Inflasi adalah penurunan nilai tukar mata uang terhadap segala jenis transaksi. Negara kita pernah mengalami inflasi yang tinggi ketika tahun 1998 disebabkan oleh banyak hal, antara lain pemerintah gagal bayar hutang, perusahaan swasta meminjam dalam bentuk dollar kepada luar negeri, bank-bank lokal lemah karena tidak mempunyai cadangan devisa, dan lain-lain. Sehingga pemerintah ketika itu melakukan pencetakan uang dalam jumlah banyak dan terjadilah inflasi.

Mengutip dari indonesia-investment.com, tercatat bahwa angka inflasi pada tahun 1998 ada pada angka 65%. Dari kejadian itu Indonesia bergerak dan memperbaiki keadaan, dari sektor politik terjadilah reformasi pemerintahan. Dari pemerintahan baru beberapa kebijakan mengenai investasi swasta terus diawasi dan diperketat. Sampai 2019 di Indonesia angka inflasi masih terhitung stabil.

Berbeda dengan Indonesia yang berhasil menumbuhkan nilai ekonomi negaranya. Negara Venezuela yang tercatat sebagai negara penghasil minyak mentah terbesar di dunia, ekonominya ambruk pada tahun 2015.

Hyper-inflasi terjadi di salah satu negara dengan cadang minyak nomor satu di dunia, Venezuela. Bayangkan, seperti dilaporkan cnbcindonesia.com, angka inflasi di negara itu menyentuh angka 1.000.000%. Angka inflasi Venezuela adalah buntut dari runtuhnya harga minyak dunia tahun 2014. Harga minyak yang turun menyebabkan sejumlah program sosial terhenti. Sedangkan pemerintah tak punya pemasukan yang sebesar ekspor minyaknya, ekspor minyak ada pada angka 95% dari total pemasukan negara ini.

Namun apakah harga minyak satu-satunya pencetus hyperinflasi ini? Tidak, banyak kebijakan lain yang diperkenalkan Hugo Chavez juga menjadi negatif. Masyarakat miskin, pemerintah menetapkan harga barang dan jasa, mematok dana yang rakyat keluarkan untuk mendapatkan barang-barang seperti tepung, minyak goreng, dan keperluan mandi. Tetapi ini berarti banyak perusahaan tidak lagi meraup keuntungan saat memproduksi barang-barang ini, sehingga mereka bangkrut. Hal ini, ditambah kelangkaan mata uang asing untuk mengimpor bahan kebutuhan pokok, menyebabkan kelangkaan.

Pemerintahan Chavez pada tahun 2003 memutuskan untuk mengendalikan pasar mata uang asing. Sejak saat itu, warga Venezuala yang bermaksud menukar mata uang lokal, bolivar, dengan dolar harus mendaftar ke badan mata uang yang dijalankan pemerintah. Hanya pihak-pihak yang dipandang memiliki alasan kuat untuk membeli dolar, misalnya untuk mengimpor barang, diizinkan untuk menukar bolivar mereka berdasarkan nilai tukar tetap yang ditentukan pemerintah. Karena banyak warga Venezuela yang tidak dapat membeli dolar dengan bebas, pasar gelap berkembang dan inflasi meningkat. (Melansir dari bbc.com, 2018).

Hingga kini, Venezuela masih berjuang untuk keluar dari krisis. Semoga segera ada jalan keluar bagi negara Venezuela. Mengingat Hyperinflasi telah membuat nyaris seluruh rakyat Venezuela menjadi miskin.