Husnudzan berarti sikap atau perilaku yang senantiasa berprasangka baik atau positive thinking. Lawan dari husnudzan adalah su'udzan yang berarti berprasangka buruk atau negative thinking.

Menurut istilah, husnudzan adalah kata hati yang menganggap bahwa orang lain atau pihak lain berperilaku baik. Dapat juga berarti sikap dan perilaku yang mengedepankan berprasangka baik kepada sesama atau keputusan Allah SWT yakni diterima sebagaimana adanya tanpa diiringi dugaan-dugaan yang tidak baik.

Firman Allah:

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al Baqarah: 216).

Allah melarang berprasangka buruk dengan ungkapan:Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa. (Q.S. Al Hujurat: 12)

Beberapa bentuk perilaku husnudzan adalah sebagai berikut:

1.Husnudzan kepada Allah.

Husnudzan kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah. Kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut. Jika baik prasangka hamba kepada-Nya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut.

Di antara bentuk perilaku yang mencerminkan perbuatan Husnudzan kepada Allah adalah:

- Mensyukuri nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah.

- Sabar dalam melaksanakan seluruh ibadah untuk mencari rida Allah

- Selalu berdzikir dan berdoa kepada Allah.

2.Husnudzan kepada diri sendiri.

Orang beriman tentu memiliki rasa husnudzan terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian ia akan senantiasa bersikap terpuji. Berprilaku baik terhadap dirinya sendiri sehingga perilakunya juga bermanfaat untuk dirinya pula. Perilaku terpuji terhadap diri sendiri dapat dicontohkan seperti sikap percaya diri, gigih, inisiatif, dan rela berkorban.

3.Husnudzan kepada orang lain.

Husnudzan terhadap orang lain yaitu berbaik sangka terhadap orang lain atau terhadap sesamanya. Sikap husnudzan terhadap orang lain hendaknya diwujudkan melalui sikap secara lahir serta ucapan dan perbuatan. Dengan demikian apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan timbul kerukunan, ketentraman, serta keeratan ikatan secara lahir maupun batin dalam kehidupan di masyarakat.

Sebaliknya jika dalam kehidupan di masyarakat atau tetangga banyak diliputi rasa suuzan terhadap orang lain, akan dapat menimbulkan ketidakharmonisan dalam kehidupan. Dalam bermasyarakat seseorang hendaknya memiliki sikap berikut:

- Saling menghargai dan menghormati

- Saling menyayangi

- Saling tolong-menolong