Kevin Carter Seorang foto jurnalis yang dibesarkan di Afrika Selatan selama sistem apartheid yang diberlakukan di afrika selatan, Dia menjadi jurnalis foto karena dia merasa perlu mendokumentasikan perlakuan memuakkan yang dilakukan oleh, bukan hanya kulit hitam oleh kulit putih, tetapi juga antara kelompok etnis kulit hitam, seperti antara Xhosas dan Zulus.

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan
Kemudian dia Bergabung berkelompok dengan beberapa wartawan foto lainnya, Sebuah surat kabar Afrika Selatan menjuluki kelompok itu sebagai Bang-Bang Club, para fotografer itu menggunakan istilah "bang-bang" yang merujuk pada tindakan mereka yang pergi ke kota-kota di Afrika Selatan untuk mengambil gambar tentang kekerasan yang ekstrem yang terjadi di sana.

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan

Dalam beberapa tahun, ia melihat banyak pembunuhan akibat dari pemukulan, penikaman, dan penembakan. dan sebuah praktik yang biadab di mana ban yang telah lumuri bensin, lalu dikalungkan di leher korban kemudian ban tersebut dinyalan dengan api.

Pada bulan Maret tahun 1993 carter melakukan perjalanan ke Sudan. Sebuah negeri yang sedang terkena bencana kelaparan massal sebagai akibat perang saudara yang berkepanjangan. Kemudian Carter dan Silva mendarat di bagian utara Sudan untuk meliput bencana kelaparan masal parah yang sedang terjadi di sana. Mereka berdua turun dari pesawat PBB yang saat itu menurunkan bantuan pangan. tetapi pesawat PBB akan segera berangkat kembali setelah 30 menit kemudian.

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan

Saat tim PBB membagi-bagikan makanan. Carter dan Silva yang saat itu di suguhkan oleh pemandangan yang begitu menyayat hati ini begitu terkesima melihat orang-orang kelaparan yang sedang berebut jatah makanan mereka. lalu carter melihat seorang anak balita perempuan yang tampak terlihat sedang merasakan penderitan oleh kelaparan, Lalu dia memotret anak tersebut walau fotonya tidak dipublikasikan. Menurut Silva, Carter memotret dari jarak sekitar 10 meter dan di belakang Carter adalah suasana orang ramai sedang berebut makanan. Saat itu ada beberapa burung bangkai yang tampak sedang menguntit anak malang tersebut.

Foto Inilah yang membuat Carter merasa begitu bersalah dan berdosa, hingga akhirnya Carter menghakhiri hidupnya sendiri.

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan
Kemudian Foto Carter muncul di majalah New York Times yang dirilis pada, 26 Maret 1993, dan saat itu juga banyak kritikan pedas yang menganggap carter tidak manusiawi, dengan membiarkan anak tersebut menderita dan memotretnya bukan memberikan pertolongan, meski pada kenyatannya foto tersebut di ambil pada suasana ramai saat pembagian bantuan makanan oleh tim PBB.

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan

Carter meninggal pada umur 33 tahun setelah memenangkan penghargaan Fotograpi Pulitzer Prize tahun 1994 untuk foto seorang anak dan Burung Bangkai yang memilukan itu.

Dia Bunuh Diri dua bulan setelah memenangkan penghargaan tersebut di dalam truk di tebing sungai Braamfonteinspuit, Johannes Burg Afrika Selatan. Polisi mengatakan, tubuh Carter dan beberapa surat kepada teman-teman dan keluarganya ditemukan di truk pikapnya, diparkir di pinggiran Johannesburg. Mereka mengatakan sebuah pemeriksaan menunjukkan dia meninggal karena keracunan karbon monoksida. diduga carter memasukkan selang dari knalpot mobilnya ke dalam mobil tersebut dan menyebabkan carter keracunan.

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan
Menurut Cerita yang disampaikan oleh Joao Silva yang bersama Carter saat berada di tempat pemotretan itu, seperti dituturkan kepada penulis Jepang, Akio Fujiwara, dan dimuat dalam buku berjudul The Boy who Became a Postcard (terbitan Ehagakini Sareta Shonen).
Seusai memotret anak malang tersebut, Carter duduk di bawah pohon dan terlihat seperti tertekan.


Dia berkata rindu dan ingin memeluk Megan, putrinya, kata Silva, Carter memang punya seorang anak perempuan bernama Megan, kelahiran 1977, anak yang lahir di luar nikah dengan Kathy Davidson, seorang guru sekolah.

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan
Pada saat bunuh diri, surat yang ditinggalkan Carter berisi tulisan dengan dirinya yang sedang depresi yang berat sebagai berikut:
I am depressed without phone money for rent money for child support money for debts money!!! I am haunted by the vivid memories of killings and corpses and anger and pain of starving or wounded children, of trigger-happy madmen, often police, of killer executionersI have gone to join Ken if I am that lucky.


Carter bunuh diri 27 Juli 1994 beberapa pekan setelah meraih Hadiah Pulitzer dengan cara menutup diri di dalam mobil pickup-nya, lalu mengalirkan gas knalpot ke dalam. Ia bunuh diri karena depresi pada kenyataan hidup yang kejam dan keras. Carter juga menangisi kematian sahabatnya, Ken Oosterbroek, sesama fotografer jurnalistik, yang meninggal saat meliput sebuah kerusuhan.


Sebagian besar dari kita kesulitan memahami bagaimana Kevin Carter dan seluruh kelompok Bang-Bang Club melakukan pekerjaan semacam ini setiap hari. Tapi ternyata itu merugikan mereka, Dia mengatakan dia akan "berbicara tentang kesalahannya untuk orang-orang yang tidak bisa dia selamatkan karena dia memotret mereka ketika mereka sedang dibunuh." Itu membuatnya ke dalam tahapan depresi carter. Teman lain, Reedwaan Vally, mengatakan, Anda bisa melihat yang sedang terjadi. Anda bisa melihat carter tenggelam dalam fajar yang gelap.


Dan kemudian sahabatnya dan sesama anggota Bang-Bang Club, Ken Oosterbroek, ditembak dan dibunuh ketika berada di lokasi. Carter merasa seharusnya dia yang di bunuh , tetapi dia tidak ada di sana bersama kelompoknya pada hari itu karena dia sedang diwawancarai tentang penghargaan Pulitzer nya. Pada bulan yang sama, Nelson Mandela menjadi presiden Afrika Selatan.

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan

Mendapatkan penghargaan Pulitzer memberikan tekanan padanya, menambah tumpukan stres dan rasa bersalah yang telah ia kumpulkan saat mendokumentasikan beberapa sudut paling mengerikan di dunia. Namun berkat foto-fotonya yang penuh kenangan, kelaparan di Sudan menjadi terkenal secara internasional. Carter meninggalkan kenangan pahit yang tak terhapuskan dan menyadarkan dunia tentang mengerikannya bencana seperti itu.

Kevin carter dan Sahabatnya

Fotografer ini bunuh diri setelah jepretannya raih penghargaan