Pada tahun 1990-an, salah satu hiburan visual yang dapat dinikmati anak-anak Indonesia mungkin hanya melalui televisi. Pada masa-masa itu, stasiun-stasiun televisi di tanah air sangat mengakomodir acara-acara musik yang diperuntukkan bagi anak-anak. Tercatat saat itu ada beberapa stasiun televisi seperti Indosiar, TPI, RCTI dan SCTV yang secara konsisten memberi ruang bagi tayangan-tayangan musik anak.

Bagi mereka yang duduk di bangku SD atau SMP pada tahun saat itu, tayangan-tayangan seperti Si Komo, Kring..Kring Olala, Klak-Klik, Tralala-Trilili, Dunia Anak-Anak dan Cilukba tentu tidak asing lagi. Acara-acara itu disuguhkan oleh pembawa acara yang juga merupakan penyanyi-penyanyi cilik pada masa itu dan dikonsep dengan kreatif karena selain memutar video klip lagu-lagu anak yang juga bisa di-request melalui telepon, juga terdapat segmen-segmen yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

Periode emas musik anak Tanah Air.

Masa-masa itu boleh jadi merupakan era terbaik bagi para pencipta lagu dan juga para penyanyi cilik Indonesia. Siapa yang tak kenal dengan nama-nama beken seperti Ibu Kasur, Pak Kasur, Titiek Puspa, Papa T. Bob, Kak Nunuk, dan A.T. Mahmud? Merekalah sebagian besar sosok-sosok hebat di balik terciptanya lagu-lagu anak hits pada masa itu.

Adapula penyanyi-penyanyi cilik seperti Mega Utami, Tina Toon, Kak Ria Enes dan Suzan, Trio Kwek-Kwek (Dhea, Affandy dan Leony), Agnes Monica, Saskia, Geovany, Enno Lerian, Meisya, Chikita Meidy, Tasya, Bondan Prakoso hingga Joshua Suherman yang dulu sangat dikenal, kini sudah tumbuh dewasa dan pensiun dari karir sebagai artis-artis cilik.

Mereka semua hadir memberikan warna tersendiri bagi dunia anak melalui musik dan lagu-lagu yang tentunya bernuansa anak-anak. Lagu-lagu yang dibawakan bercerita tentang kehidupan anak dan juga mengandung pesan-pesan mendidik seperti pentingnya menabung, meraih cita-cita, belajar yang rajin dan nasihat-nasihat positif lainnya.

Saat itu anak-anak dibesarkan dengan lagu-lagu yang memang tepat dan cocok untuk usia dan perkembangan mereka. Di samping kemasan (packaging) acara yang dibuat menarik, jam tayang acara-acara tersebut juga sangat bersahabat karena ditayangkan di hari Minggu pagi atau di antara hari Senin sampai Sabtu sore sehingga tidak mengganggu waktu belajar di malam hari.

Acara anak-anak yang mulai memudar dan hilang.

Memasuki era milenium tahun 2000an, perlahan-lahan acara-acara tersebut mulai berkurang dan bahkan menghilang. Seolah ikut lesu karena kecenderungan stasiun televisi yang beralih pada acara-acara seperti sinetron, FTV, infotainment, talkshow dan acara musik untuk dewasa. Para pencipta lagu juga seperti mengalami paceklik kreativitas dan tak lagi menghasilkan lagu-lagu baru untuk anak-anak. Sejalan dengan fenomena itu, rantai regenerasi juga terputus dan tidak ada kaderisasi bagi penyanyi-penyanyi cilik baru untuk melanjutkan sepak terjang kakak-kakak mereka yang saat ini sudah berhenti menjadi penyanyi cilik karena sudah berusia dewasa tentunya.

Industri musik tanah air juga sepertinya lebih memprioritaskan musik-musik yang kontennya untuk para kawula muda serta punya nilai jual tinggi di pasar musik. Akibatnya, anak-anak di masa sekarang justru disuguhkan tayangan-tayangan musik yang tidak sesuai dengan usia mereka.

Ajang mencari bakat tak tepat sasaran.

Di tahun 1990an memang belum ada ajang-ajang kreativitas pencari bakat bagi penyanyi cilik seperti yang lazim kita temukan di televisi-televisi saat ini. Ajang mencari bakat diakui memberi ruang bagi anak yang memiliki bakat menyanyi agar bisa memiliki karir yang cemerlang dalam industri musik. Akan tetapi, jika ditelusuri lebih seksama sebenarnya mulai dari jenis lagu yang dibawakan, tata cara berpakaian dan koreografi pada saat bernyanyi jauh dari nuansa anak. Mereka justru tampil dalam balutan konten untuk konsumen dewasa. Tak jarang lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu yang bertemakan cinta yang tentunya sudah belum tepat bagi anak-anak itu.

Tidak dapat dipungkiri, selera pasar memang berubah dan trend ini juga yang mengubah selera musik anak-anak di masa sekarang. Mungkin sangat sedikit atau bahkan tidak ada lagi anak-anak sekarang yang suka menyanyikan lagu Cicit cicit cuit milik Joshua atau lagu Si Komo oleh Melisa. Telinga anak-anak pada masa kini mungkin lebih akrab dengan lagu-lagu Sayang milik Via Vallen atau Asal Kau Bahagia milik Armada band.

Pentingnya lagu-lagu anak.

Anak-anak Indonesia harus tumbuh dengan lagu-lagu anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Southern Californias Brain and Creative Institute pada tahun 2016, otak anak akan lebih berkembang bila mendengarkan lagu-lagu anak. Hal ini disebabkan oleh menguatnya hubungan jaringan-jaringan saraf dalam otak sehingga akan meningkatkan keterampilan anak khususnya pada area pemerolehan bahasa (language acquisition) dan kemampuan membaca (reading skills).

Selain itu, lagu-lagu anak kerap kali berisikan pesan-pesan positif yang niscaya akan membekas dalam memori seorang anak. Ini erat kaitannya dengan karakter otak kanan manusia yang merupakan ingatan jangka panjang (long term memory). Musik dan suara lebih cenderung diproses di otak kanan, salah satu bukti nyata adalah ketika sejak TK atau SD kita diajarkan mengingat nama-nama hari dan alfabet melalui lagu sehingga sampai tuapun kita akan selalu ingat.

Mengembalikan marwah musik anak.

Industri musik dan stasiun-stasiun televisi tanah air diharapkan agar lebih aktif menghidupkan kembali keceriaan masa kanak-kanak melalui musik. Baik stasiun televisi maupun industri musik dituntut untuk tidak sekadar mengejar rating dan nilai komersialitas tapi juga harus mulai memberikan ruang dan kesempatan lebih bagi para pencipta lagu anak-anak untuk kembali bisa berkarya. Tentunya karya-karya itu nantinya harus diapresiasi dengan cara diberikan kontrak profesional kepada para pencipta lagu dan penyanyi cilik yang membawakan lagu-lagu tersebut serta kesempatan yang maksimal agar lagu-lagu tersebut juga bisa diproduksi dan ditayangkan sehingga memiliki nilai jual tinggi dan menjadi hiburan bagi anak-anak.

Televisi dan industri musik punya andil yang besar dalam memberikan pendidikan musik yang tepat kepada anak-anak Indonesia. Lagu-lagu anak harus dimunculkan kembali dengan pesan-pesan moral yang baik, kreativitas yang tinggi dan menarik sehingga membuat anak-anak kita antusias untuk menggandrungi dan menyanyikannya. Kontes-kontes pencarian bakat juga perlu dilibatkan sehingga konten acara bisa disesuaikan dengan usia anak. Pada akhirnya, anak-anak Indonesia bisa lebih bangga menyanyikan lagu-lagu anak ketimbang lagu-lagu dewasa yang bukan porsi usia mereka.