Pada saat kita menonton film-film laga yang kebanyakan koreografinya berorientasi ke penggunaan senjata api, kebanyakan film-film tersebut memperlihatkan senjata api milik karakter-karakter protagonis seperti memiliki peluru yang tidak terbatas atau sang protagonis dapat membunuh para kaki tangan antagonis dengan satu kali tembak entah dibagian manapun yang ditembak.

Tetapi hal ini tidak berlaku di film-film seperti Heat (1995), The Way of the Gun (2000), Collateral (2004), Lone Survivor (2013), John Wick (2014) dan John Wick: Chapter 2 (2017). Itu hanya sedikit contoh, mungkin masih ada lagi. Tapi aku hanya akan membahas film John Wick (2014).

Mengenal Faux-Realism di film John Wick

Faux-Realism adalah penggambaran seseorang atau sesuatu yang mendekati kenyataan namun tetap dengan sentuhan fiktif. John Wick digambarkan sebagai manusia yang sangat kompeten dalam membunuh. Namanya terkenal sebagai seorang pembunuh di kalangan pembunuh professional. Itu adalah bagian fiktifnya.

Bagian yang coba digambarkan nyata layaknya di dunia kita adalah bagimana John Wick dan orang-orang yang ada di film John Wick menggunakan senjata api dan bagaimana tembakan-tembakan tersebut mempengaruhi mereka. Di sepanjang film kita melihat John Wick dan musuh-musuhnya mengisi ulang peluru senjata api mereka karena... tau lah kalau peluru juga bisa habis. Kita juga melihat bagaimana seseorang tidak langsung jatuh mati ketika tertembak di bagian tubuh yang bukan bagian fatal layaknya film-film laga kebanyakan.

Untuk sebuah film laga yang koreografinya bertumpu ke pertempuran senjata api, hal tersebut adalah nilai plus karena akan membuat adegan-adegan terkesan lebih menegangkan apalagi ketika sang karakter protagonis kehabisan peluru.