Membahas tentang teknologi yang terus berkembang tentu saja pikiran kita tidak akan jauh dari konsep industri 4.0 yang belakangan ini dikenal secara luas baik di dalam maupun luar negri. Industri 4.0 mengubah banyak pandangan kita terhadap industri konvensional. Munculnya konsep industri 4.0 menyebabkan sektor telekomunikasi, perdagangan, perbankan, maritim hingga pertanian dipaksa untuk bergerak menuju ke arah 4.0. Tantangan ini memang harus dijawab dengan solusi yang matang, terutama di sektor yang selama ini sangat jarang disentuh oleh teknologi, seperti maritim dan pertanian.

Di Indonesia sendiri, sektor pertanian saat ini masih jarang yang telah menerapkan konsep teknologi 4.0, dan masih dapat dikatakan merintis. Namun memang seperti itulah jawaban dari tantangan industri yang dilakukan oleh petani lokal. Kini sudah banyak kita temui model-model petani yang tidak perlu lahan luas untuk menghasilkan produk pertanian yang berkualitas baik dengan kuantitas yang tidak sedikit. Sama halnya dengan sektor maritim, konsep industri 4.0 masih sangat jarang kita temui secara langsung. Dari sekian banyak inovasi teknologi 4.0 di sektor maritim, yang paling mungkin diimplementasikan dalam waktu dekat ini adalah VIS (Vessel Information System).

Vessel Information System merupakan teknologi yang berkembang saat ini di industri maritim internasional. VIS digunakan untuk pengelolaan perkapalan, khususnya dalam mengoptimalkan dan meningkatkan performansi kapal. Di Indonesia sendiri, teknologi ini belum dikenal secara luas dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan biaya untuk mengimplementasikannya. VIS selama ini hanya dimanfaatkan sebagai media tracking posisi kapal laut, namun masih banyak lagi potensi dari VIS yang belum dieksplore secara luas. Sistem semacam itu cocok diterapkan di Indonesia yang kebetulan 2/3 wilayahnya adalah air.

VIS menggunakan konsep IoT (Internet of Things) dalam pengoprasiannya, sebuah modul alat dengan berbagai jenis sensor disematkan ke dalam badan kapal. Sensor yang dapat digunakan adalah sensor bahan bakar, GPS, cuaca hingga kondisi perbekalan kapal. Satu-satunya kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan teknologi ini adalah sulitnya menemukan koneksi internet yang memadai dari atas kapal. Namun lagi-lagi permasalahan ini sudah menemukan solusinya, Indonesia sudah memiliki dan mengelola sendiri teknologi telekomunikasi satelit sebagai penyedia layanan internet meskipun berada di atas kapal.

VIS umumnya digunakan oleh sektor industri besar seperti perminyakan, gas, dan militer. Namun VIS juga memiliki potensi yang baik untuk digunakan pada sektor yang lebih kecil seperti industri perikanan dan pelayaran. Target pengguna dari VIS ini pun ikut mengecil, dari semula badan pemerintahan dan perusahaan besar, menjadi sekelas koperasi nelayan. VIS dapat dimanfaatkan oleh koperasi nelayan untuk memonitor aktivitas kapal nelayan. Bahkan dengan ide pengembangan yang lebih, VIS dapat dilengkapi dengan panic button untuk nelayan jika sewaktu-waktu nelayan berada dalam kondisi darurat dan butuh pertolongan.

Ketika sistem telah terintegrasi secara penuh, nelayan dapat memanfaatkannya sebagai media komunikasi antar nelayan maupun komunikasi ke darat. Hal tersebut menjawab permasalahan komunikasi selama ini yang dialami nelayan. Dengan adanya VIS, kapal-kapal dapat saling terintegrasi dengan sistem dan bahkan dapat dilengkapi dengan radar pencari ikan. Informasi tersebut dapat diolah di pusat sistem yang berada di koperasi nelayan, kemudian dikirimkan kembali kapal-kapal nelayan yang sedang berlayar. Akhirnya kapten kapal dapat menentukan arah kapalnya ke tempat yang terdeteksi banyak ikan sehingga kapal-kapal tersebut dapat bekerja sama untuk mendapatkan tangkapan yang banyak. Bahkan jika ternyata terdeteksi ada kapal yang bahan bakarnya kurang, dapat segera diperingatkan atau ditolong oleh kapal lain.

Memang ide tersebut terdengar seperti khayalan, namun semua itu sebenarnya dapat diwujudkan dengan teknologi yang sudah ada, hanya tinggal kita saja yang harus dapat memanfaatkannnya dengan baik. Komunikasi satelit, teknologi GPS, sensor pencari ikan, hingga fuel sensor monitor semuanya sudah diciptakan dan sudah berfungsi secara mandiri. Tahap selanjutnya hanyalah integrasi antar komponen tersebut agar dapat saling berkomunikasi. Kita hanya perlu sedikit lagi pengetahuan dan usaha untuk mewujudkannya, dan ketika semuanya berhasil, agromaritim 4.0 bukan lagi hanya konsep.