Remaja terkenal dengan beberapa hal, seperti sangat berpusat pada diri sendiri dan ingin memuaskan keinginannya tanpa pikir panjang. Masa remaja juga masa di mana mereka mencari jati diri. Dalam pandangan psikologi, melihat remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang diperkirakan usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun (Tari & Tafonao, 2019).

Remaja adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa. Pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan baik secara fisik, biologis, mental dan emosional serta sosial. Masa remaja juga ditandai dengan adanya perkembangan fisik.

Selain perubahan-perubahan fisik, remaja juga akan mengalami perubahan secara psikologis. Perkembangan jiwa pada masa remaja juga semakin mantap, yang pada akhir masa remaja, jiwanya sudah tidak mudah terpengaruh serta sudah mampu memilih dan menyeleksi. Remaja juga mulai belajar bertanggung jawab pada dirinya, keluarga, dan lingkungan.

Apa yang dipikirkan oleh remaja dan dilakukannya dipengaruhi oleh metakognisi. Metakognisi adalah pengetahuan seseorang tentang sistem kognitifnya, berpikir seseorang tentang berpikirnya, dan keterampilan esensial seseorang dalam "belajar untuk belajar". Metakognisi juga diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, yang berarti pengetahuan tentang berpikir dan pengaturan proses pembelajaran (Rahim & Anggo & Sudia & Saleh, 2019).

Pengetahuan metakognitif melibatkan pemantauan dan pemantulan pikiran seseorang saat ini atau baru-baru ini. Ini mencakup pengetahuan faktual, seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan seseorang, atau diri sendiri, dan pengetahuan strategis, seperti bagaimana dan kapan menggunakan prosedur khusus untuk menyelesaikan masalah. Aktivitas metakognitif remaja terjadi ketika mereka menjadi siswa yang secara sadar beradaptasi dan mengelola strategi pemikirannya selama penyelesaian masalah. Metakognisi membantu remaja untuk melakukan banyak tugas akademik dengan lebih efektif (Williams & Atkins, 2009).

Keterampilan metakognitif juga membanturemaja memecahkan masalah. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja memiliki peningkatan kapasitas untuk memantau dan mengelola sumber daya kognitif untuk secara efektif memenuhi tuntutan tugas pembelajaran. Peningkatan kemampuan metakognitif ini menghasilkan fungsi dan pembelajaran kognitif yang lebih efektif. Remaja mengetahui strategi terbaik untuk digunakan dan kapan menggunakannya dalam melakukan tugas belajar (Santrock, 2001).

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Sampai kapan pun dan di mana pun manusia itu berada, belajar itu sudah menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Simatupang, 2019). Belajar sangat penting untuk remaja demi mencapai tujuan dan cita-citanya dalam bidang pendidikan. Ada beberapa cara belajar yang baik untuk remaja, yaitu sebagai berikut.

1. Ketika belajar harus bisa menciptakan suasana dan tempat yang mendukung untuk belajar.

2. Menanamkan kemampuan untuk mengatur waktu dengan baik.

3. Bisa mengenal kemampuan belajarnya. Pastikan waktu belajar dengan ujian cukup, mencatat ketika guru sedang menjelaskan di kelas, dan mengulang kembali catatan tersebut.

4. Belajar bisa diterapkan dengan bersama-sama yaitumelalui belajar kelompok.

5. Menjadi siswa yang tidak pasif di dalam kelas, selalu aktif bertanya ketika belum paham dan juga aktif menjawab ketika guru bertanya.

6. Hindari sikap yang tidak jujur. Banyak siswa yang menulis catatan bukan untuk dihafal atau diingat tetapi untuk bahan contekan ketika ujian.

Cara belajar tersebut dapat membuat remaja berhasil dalam proses pembelajarannya. Banyak remaja yang sudah hebat dalam prestasi pendidikannya karena punya cara belajar yang baik dan benar. Salah satunya seperti sembilan pelajar dari Indonesia yang berhasil menyabet delapan medali dari kompetisi matematika internasional di Hanoi, Vietnam. Mereka juga mendapatkan penghargaan Innovative Performance Award (Purbaya, 2019). Contoh lainnya datang dari pendidikan olahraga, atlet lompat tinggi putri asal Tuban, Nabila Fafriliani (16) berhasil meraih medali emas di event bergengsi Porprov Jatim 2019. Siswi kelas XI SMAN 2 Tuban ini berhasil mengungguli 32 atlet lain. Gadis berusia 16 tahun ini adalah penyumbang medali emas pertama untuk Kabupaten Tuban pada Porprov 2019 (Rofiq, 2019). Remaja-remaja tersebut memiliki cara belajar yang baik dan benar dalam bidang mereka masing-masing, karena itu mereka dapat mencapai prestasi yang tinggi dan mendapat penghargaan atas prestasi mereka tersebut.

Oleh karena itu remaja harus berperan aktif dalam proses belajar mereka, dengan melakukan cara belajar yang baik dan benar agar dapat meraih prestasi belajar seperti yang mereka inginkan. Belum lagi persaingan pada zaman sekarang ini semakin tinggi baik dalam bidang pendidikanapa pun. Jika remaja berperan aktif dalam proses belajarnya, dia akan bisa sukses dalam bidang yang akan ia tempuh dan dapat mencapai cita-citanyadi kemudian hari.