Sekarang ini dunia digemparkan dengan virus bernama 2019 Novel Corona yang sekarang namanya sudah diresmikan menjadi COVID-19. Nama COVID-19 itu dipilih agar menghindari referensi ke lokasi geografis, spesies hewan, atau kelompok tertentu. "CO" adalah singkatan dari "Corona", "VI" yaitu "virus", "D" merupakan "penyakit (disease)", dan "19" adalah tahun pertama kali wabah corona ditemukan.
Penyebab awal kemunculan COVID-19 karena hewan yaitu kelelawar. Namun, hingga kini penyebaran virus semakin meluas karena juga dapat tersebar melalui udara dan belum dapat dipastikan asal-muasalnya. “Kalau penularannya dari makanan, kemungkinannya kecil. Karena virus ini penularannya atau transmisinya melalui percikan batuk atau percikan bersin. Mekanismenya masih tanda tanya besar. Tapi kemungkinan, bisa juga hewannya batuk dan flu juga, lalu ditangkap oleh tubuh manusia dan dari manusia ke manusia lainnya. Jadi, ada dua moda transmisi penyebaran virus ini. Pertama, dari hewan ke manusia. Kedua, dari manusia ke manusia,” jelas dr. Riedha, tim medis Aksi Cepat Tanggap.
Ada banyak fakta tentang COVID-19 ini. Berikut ini lima fakta tentang virus Corona yang sedang marak terjadi.
1. Menyebar ke negara lain.
Virus yang dapat menyerang paru-paru ini pertama kali muncul di Kota Wuhan, Tiongkok. Pemerintah Tiongkok mengatakan COVID-19 berasal dari hewan liar yang dijual di pasar seafood Huanan. Sejak itu, para pelancong yang terinfeksi dari Wuhan telah menularkan virus itu ke negara-negara lain. Sampai saat ini sudah menyebar ke tujuh negara, mulai dari Thailand, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Vietnam, dan Amerika Serikat. Hingga saat ini, virus COVID-19 belum masuk ke Indonesia.
2. Kerabat dekat SARS dan MERS.
COVID-19 masih satu tipe dengan virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan juga virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Ketiga virus ini menyerang paru-paru dan menyebabkan kematian. Menurut pakar WHO, virus-virus ini merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit flu sampai penyakit yang lebih parah. Sebelumnya, virus SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok menyebar ke beberapa negara lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Swedia, Inggris, Italia, Swiss, Rusia, sampai ke Amerika Serikat.
Virus SARS ini berakhir pada pertengahan 2003 dan menjangkiti sebanyak 8.098 di berbagai negara. Bagaimana dengan jumlah korbannya? 774 orang mesti kehilangan nyawanya akibat virus ini. Semoga penyebaran virus COVID-19 tidak semakin meluas dan segera ditemukan antivirusnya.
3. Semakin banyak memakan korban.
Meskipun sampai saat ini belum ada kasus virus COVID-19 ini masuk ke Indonesia, jangan sampai kita abai dengan serangan virus misterius ini karena virus ini sudah menyerang lebih dari 76 ribu orang dan menewaskan lebih dari 2.000 orang yang sebagian besarnya terjadi di Mainland, China. Angka kematian korban terjangkit virus Corona juga berada dari Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Hong Kong sebagai daftar negara yang warganya paling banyak terserang wabah virus ini.
4. Gejala virus Corona dari demam sampai nyeri dada.
Virus Corona bisa menimbulkan beragam keluhan bagi pengidapnya. Mulai dari demam, batuk, sulit bernapas, sakit tenggorokan, sampai sakit kepala. Menurut ahli di National Institutes of Health – MedlinePlus, virus yang menginfeksi saluran pernapasan atas ini juga bisa menyebabkan gejala yang parah. Infeksi virus ini bisa berubah menjadi pneumonia dengan beragam gejala contohnya demam tinggi, batuk berlendir, sesak napas, sampai nyeri dada. Gejala-gejala ini bisa semakin parah jika terjadi pada pengidap penyakit jantung dan paru-paru, orang yang sistem kekebalannya lemah, bayi, dan lansia hingga akhirnya menyebabkan kematian.
5. WHO menyatakan Corona adalah peristiwa luar biasa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyatakan kalau virus ini sebagai Darurat Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Apa maksud dari PHEIC yang diberikan WHO? Menurut WHO, PHEIC adalah peristiwa luar biasa yang menjadi risiko kesehatan publik bagi negara lain melalui penyebaran penyakit internasional. Sebelumnya PHEIC juga pernah digunakan lima kali pada saat flu babi (2009), polio (2014), Ebola (2014), virus Zika (2016), dan Ebola (2019).
Merespon kondisi ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai salah satu lembaga kemanusiaan dengan jangkauan global ini nggak tinggal diam dan langsung merespon kasus ini dengan mengambil beberapa langkah untuk pencegahan COVID-19. Sebelumnya, ACT mengadakan aksi solidaritas dengan membagikan 2.500 masker untuk masyarakat di Bandara Soekarno Hatta. Hingga kini, ACT juga telah mengirimkan 1.610 kotak masker ke berbagai negara terjangkit; 1.210 kotak ke Hong Kong, 300 kotak ke Taiwan, dan 100 kotak ke Singapura. Mari kita terus dukung upaya pencegahan penyebaran COVID-19 dengan memberikan bantuan terbaik melalui https://indonesiadermawan.id/AtasiVirusCorona.