Seorang pejabat bidang bencana alam di Bangladesh, bernama Iftekharul Islam, melaporkan bahwa pada Kamis (10/5) sebanyak 29 penduduk negara tersebut tewas karena sambaran petir.

Islam, yang merupakan Direktur Manajemen Bencana Bangladehs, memberikan keterangan kepada kantor berita AFP, bahwa peristiwa tersebut terjadi hanya dalam kurun waktu 24 jam saja.

Dilansir dari suara.com, kejadian mematikan tersebut terjadi di 12 distrik. Korban tewas sebagian besar adalah petani. Memang kejadian ini bukanlah yang pertama terjadi di Bangladesh. Selalu ada korban jiwa akibat petir, ketika musim penghujan panjang datang, sejak bulan April sampai Oktober.

Namun, jumlah laporan kematian akibat sambaran petir pada tahun ini dinilai sangat tidak wajar. Islam mengatakan bahwa, sejak bulan Januari sampai 10 hari pertama bulan Mei saja, sudah 112 orang tewas karena disambar petir. Itu artinya, setiap hari ada 10 sampai 12 orang yang tewas.

Bencana sambaran petir Bangladesh tewaskan 112 orang di kuartal I 2018

Foto: id.wikipedia.org

Kejadian sambaran petir ini, sejak bulan Mei 2016 silam telah dimasukkan dalam kategori bencana alam oleh Pemerintah Bangladesh.Saat itu, ada sekitar 82 orang tewas akibat perisitiwa tersebut.

Bencana alam mematikan ini, telah membuat petani-petani di Bangladesh enggan untuk memanen di sawah. Jika merujuk data pada tahun 2017 lalu, maka potensi korban jiwa pada tahun ini diperkirakan jauh lebih banyak. Karena pada tahun lalu, dilaporkan sekitar 349 orang tewas akibat sambaran petir, dalam kurun waktu satu tahun.

Penyebab utama dari sambaran petir mematikan tersebut, tidak lain adalah karena kebiasaan buruk para petani, yang kerap membuka lahan baru dengan cara membabat hutan. Kebiasaan ini menyebabkan terjadinya deforestasi, sebagaimana dikemukakan oleh para ilmuwan.

Untuk mengurangi angka kematian akibat sambaran petir, pemerintah melakukan program penanaman pohon palma, sebanyak 5 juta pohon. Sampai saat ini, sudah 3,8 juta pohon yang ditanam.

Hanya saja, kebijakan tersebut bukan kebijakan yang bisa berhasil secara instan. Perlu bertahun-tahun untuk pohon tersebut tumbuh tinggi, sehingga bisa dijadikan tempat berlindung, untuk para petani ketika ada petir.