Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi berupa kehadiran media digital di tengah-tengah lingkungan dan peristiwa sosial memberi dampak terhadap eksistensi media analog yang sudah diakui keberadaan sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, sehingga menyebabkan banyak individu yang mengalihkan perhatiannya pada media sosial. Walaupun demikian, bagi sebagian besar individu, media analog seperti televisi tetap menjadi primadona sebagai media elektronik yang mampu mengirimkan pesan kepada khalayak ke segala penjuru. Hal itu terbukti dari adanya keinginan yang kuat dari lulusan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang penyiar berita televisi.

Jika ingin mengabdikan diri sebagai penyiar berita televisi atau newscaster, maka ada beberapa syarat mutlak yang wajib kamu penuhi sesuai dengan yang dikemukakan oleh Oramahi (2015). Ia memaparkan bahwa seorang penyiar berita televisi hendaknya memiliki proyeksi suara yang enak didengar, penampilan yang elegan, tingkat kecerdasan yang tinggi, memiliki latar belakang pengetahuan umum dan jurnalistik, rasa percaya diri yang tinggi, cara pengucapan kata-kata yang baik dan benar, serta tidak memiliki disabilitas vokal seperti gagap, cadel atau sengau. Persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi mengingat peran pembaca berita televisi sebagai ujung tombak dan ruang pamer bahkan penentu keberhasilan atau kegagalan sajian berita di tahap akhir ketika menyampaikan pesan-pesan itu kepada pemirsa televisi.

Ternyata selain syarat mutlak yang wajib dipenuhi di atas, Oramahi (2015) juga memaparkan persyaratan tambahan bagi individu yang memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi penyiar berita televisi, yaitu penguasaan lima kunci pokok membaca secara sempurna. Lima kunci pokok itu adalah sebagai berikut.

1. Pemenggalan kalimat (Phrasing).

Phrasing merupakan suatu kemampuan penyiar berita untuk memenggal satu kalimat menjadi bagian-bagian tertentu sehingga pada saat kalimat tersebut diucapkan akan dimengerti secara keseluruhan sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya. Pemenggalan kalimat dapat dilakukan dengan memberi tanda baca yang jelas pada setiap bagian kalimat.

2. Intonasi (Intonation).

Intonation yang populer dikenal dengan lagu kalimat adalah cara penyiar berita televisi dalam meninggirendahkan tingkatan suara pada bagian tertentu dengan tujuan untuk menggugah perhatian pemirsa televisi.

3. Penekanan (Stressing).

Bentuk penekanan yang disampaikan oleh penyiar berita televisi terdapat pada bagian suku kata tertentu, kalimat atau alinea, dengan tujuan agar pemirsa televisi dapat menangkap pesan dari berita yang disampaikan sebagai bentuk pesan yang perlu digarisbawahi.

4. Kecepatan membaca (Reading Speed).

Seorang penyiar berita televisi dituntut untuk memiliki keterampilan membaca berita antara 110-120 kata per-menit. Tuntutan ini diberikan kepada penyiar berita televisi agar memudahkan redaktur dalam menentukan durasi siaran.

5. Jeda (Pause).

Jeda dalam sebuah sajian berita memiliki fungsi sebagai tanda agar struktur kalimat yang dibaca oleh penyiar berita televisi menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat ditangkap dengan jelas oleh pemirsa televisi.

Nah, sudah jelas, kan, syarat-syarat dan lima pokok cara membaca yang sempurna sebagai bekal untuk menjadi seorang penyiar berita televisi. Kini untuk menjadi penyiar berita televisi bukan mimpi lagi. Buat kamu yang merasa belum memenuhi persyaratan-persyaratan di atas, jangan berkecil hati. Hanya dengan tekad yang kuat dan memiliki motivasi untuk mengasah serta menggali potensi diri lebih dalam, niscaya ambisi, cita-cita, dan harapan menjadi penyiar berita televisi akan segera terwujud.