Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna yang beragam. Menurut Kartawinata (2010), Indonesia memiliki hampir 25.000 hingga 30.000 spesies tumbuhan serta memiliki lebih dari 50 macam ekosistem atau vegetasi alami. Masyarakat Indonesia hingga saat ini masih melestarikan kearifan lokal yang sejak dahulu sudah dilakukan, yaitu dengan memanfaatkan sumber daya alam tumbuhan dan hewan yang ada di sekitarnya sebagai cara pengobatan tradisional.

Etnomedisin (etnomedicine) merupakan kajian antropologi medis yang membahas mengenai sistem medis pada masyarakat tradisional atau sering juga disebut sebagai pengobatan tradisional. Belum banyak yang mengetahui tentang endomedisin yang pada praktiknya masih memanfaatkan tumbuhan atau hewan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Macam pengobatan yang menggunakan etnomedisin dibagi menjadi dua, yaitu yang berbahan dasar tumbuhan disebut sebagai herbalmedicine dan yang berbahan dasar dari pemanfaatan binatang disebut animalmedicine.

Foster dan Anderson (1986:62) mendefinisikan etnomedisin merupakan aspek yang ada seiring perkembangan kebudayaan manusia. Berdasarkan kajian etnomedisin, penyakit dipercaya disebabkan oleh dua faktor. Pertama yaitu penyakit yang disebabkan oleh tokoh (agen) seperti makhluk halus, dewa, manusia, dan lain-lain yang disebut sebagai personalistik. Kedua yaitu penyakit yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan tubuh karena unsur-unsur tetap yang ada di dalam tubuh seperti panas dan dingin yang biasa disebut dengan naturalistik.

Terdapat 3 konsep penyakit serta pengobatan naturalistik yang hingga saat ini masih dipercaya dan mendominasi etnomedisin di dunia.

1. Konsep Patologi humoran dari Yunani yang berdasarkan konsep humor atau cairan di dalam tubuh manusia.

2. Konsep Ayurveda dari India, yang mempercayai bahwa penyakit dapat disembuhkan dengan makanan karena makanan mempunyai khasiat untuk memanaskan dan mendinginkan unsur-unsur yang ada di dalam tubuh. Konsep Ayurveda mempercayai bahwa alam terdiri dari 5 unsur, yaitu air, api, udara, tanah dan eter. Apabila kelima unsur yang ada di dalam tubuh tersebut tidak seimbang maka akan menyebabkan terganggunya kesehatan tubuh.

3. Konsep pengobatan tradisional Yin dan Yang dari Cina. Yin dan Yang merupakan kekuatan yang bergabung secara seimbang di dalam alam. Dan, apabila kdua kekuatan tersebut tidak seimbang di dalam tubuh, maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan.

Pada penyakit naturalistik pengobatan yang biasa digunakan adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Sementara pada penyakit personalistik biasa menggunakan pengobatan ritual dan magi. Etnomedisin berfungsi selain untuk mengobati penyakit yang ada, yaitu untuk mencari senyawa baru yang tidak memiliki efek samping seperti pengobatan modern di mana timbulnya banyak efek resisten dari obat yang sudah ada dan juga untuk mengantisipasi munculnya penyakit baru.

Terapi lintah telah digunakan sejak 2000 tahun lalu.

Salah fokus kajian etnomedisin yaitu animalmedisin (animalmedicine). Animalmedisin digolongkan dalam dua jenis.Pertama,menggunakan bagian tubuh hewan untuk pengobatan seperti cula badak, fetus atau bayi kijang, empedu kobra, dll. Kedua,dengan memanfaatkan produksi hewan sepergi susu, madu, lintah untuk menghisap darah, sengatan lebah, dll. Sedot lintah merupakan salah satu contoh animalmedisin pada pengobatan penyakit naturalistik.

Lintah merupakan anggota dari filum annelida yang merupakan hewan yang dapat hidup di dalam air atau di darat pada daerah tropis. Terapi lintah telah digunakan sejak 2000 tahun lalu dalam konsep pengobatan tradisional di Eropa, Ayurveda, dan Cina. Terdapat sekitar 600 jenis lintah, namun hanya sekitar 15 jenis lintah yang dapat digunakan sebagai pengobatan. Lintah yang biasa digunakan di dunia medis merupakan famili Hirudinidae untuk mengobati berbagai penyakit. Lintah menghisap darah dan bekerja seperti pipet kecil yang mengijeksi puluhan hingga ratusan zat kimia dengan memasukkan air liurnya ke dalam tubuh manusia.

Lintah mengandung zat yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia.

Menurut Abdullah, dkk (2012), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, lintah mengandung banyak zat yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia. Pada praktiknya, terapi lintah yang ada saat ini berbeda dari terapi lintah kuno. Lintah yang digunakan untuk terapi merupakan lintah yang dikembangbiakkan di peternakan dan telah mengalami standar yang ketat untuk dapat digunakan sebagai pengobatan utama dan bukan menggunakan yang tumbuh di tempat liar.

Pada awalnya lintah hanya digunakan sebagai pengobatan untuk mengobati penyakit jantung dan gangguan peredaran darah. Namun seiring perkembangan zaman, saat ini lintah juga dapat menjadi alternatif pengobatan untuk penyakit radang kronis, rasa nyeri, bedah plastik dan rekonstrusi, hingga pengobatan untuk penurunan fungsi tulang sendi.

Cara yang digunakan dalam pengobatan lintah ini adalah diawali dengan pasien yang berada pada posisi nyaman bergantung pada letak bagian tubuh mana yang sedang mengalami masalah atau penyakit (lesi), kemudian bagian tubuh tersebut mulai dibersihkan menggunakan air dan kemudian dikeringkan menggunakan lap atau kain bersih. Kemudian lintah mulai diaplikasikan pada bagian tubuh tersebut, lintah akan berubah menjadi posisi melengkung yang menandakan lintah tersebut sedang menghisap darah. Jika pasien mengeluh karena nyeri dan gatal, lintah dilepaskan dengan menaburkan garam pada badannya.

Terapi sedot lintah hingga saat ini dipercayai sebagai terapi yang baik untuk membuang zat toksin, darah kotor, hingga mengobati alergi. Untuk efek samping yang dirasakan setelah terapi lintah berdampak berbeda-beda pada sebagian orang. Salah satu efek samping dari pengobatan sedot lintah adalah gatal-gatal yang disebabkan oleh pengaruh zat histamine pada air liur lintah, nyeri, infeksi, alergi, dan parahnya hingga anemia.

Lintah yang sering terlupakan, namun menyimpan segudang manfaat.

Seiring perkembangan zaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan kedokteran, terapi lintah yang ada saat ini sudah mulai ditinggalkan dan tergantikan dengan pengobatan modern yang dinilai lebih efisien. Seperti pemanfataan sedot lintah sebagai obat untuk penyakit jantung, yang dilakukan dengan cara mengeluarkan darah-darah kotor, kini masyarakat lebih memilih stent atau memasang ring ke arteri untuk mengobati penyakit jantung, yang dimaksudkan agar aliran darah pasien kembali normal. Alasan mengapa terapi lintah ditinggalkan juga karena masyarakat belum banyak mengetahui akan bagaimana khasiat lintah dan masih memandang lintah merupakan hewan yang mejijikkan.

Dengan banyaknya ragam flora dan fauna di Indonesia, baiknya kita memanfaatkan sumber daya alam tumbuhan dan hewan tersebut dengan sebijak-bijaknya. Sehingga kita bisa terus mendukung dan melestarikan etnomedisin di Indonesia.