Sebagai penggemar sate, beberapa sentra kuliner sate di Jogja memang pernah saya sambangi. Daging yang ditusukkan ke lidi merupakan ciri khas dari makanan yang bagi saya tak pernah membosankan ini. Rasa lembutnya memberikan sensasi istimewa di lidah setiap orang, disamping racikan bumbunya yang pas.

Sewaktu kecil, saya tahunya bahwa makanan yang sering dibakar berjajar di atas arang ini asalnya cuma dari Madura. Semakin dewasa, saya makin paham bahwa jenis sate ternyata beragam. Ada yang diolah dari daging ayam, kambing, sapi, lemak sapi, bahkan tempe. Wow!

Nah, terkait kuliner sate yang ternyata beraneka ragam ini, saya akan berbagi info nih tentang beberapa sate rekomendasi yang pernah saya icip sendiri. Ya dong, mana berani saya merekomendasikan yang gak enak.

1. Sate Klathak di Warung Nglathak.

Diolah dengan rempah berbeda, 4 sate istimewa ini jadi idola di Jogja

Bagi sebagian orang, sate klathak mungkin kurang menarik perhatian karena warnanya yang pucat dan minim bumbu. Namun bagi mereka yang sudah pernah icip, pasti deh bakal ketagihan. Kenapa? Karena rasa gurih yang berasal dari penggaraman membuat sate ini memiliki cita rasa ringan dan gak bikin eneg.

Satu keunikan sate klathak adalah tusuknya yang dibuat dari jeruji sepeda, bahkan di Warung Nglathak, saya temukan kelebihan lain dari kelezatan tiap tusuk satenya, yaitu toping mozarella. Wih, dijamin bakal keenakan deh lidah kamu karena legitnya.

Selain itu, daging kambing di warung ini juga diolah secara higienis dan gak amis (prengus) karena memanfaatkan daging domba afkir yang tak beranak lagi. Yuk kapan-kapan mampir, alamatnya di Karang Gayam, Caturtunggal, Depok, Sleman. Jangan lupa selfie cantik ya karena warung mininya instagramable banget.

2. Sate Merah di Warung Sate Ratu.

Diolah dengan rempah berbeda, 4 sate istimewa ini jadi idola di Jogja

Jika mendengar namanya, apa yang terlintas di benak kamu? Sate yang berwarna merah? Ya, memang betul. Sate merah adalah sate yang berbahan baku daging ayam dan dibumbui dengan resep istimewa, tak terkecuali cabe hingga membuat warnanya merah segar.

Nah, keistimewaan lain dari sate merah adalah irisan dagingnya yang besar-besar sehingga membuat selera makan kita naik drastis. Walaupun sate ini tidak disajikan dengan kuah kacang atau toping lainnya, rempah spesial yang menghadirkan sensasi pedas manis ini membuatnya digemari banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Bahkan, ribuan konsumen yang berasal lebih dari 70 negara telah mencicipi kuliner asli nusantara yang dijual di Jogja Paradise Food Court, Jalan Magelang KM. 6, Sleman, Yogyakarta (Depan The Rich Hotel) ini.

Ngomong-ngomong tentang selera nusantara, Sate Ratu pernah terpilih menjadi 22 besar Finalis Nasional Penerus Warisan Kuliner Kecap Bango dari 7000 peserta. Wih, keren. So, gak perlu khawatir lagi kan tentang rasanya?

3. Sate Ayam di Warung Pak Syarif.

Nah, jika ditanya tentang sate ayam kesukaan, saya pasti akan menjawab Sate Pak Syarif. Ceritanya, warung sate ini sudah menjadi langganan makan keluarga karena letaknya tak jauh dari gereja kami.

Di Jogja, tak banyak saya temukan warung sate ayam yang enak. Kadang rasa kurang puas dipicu karena irisan dagingnya yang kecil, atau pelit bumbu.

Tapi, warung sate Pak Syarif ini berbeda. Sejak awal banget saya jadi pelanggan, irisan dagingnya stabil besar-besar hingga saat ini. Bumbu kacangnya mantab, bahkan setiap pelanggan bisa menambahkan irisan bawang merah dan cabe rawit sesuai selera. Nah, jika beruntung, kamu gak cuma dapat daging ayamnya, namun juga hati ayamnya yang rasanya gurih banget.

Berlokasi di Jl. Bantul, Suryodiningratan, Mantrijeron, Jogja, kamu bisa mampir untuk icip kenikmatan tiap tusuk sate yang bertekstur lembut ini. Jangan lupa, bukanya mulai sore ya.

4. Sate Kere Bu Suwarni.

Ada yang doyan sate kere? Bagi mereka yang sangat menjaga kesehatan, mungkin sate kere bukanlah pilihan tepat karena dianggap kurang menyehatkan. Namun jika bertemu dengan para penggila kuliner anti mainstream, bisa banget deh sate kere jadi pilihan yang bakal memanjakan lidah.

Di Jogja sendiri, saya menemukan sate kere legendaris yang dijual di pinggiran Pasar Beringharjo. Bu Suwarni, nama pedagang sate ini mengungkapkan bahwa per harinya, ia bisa menjual 10 hingga 12 kg daging untuk pelanggan. Sate gajih, sebutan lain dari sate kere ini diolah dengan resep istimewa. So, jangan heran jika pada saat dibakar, sate ini sering mengundang perhatian karena kepulan asap dan aromanya yang sering membuat lapar, termasuk saya.

Disajikan dengan bungkus pincuk (daun pisang), perempuan berusia 65 tahun ini melayani pelanggan dari mulai jam 11 siang hingga menjelang maghrib setiap harinya. Yuk mampir!

Nah, kamu pingin icip sate yang mana dulu nih? Yang jelas, menurut saya sih enak semua. Kalau pingin cobain yang gak dijual di tempat lain (tidak ada cabang), sate merah bisa jadi pilihan pertama. Hanya ada di Jogja dan satu-satunya warung sate yang menjual bumbu resepnya sehingga bisa kamu jadikan oleh-oleh khas Jogja untuk kerabat di luar kota.