2007, ia punya ide membuat mal online. Tapi, ide itu tak juga bisa diwujudkan. Baru dua tahun setelahnya, yakni tahun 2009, ada investor yang tertarik mewujudkan ide mal onlinenya.

William mengaku ide tentang mal online itu terlintas begitu saja dibenaknya ketika dia jadi salah satu admin sebuah forum di internet. Ketika itu ia banyak menerima keluhan soal praktek e-commerce di Indonesia. Banyak hal yang dikeluhkan, mulai dari kendala si pedagang, hingga pembeli yang sering tertipu. Otaknya pun kemudian berpikir, bagaimana merancang mal online yang bisa menguntungkan pedagang dan juga aman bagi pembeli.

Ide lulus Bina Nusantara itu sederhana, bagimana caranya agar uang pembeli tak hilang, karena tertipu. Maka muncul gagasan untuk menampung uang itu di Tokopedia, baru setelah barang diterima, uang pembeli diberikan ke si penjual.

Ide itu coba ia tawarkan ke beberapa investor. Tapi tak bersambut. Baru pada 2009, ada investor yang berminat menanamkan modal. Modal pertama yang ditanamkan 2,5 miliar. Tapi rupanya yang terpakai hanya 1 miliar saja.

Awalnya pedagang yang berminat masuk Tokopedia hanya segelintir orang saja. Hanya 70 pedagang. Tapi kini, Tokopedia sudah jadi raksasa. Bahkan pada investor besar berlomba-lomba ingin menanamkan investasinya di Tokopedia. Kabar terakhir, investor Softbank Corp, mengucurkan dana fantastis ke Tokopedia. Tak tanggung-tanggung investasi yang ditanamkan mencapai 1,2 triliun.

Pesan atau pelajaran yang dapat ditarik dari kisah tersebut, jangan pernah meremehkan atau anggap sepele pekerjaan yang tampak 'rendahan'. Karena acapkali mereka yang awalnya punya profesi yang dipandang sebelah mata, di kemudian hari sukses besar. Justru mereka yang bersedia merintis dari nol, adalah orang - orang hebat. Mereka adalah para petarung yang tak jeri dengan tantangan. Tantangan bagi mereka adalah peluang. Tantangan dan kendala bagi mereka yang punya tekad besar adalah tambang emas menuju kesuksesan.