Belum banyak masyarakat Indonesia mengetahui tentang Pesta Baratan yang selalu diadakan di Jepara setiap tahunnya. Padahal Pesta Baratan juga merupakan produk budaya Jawa yang kental dan perlu dilestarikan. Dan yang menjadikan Pesta Baratan ini lebih spesial ialah perayaan ini hanya dapat dijumpai di kecamatan Kalinyamatan Jepara pada malam Nisfu Syaban (Kalender Hijriyah), 15 hari menjelang dimulainya ibadah puasa bagi umat Islam.

Sebenarnya ritual dalam Pesta Baratan cukup sederhana, yaitu setelah shalat maghrib, umat Islam desa setempat melakukan kegiatan membaca surah Yaa-siin tiga kali baik secara berjamaah di Masjid maupun di rumah masing-masing kemudian dilanjutkan dengan salat Isya dan membaca doa Nisfu Syaban. Selanjutnya dimulailah arak-arakan Ratu Kalinyamatan dan Sultan Hadirin yang merupakan tokoh yang sangat diagungkan sebagai figur pahlawan di Jepara. Lalu anak-anak muda di setiap penjuru desa akan mengelilingi desa dengan membawa lampion kertas atau obor dengan menyuarakan sholawat-sholawat Nabi atau ungkapan-ungkapan khas desa setempat seperti dilaumbul.. gelis mumbul.. dan lainnya.

Di samping memiliki unsur peringatan untuk mengenang sosok Ratu Kalinyamat, Pesta Baratan mempunyai unsur-unsur Islami yang tak banyak diketahui selain bertepatan dengan peringatan Nishfu Syaban. Nah, berikut ini penjelasannya.

1. Asal-usul istilah Baratan.

Baratan, pesta unik menyambut Ramadhan

Rupanya, kata Baratan berasal dari bahasa Arab yaitu Baraah atau Berkah yang memiliki makna keselamatan dan keberkahan. Ada juga yang mengatakan bahwa istilah Baratan berasal dari kata baraatan yang artinya lepas atau merdeka. Karena itulah mengapa pesta Baratan juga identik dengan perayaan menyambut Ramadhan, saat di mana seluruh umat Islam berlomba-lomba melakukan kebaikan dan membebaskan diri dari dosa atau hal-hal yang negatif dan sia-sia.

2. Kuliner khas Sego Puli.

Baratan, pesta unik menyambut Ramadhan

Sego puli atau nasi puli ini biasanya dimakan secara bersama-sama (bancaan) sebelum dilepaskannya arak-arakan. Nasi puli terbuat dari bahan beras dan ketan yang ditumbuk halus dan dimakan dengan kelapa yang dibakar atau tanpa dibakar. Banyak orang yang belum tahu bahwa ternyata nama puli berasal dari bahasa Arab afwulii yang artinya maafkan aku, karena orang Jawa senang menyederhanakan kata, akhirnya yang terkenal adalah puli. Bahkan nama makanan juga mengandung arti yang mendalam ya.

3. Islamisasi budaya.

Baratan, pesta unik menyambut Ramadhan

Banyak yang mengira bahwa pesta Baratan identik dengan ritual mistis pemilihan Ratu Kalinyamatan karena proses pemilihannya yang ketat dan cukup rumit. Hal ini seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dengan dandanan yang mewah seperti gambaran sosok asli Ratu Kalinyamatan. Namun pada tahun 2018 ini rupanya ada perubahan pada penampilan sosok pemeran Ratu Kalinyamatan dalam arak-arakan, yaitu dandanannya yang mengenakan hijab. Tak ayal banyak kalangan yang menyambut baik perubahan tersebut sebagai bentuk Islamisasi budaya yang positif.

Itulah beberapa hal yang menarik dan belum banyak diketahui dibalik Pesta Baratan. Selamat Ramadhan!