Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Nanik S. Deyang, memberikan penjelasan terkait insiden keracunan massal yang terjadi di Ketapang, Kalimantan Barat. Dia menegaskan bahwa menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menggunakan bahan ikan hiu tidak serta merta menjadi penyebab keracunan pada siswa.
Namun, Nanik juga menambahkan bahwa jika hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan hiu memang menjadi penyebab keracunan, maka menu tersebut akan segera dihapus dari daftar menu MBG. "Terkait menu hiu itu, saya tegaskan kalau ada makanan yang terbukti membuat itu diidentifikasi sebagai yang membuat keracunan, kita enggak akan pakai di wilayah itu," ungkapnya saat ditemui media di Cibubur, Depok.
BACA JUGA :
Istana tanggapi usulan penghentian program Makan Bergizi Gratis imbas banyak kasus keracunan
Alasan Menu Ikan Hiu
Nanik menjelaskan bahwa daging ikan hiu dimasukkan ke dalam daftar menu MBG karena mengikuti kearifan lokal. "Menu apapun itu, karena kan tujuannya kearifan lokal, misalnya ternyata di wilayah ini yang paling banyak tongkol, ya kita gunakan. Hiu misalnya, ternyata di situ biasa memang hiu dihidangkan," jelasnya. Dia juga menambahkan bahwa hiu diberikan hanya dua kali selama program berjalan.
Keracunan Massal MBG Akibat Menu Ikan Hiu
BACA JUGA :
Kasus keracunan MBG kembali terulang, begini permintaan maaf Istana
Sejumlah pelajar di Ketapang dilaporkan mengalami keracunan setelah menyantap menu ikan hiu filet saus tomat, oseng kol, dan wortel. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Ketapang, dr. Feria Kowira, total ada 24 korban, termasuk 16 pelajar dan 1 guru dari SDN 12 Kecamatan Benua Kayong.
Daging Ikan Hiu Bau Anyir dan Amis
Kepala sekolah SDN 12, Dewi Hardina, menjelaskan bahwa gejala keracunan mulai muncul setengah jam setelah siswa menyantap menu tersebut. "Ruang kelas berubah jadi arena panik. Anak-anak mengeluh mual, dari ruang UKS mereka beriring ke puskesmas, lalu ke IGD RSUD dokter Agoesdjam," katanya. Dia juga menambahkan bahwa menu hiu yang dihidangkan mengeluarkan bau anyir dan lendir pada sayur, yang membuat siswa merasa tidak nyaman.