Seluruh dunia sedang berperang melawan pandemi yang menimbulkan kekacauan dalam berbagai hal, termasuk perekonomian di Indonesia. Meski begitu ternyata ada berbagai hal positif yang dapat diambil di masa ini. Banyak masyarakat terutama kaum milenial yang belajar berbagai hal baru, seperti membuka wawasan terhadap investasi.

Meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap investasi ini dikaitkan dengan banyaknya masyarakat yang harus bekerja di rumah, para pekerja yang gajinya dipotong, atau bahkan para pekerja yang terpaksa diberhentikan oleh perusahaan demi bertahan di situasi yang kelam ini. Dengan kondisi seperti itu, masyarakat berusaha untuk tetap mendapatkan penghasilan, sehingga tergeraklah untuk mulai berinvestasi.

Berbagai instrumen investasi seperti properti, emas, deposito, crypto currency, saham, dan reksadana mulai menjadi tren. Dari beberapa instrumen investasi tersebut saham merupakan investasi yang cukup diminati oleh kaum milenial.

Investasi itu seru dan menantang, selain itu juga dapat menambah sumber penghasilan kita. Hal ini dikatakan oleh Stephanie, mahasiswa yang baru mulai berinvestasi.

"Saya pilih saham karena itu salah satu instrument investasi yang lebih mudah dimengerti dan barang atau jasa yang diproduksi dari perusahaan tersebut bisa kita beli dan terlihat kasat mata, tidak seperti crypto currency," ujar Stephanie, Senin (26/07/2021).

Berikut beberpa tips untuk kaum milenial, terutama pemula yang baru mau berinvestasi saham.

1. Pelajari apa itu saham.

Jangan ikut-ikutan orang lain saja. Pelajari dasarnya. Investasi membutuhkan pengetahuan yang tidak dapat dipelajari dalam waktu singkat, melainkan membutuhkan waktu untuk mempelajarinya.

2. Pilih sekuritas terpercaya.

Dalam melakukan transaksi jual beli saham, investor harus membuka rekening efek oleh perusahaan sekuritas. Pilihlah sekuritas yang memang sudah terpercaya, resmi, dan diawasi oleh OJK agar uangmu aman. Zaman sekarang sudah banyak aplikasi sekuritas dengan tampilan mudah dan menarik yang memudahkan kaum milenial untuk membeli saham seperti Ajaib, IPOT, Stockbit, dll.

3. Siap menerima keuntungan berarti siap menerima kerugian.

Dalam berinvestasi pasti ada saat untung dan saat rugi. Risiko ini tidak akan pernah terlepas di setiap instrumen investasi. Seperti contohnya pada krisis ekonomi tahun 2008, IHSG sempat turun lebih dari 51% dalam waktu 11 bulan, namun berhasil naik kembali hingga lebih dari 121% di tahun berikutnya. (Berdasarkan data IHSG)

4. Tentukan tujuan investasi.

Menentukan apakah investasi saham yang kamu lakukan untuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka pendek. Investasi jangka pendek akan menghasilkan keuntungan lebih cepat namun lebih berisiko, sedangkan jangka panjang akan menghasilkan keuntungan yang lambat, namun lebih aman dari risiko.

5. Diversifikasi.

Diversifikasi merupakan cara untuk mengurangi risiko investasi dengan tidak fokus pada satu instrumen dengan tujuan agar meminimalisir kerugian dan memaksimalkan keuntungan. "Dont put your eggs in one basket" merupakan istilah diversifikasi yang memiliki arti jangan menaruh semua telur kamu dalam satu keranjang, karena apabila keranjang itu jatuh maka telurmu akan pecah semua. Intinya, jangan menaruh semua uangmu pada satu perusahaan saja, lebih baik dibagi-bagi ke perusahaan lainnya.

6. Jangan asal pilih.

Lakukan riset terlebih dahulu sebelum membeli saham perusahaan. Akan lebih baik apabila kamu mengenal atau pernah membeli produk/jasa dari perusahaan tersebut. Selain itu pastikan juga bahwa perusahaan tersebut menghasilkan keuntungan, bertumbuh di masa yang akan datang, tidak memiliki banyak utang, dan memiliki nilai perusahaan yang baik dari segi brand dan produk.