1. Home
  2. ยป
  3. Serius
28 September 2021 14:36

Strategi berenang melintasi red ocean ke blue ocean bagi perusahaan

CEO & Presiden Direktur, PT Sasa Inti, Rudolf Tjandra kali ini menularkan ilmunya dalam transformasi perusahaan. Annisa Amalia Hapsari
foto: shutterstock.com

Brilio.net - Pada era modern ini, dunia bisnis dipenuhi berbagai bidang usaha yang saling bersaing. Bahkan, beberapa industri dengan produk atau jasa yang sama kini sudah jadi pemandangan umum.

CEO & Presiden Direktur, PT Sasa Inti, Rudolf Tjandra dalam tulisan terbarunya mengatakan bahwa kondisi persaingan antara dua atau lebih industri saling berebut pangsa pasar yang sama ini disebut red oceans.

BACA JUGA :
Karier menjanjikan, ini 7 rahasia jadi pro player tim e-sport terkenal


Metode ini didefinisikan sebagai ruang pasar yang batas-batas industrinya sudah ditentukan dan diketahui. Biasanya, para pemain metode red ocean menawarkan manfaat yang kurang lebih sama kepada konsumen.

Red ocean berisi struktur persaingan umum dengan perusahaan yang terus-menerus berusaha mengungguli satu sama lain. Red ocean juga biasanya menerapkan strategi ETIC vs EMIC untuk mencapai pangsa atau permintaan yang lebih besar. Perbedaan ETIC dan EMIC mengacu pada dua strategi tradisional yang digunakan untuk mempelajari fenomena dalam budaya berbeda.

Rudolf mengatakan, secara khusus, 'etic' mengacu pada penelitian yang mempelajari perbedaan lintas budaya. Sementara 'emic' mengacu pada penelitian yang sepenuhnya mempelajari satu budaya tanpa (atau hanya fokus sekunder) lintas budaya.

BACA JUGA :
7 Trik untuk dapat chicken dinner di PUBG Mobile ala pro player

Dalam persaingan, perusahaan sering mencoba melakukan perang harga satu sama lain. Hal ini kerap mengakibatkan menurunnya keuntungan dan pertumbuhan karena kurangnya diferensiasi. Wajar jika mengingat pada pasar red ocean tingkat inovasi produk rendah.

Di sisi lain, ada metode blue ocean yang merupakan ruang pasar relatif dan tidak terpengaruh persaingan. Pada blue ocean, persaingan menjadi tidak relevan karena aturan atau hambatan terhadap ruang pasar belum ditetapkan atau sering menunggu untuk ditetapkan.

Oleh karena itu, peneliti & spesialis transformasi ini mengatakan, untuk mengubah red ocean menjadi blue ocean, perusahaan harus memuaskan konsumen dengan lebih baik. Caranya, dengan menciptakan inovasi yang didukung pemahaman lengkap tentang kebutuhan konsumen baik fungsional maupun emosional.

Rudolf menambahkan bahwa salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan Sasa Inti. Pandemi Covid-19 memberi kesadaran lebih pada masyarakat Indonesia tentang pentingnya produk yang mudah dikonsumsi, terjangkau, dan enak serta sehat.

Sasa Inti, sebagai perusahaan dengan pengalaman lebih dari 5 dekade di pasar Indonesia secara cepat mengidentifikasi kebutuhan ini. Tepung Bumbu Sasa sekarang diperkaya dengan vitamin dan mineral, sementara krim kelapa Sasa juga dilengkapi Omega 3, 6, dan serat.

Sasa Inti merupakan contoh nyata, dengan menjadi fleksibel, perusahaan dapat secara mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan eksternal seperti permintaan dan tren konsumen. Dengan begitu, Sasa Inti berhasil berenang melintasi red ocean dan muncul di blue oceans sekaligus menjadi penggagas pertama.

Dengan menjadi penggagas pertama, perusahaan bisa mendapat keuntungan seperti biaya rendah dan skala ekonomi. Penting bagi bagi perusahaan yang menjadi penggerak pertama untuk memanfaatkan peluang keunggulan tersebut semaksimal mungkin karena persaingan akan segera menyusul.

Terakhir, Rudolf menggagas bahwa daripada selalu beradaptasi dengan tren baru ada baiknya mencoba membentuk tren baru. Dengan begitu, perusahaan dapat menciptakan ruang pasar yang belum dimanfaatkan. Perusahaan juga perlu menemukan tren yang dapat diamati hari ini dan melihat gambaran besar serta melihat nilai yang akan dimiliki tren tersebut di masa depan.

Adv.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags