Brilio.net - Esok, Minggu (11/8), umat Islam di Indonesia akan melaksanakan salat Idul Adha disusul menyembelih hewan kurban. Selanjutnya, hewan kurban itu diberikan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya.

Sudah jadi kebiasaan selama Idul Adha, setelah mendapatkan daging hewan kurban, Sobat Brilio pasti sigap mengolahnya jadi sate, bakso, atau gulai bukan?

Nah, bagaimana jika masih ada sisa stok daging? Bukan hanya asal menyimpan di lemari pembeku, melainkan ada langkah khusus agar daging tahan lama.

“Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk menyimpan daging di lemari pembeku sehingga bertahan lama dengan kualitas yang tetap terjaga,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Sabtu (10/8), sebagaimana dilansir Brilio.net dari Antara.

Sugeng menyebut, langkah pertama yang harus dilakukan adalah tidak mencuci daging kurban agar memiliki daya simpan lama. Daging yang sudah dicuci justru dimungkinkan tercemar bakteri jika tidak segera diolah.

Daging juga sebaiknya dipotong-potong sesuai standar konsumsi keluarga. “Jika dalam sehari rata-rata mampu mengonsumsi sekitar 300 gram daging, maka daging kurban perlu dipotong tiap 300 gram,” katanya.

Tiap potongan daging tersebut kemudian disimpan dalam tempat yang terpisah sehingga mudah dikeluarkan dari lemari pembeku. Tempat penyimpanan pun diupayakan berkualitas baik, seperti wadah makanan yang sudah tersertifikasi keamanannya.

“Jika daging disimpan dalam potongan besar dan tiap akan dimasak harus dicairkan untuk dipotong dan sisanya dibekukan kembali, maka kualitas daging akan menurun. Lebih baik dipotong sesuai standar konsumsi saja,” katanya.

Sugeng melanjutkan, daging yang disimpan dengan baik mampu bertahan cukup lama di lemari pembeku bahkan bisa memiliki daya simpan hingga sekitar satu tahun.

“Terkadang, ada saja daging yang kotor karena terkena debu atau pasir saat dipotong. Jika kondisinya seperti itu, maka lebih baik langsung diolah saja,” katanya.

Ia mengatakan, sudah melakukan sosialisasi kepada takmir masjid terkait tata cara penyembelihan dan pemotongan hewan kurban yang baik dengan memperhatikan higienitas dan sanitasi lingkungan.

“Tempat untuk penyembelihan dan pemotongan diupayakan dalam kondisi yang bersih sehingga daging yang diterima warga pun dalam kondisi yang bersih,” lanjutnya.

Sedangkan untuk limbah sisa pemotongan hewan kurban, lanjut Sugeng, perlu dibuatkan tempat khusus sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar.

“Untuk jeroan, jangan dicuci di sungai. Meskipun air sungai itu terlihat bersih tetapi bisa saja berpotensi mengandung banyak bakteri e-coli. Lebih baik dicuci di air mengalir dan dibuatkan tempat penampungan untuk limbahnya,” katanya.

Lebih lanjut Sugeng memaparkan bahwa warga Kota Yogyakarta juga dapat memanfaatkan layanan penyembelihan hewan kurban di Rumah Pemotongan Hewan Giwangan. Pada hari pertama dan kedua Idul Adha sudah ada sebanyak 50 ekor sapi yang akan dipotong.

“Pada hari ketiga ada 10 sapi dan hari keempat masih kosong,” katanya.

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidul Kota Yogyakarta juga terus menggencarkan kampanye penggunaan wadah ramah lingkungan untuk membagikan daging kurban, di antaranya besek, daun pisang, daun jati, hingga wadah makanan yang dibawa dari rumah.