1. Home
  2. ยป
  3. Sosok
10 Desember 2020 18:21

Mengenal Riza Pahlevi, sosok di balik film Makmum yang mendunia

Makmum didapuk sebagai film terlaris di negeri Jiran sepanjang 2018-2019. Rizka Mifta
foto: Instagram/@rizapahlevittm

Brilio.net - Tahun 2019 tampaknya menjadi salah satu tahun emas untuk industri film horor Indonesia. Hal ini terlihat salah satunya dari kesuksesan film horor Makmum. Karya yang rilis pada Agustus tahun lalu ini sukses menarik perhatian banyak orang.

Nggak hanya di Indonesia, film yang disutradarai Hadrah Daeng Ratu itu mendapat antusias tinggi di Malaysia. Dengan meraup 7,15 juta ringgit Malaysia, Makmum didapuk sebagai film terlaris di negeri Jiran sepanjang 2018-2019. Dengan pencapaian ini, Makmum berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai film Indonesia dengan penonton terbanyak di Malaysia.

BACA JUGA :
Jajal akting, ini 10 potret Lyodra Ginting di film barunya


Melihat antusias penonton yang tinggi, rumah produksi Dee Company dan Blue Water Films melanjutkan kisah horor yang dibalut nilai religi ini dengan memproduksi film Ghibah. Rencananya, karya ini akan diluncurkan pada tahun 2021 mendatang.

Film yang disutradarai Monty Tiwa tersebut menggandeng sejumlah bintang ternama seperti Anggika Bolsterli, Verrell Bramasta, Adila Fitri, Asri Welas hingga Zsa Zsa Utari. Meski belum resmi ditayangkan, namun Ghibah sudah berhasil menarik perhatian lebih dari 300.000 pasang mata yang sudah menyaksikan teaser film ini.

Selain totalitas dari para pemeran, Makmum juga didukung sosok penting yang membawa karya tersebut semakin melambung. Riza Pahlevi adalah sosok yang pertama kali memperkenalkan Makmum pada publik. Bersama dengan rekannya, Riza memproduksi film Makmum dalam bentuk film pendek. Bermodalkan niat iseng, pria asal Yogyakarta ini mulai menggarap film Makmum pada tahun 2015 lalu.

BACA JUGA :
Jadi lawan main Ariel Tatum, ini 5 fakta film baru Gading Marten

Nah, seperti apa cerita lebih lengkap mengenai perjalanan Riza dalam melahirkan film Makmum? Yuk, simak selengkapnya dalam rangkuman tanya jawab brilio.net dengan Riza Pahlevi berikut ini.

Mas Riza sejak kapan sih tertarik dengan dunia perfilman?

Untuk awal aku malah dari hobi nonton TV dulu. Berangkat dari seneng nonton TV, dan keluargaku juga hiburannya di rumah nonton TV, sih. Waktu kecil kan aku belum nonton bioskop juga. Terus sampai akhirnya waktu SMP, aku pertama kali nonton di bioskop, film horor sama mamaku. Nah pulang dari situ tuh, aku ngerasa penasaran juga gimana ya cara bikin film, gitu.

foto: Brilio.net/Rizka Mifta

Nah, kalau untuk genre horor sendiri gimana? Apa yang akhirnya bikin Mas Riza tertarik sama genre ini?

Horor itu selalu menarik buat aku. Dari zaman dulu sampai sekarang itu teorinya selalu berkembang terus, dan nggak berhenti-berhenti. Dan hal itu yang bikin aku penasaran terus untuk belajar tentang film horor sampai sekarang.

Kalau kita lihat ke belakang, film horor Indonesia pernah dapat cap miring karena banyak menyuguhkan konten dewasa dibanding unsur horornya. Nah, kondisi itu mengganggu Mas Riza nggak sih dalam melahirkan Makmum?

Kalau untuk film pendek, aku pikir orang-orang nggak ada stereotip seperti itu. Nggak ada cap film 'esek-esek'. Karena rata-rata orang yang menikmati film pendek di festival-festival itu ya selain pembuat film, orang-orang yang movie enthusiast, ya orang-orang yang memang memiliki ketertarikan sama film. Jadi ketika di film pendek sih, nggak ada masalah. Dan kalau untuk film panjang Makmum, dia muncul saat udah ada banyak film sebelumnya, yang membuat genre horor jadi bagus. Jadi sebenarnya kebantu juga.

foto: Instagram/@rizapahlevittm

Dari ketertarikan itu, gimana sih proses Mas Riza akhirnya bisa bikin karya pertama?

Nah, setelah nonton di bioskop itu akhirnya aku mulai penasaran gimana bikin dan edit film. Jadi aku waktu itu lihat poster ada cara edit video, pakai Windows Movie Maker. Akhirnya bikin video klip ala-ala gitu lah. Anang Syahrini-Jangan Memilih Aku hahaha, itu yang pertama kali aku bikin.

Terus pertama kali bikin film pendek itu SMA kelas 1, judulnya 15.00. Masih ada di YouTube, masih burik banget lah. Ya, tapi cukup membanggakan waktu SMA itu, hahaha. Terus akhirnya lanjut lagi bikin film-film pendek waktu kuliah. Kalau SMA kan semuanya masih dikerjain sendiri, ya. Pegang kamera sendiri, nge-direct sendiri, editing juga sendiri. Tapi kalau udah kuliah itu jadi lebih rapi. Apalagi ketemu teman-teman yang sefrekuensi, ya. Jadi semuanya udah bisa bagi-bagi jobdesc lebih jelas. Awal mulanya sih, itu.

Akhirnya mulai serius bikin film itu sejak kapan, Mas? Apa yang bikin Mas Riza tergerak?

Jadi waktu itu aku lihat ada kakak tingkat yang jadi juara salah satu ajang perfilman yang terkenal di Indonesia. Ya aku mikir, "Oo ternyata bisa juga ya, keren juga." Nah, berarti aku mikir harusnya aku bisa juga dong, bahkan semua orang juga bisa. Ya udah, karena aku sebelumnya memang pernah bikin wacana sama temenku, Vidya, akhirnya kita coba garap untuk bikin film yang lebih serius.

foto: Instagram/@rizapahlevittm

Terus proses dalam tahap pembuatan film itu seperti apa? Apa sih momen yang memorable waktu itu?

Nah, jadi aku akhirnya mulai ajak dia. Ayo, coba serius bikin film yok! Jadi coba diniatin buat bikin karya beneran setelah sebelumnya wacana terus. Apalagi ada kakak tingkat tadi tuh yang bisa menang. Akhirnya kita niat buat ikut ajang yang sama untuk tahun depannya. Eh kok ternyata, sebelum tahun depan ada Pitching Forum XXI Short Film Festival. Nah malah beruntung kan, karena kita mikir harusnya lebih mudah untuk dicoba saat itu. Akhirnya kita bikin, jadi kita ajak Mas Dion untuk di bagian audionya, karena aku sutradara dan Vidya bagian nulis naskah.

Eh, saat itu nggak nyangka sih bisa masuk 20 atau 30 besar gitu. Sampai situ aja kaget sebenarnya. Terus kita berangkat workshop ke Jakarta. Waktu itu sih, rasanya udah seneng sampai titik itu. Tapi kok abis workshop rasanya pengen coba lagi gitu. Jadinya kita coba lebih serius lagi dan akhirnya bisa sampai 10 besar.

Nah, kalau untuk proses produksi film pendek Makmum, seperti apa sih? Gimana cara Mas Riza memperkenalkan karya ini?

Jadi Makmum pendek itu diproduksi akhir 2015. Waktu itu ya aku ajak teman-temanku sendiri, ya. Mulai dari talent sampai kru-nya. Shootingnya sendiri di kampus dan kita coba memanfaatkan yang ada di sekitar sebisa mungkin. Terus akhirnya awal 2016 nih coba masukin Makmum ke XXI Short Film Festival. Nah, ternyata bisa lolos screening di situ. Jadi Makmum ini lolos bisa ditayangkan di bioskop XXI. Kalau nggak salah ada sekitar 10 film yang akhirnya lolos.

Sesudah lolos screening itu, apakah Makmum langsung dilirik orang-orang, atau justru belum di-publish ke publik?

Oh iya, jadi Makmum masih keliling itu ke screening-screening festival, termasuk aku coba masukin ke luar negeri. Terus sampai akhirnya menang di HelloFest di 2016 menang sebagai kategori Best Horor. Selain itu juga lolos Official Selection Second Asia International (Wenzhou) Youth Short Film Exhibition, Cinema Internacional de Merda de Sueca Spanyol, Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival, Official Selection XXI Short Film Festival, ada juga dari Viddsee Indonesia, Popcon Award, itu beberapa.

foto: Instagram/@rizapahlevittm

Nah, kok akhirnya Makmum bisa dikenal sama orang banyak? Caranya gimana tuh, Mas?

Nah, jadi dulu Makmum ini setelah menang diupload di YouTubenya HelloMotion. Dari situ makin banyak yang kenal, kan. Terus juga akhirnya kesebar di media sosial di waktu 2016-2017 gitu. Mulai dari Twitter, Instagram, YouTube, banyak yang sebarin cuplikannya juga. Akhirnya mulai juga tuh banyak yang review. Dari situ, akhirnya karya ini mulai dikenal banyak orang. Dan gara-gara itu aku juga, waktu akhirnya ketemu sama seorang produser, terus dia tertarik buat ajak aku untuk berkolaborasi.

Wah, karyanya apa tuh Mas waktu itu?

Jadi, waktu itu kita bikin film pendek dan aku dapat aktor Ajun Perwira. Ya, jadi pengalaman yang menarik juga sih buat aku. Dan seru juga selama prosesnya menyenangkan.

Film panjang Makmum kan diproduseri K.K. Dheeraj ya, Mas. Gimana sih kok akhirnya beliau bisa sampai ngelirik Makmum?

Iya kalau yang aku tahu, mereka awalnya tahu Makmum dari media sosial. Kemarin kan sempat tersebar di YouTube, Twitter, Instagram, ramai juga, kan. Apalagi waktu itu juga viewernya ramai banget di YouTube. Terus akhirnya timnya mereka cari aku, terus ngobrol lewat IG. Awalnya aku nggak tahu juga buat apa diajak ketemu. Tapi karena waktu itu aku posisinya kerja di Jakarta, akhirnya aku coba buat ngobrol langsung dulu.

foto: Instagram/@rizapahlevittm

Waktu dapat ajakan ternyata Makmum bakal diangkat ke layar lebar, respons mas Riza gimana saat itu? Langsung mengiyakan atau bagaimana?

Nah ini, justru saat itu aku nggak langsung menerima. Karena untuk beberapa karya beliau itu malah pernah aku kritik dulu, hahaha. Jadi aku bareng timku, Vidya sama Mas Dion, ya berdiskusi dulu untuk lebih yakin gitu. Bahkan aku sempat bolak-balik ketemu mereka buat saling memastikan gimana kelanjutan nasib Makmum ini. Fix untuk diangkat jadi film panjang apa nggak.

Ya akhirnya setelah berdiskusi beberapa kali, kita coba cari kesepakatan bersama buat proses produksi film panjang Makmum. Nah, ya udah deh alhamdulillahnya ketemu jalan keluarnya. Dan aku bersyukur juga sih, aku sama Vidya dilibatkan langsung juga untuk proses produksi. Kita juga ikut terjun dalam proses penulisan naskah, apalagi saat itu dapat partner Alim Sudio, penulis Ayat-Ayat Cinta. Ya, pasti senang bangetlah karena bisa dapat kesempatan ini. Seru juga prosesnya.

Setelah akhirnya film Makmum menjadi film layar lebar, apakah mas Riza tertarik fokus ke film horor aja untuk karya selanjutnya?

Alhamdulillah akhirnya Makmum kemarin bisa dapat 825.774 penonton. Senang juga karena nggak cuma di Indonesia, tapi juga ada di Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Nah, untuk fokus sih iya. Ya dalam artian aku juga jadi memperdalam ilmu film hororku. Aku cari referensi aku bedah-bedah lagi, yang ternyata film horor itu punya pecahan banyak banget di dalamnya. Ya, jadi bikin aku banyak bahan untuk dipelajari lagi.

foto: Instagram/@rizapahlevittm

Kalau melihat respons penonton yang bermacam-macam, gimana Mas Riza menanggapinya?

Ya nggak papa sih, aku santai aja. Mungkin karena mindsetnya belajar ya, jadi aku dari bikin film zaman SMP sampai sekarang itu ya santai aja. Cuma ya akhirnya ada juga ngerasa nyelekit sama komentar orang waktu sama Makmum. Apalagi nih yang baru liat trailernya aja udah langsung nge-judge, hahahaha. Soalnya kalau udah nonton terus dia kasih komentar, kritik itu nggak papa, malah bagus jadi kita bisa sama-sama diskusi. Tapi kalau baru liat trailer udah nge-judge buruk terus komentar negatif itu kan jadi lucu juga, ya. Tapi ya udahlah nggak apa-apa, malah dia jadi bikin filmnya makin ramai ditonton, hahaha.

Untuk sekuel dari Makmum 2, gimana, Mas? Karena kabarnya kan sudah diproduksi, ya?

Film Makmum 2 awal November selesai syuting, sekarang baru proses editing. Mungkin untuk pertengahan tahun depan siap. Terus juga alhamdulillah aku juga ikut dalam film Ghibah yang disutradarai sutradara Monty Tiwa. Ya, semoga sih kondisi udah aman ya tahun depan. Karena kalau dilihat sekarang bioskop mulai gerak. Jadi semoga penonton bisa bebas lagi untuk nonton kaya dulu lagi.

Apa sih yang membedakan di Makmum pertama dan kedua? Boleh dibocorin dikit dong, buat Sobat Brilio.

Yang jelas dari Makmum 1, Makmum 2, dan Ghibah ini beda-beda rasanya. Dan jauh lebih improve juga dari Makmum pertama. Kalau Makmum pertama kan takut-takutan karena hantu, kan. Nah, kalau Ghibah itu nanti lebih ke jijik gitu nanti visualnya. Kalau Makmum 2 jauh lebih kompleks alur ceritanya, konfliknya juga. Untuk pemainnya Titi Kamal masih ada, terus ada Samuel Rizal juga. Jadi nanti tunggu sampai dirilis.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags