1. Home
  2. ยป
  3. Serius
4 Desember 2015 20:32

Penyesalan Tanti, tak pernah tulus menyayangi ibunya sampai meninggal

Semasa ibunya hidup, Tanti selalu memarahinya dan cuek meski ibu kandungnya itu sedang sakit parah di rumah. Andi Rosita Dewi

Brilio.net - 'Kasih ibu sepanjang masa kasih anak sepanjang galah' rasanya pepatah ini memang benar. Kasih sayang seorang ibu memang tidak ada akhirnya, tidak seperti kasih sayang seorang anak. Penyesalan mendalam dirasakan oleh Depora Tanti Herawati (26). Di hari-hari terakhir kematian ibunya, Tanti merasa menyesal bahwa dia gagal membahagiakan ibunya. Jangankan membahagiakan, Tanti malah sering marah-marah kepada ibunya sebelum meninggal.

"Hari itu saya merasa lelah sekali dari pulang kerja, ibu saya kemudian minta untuk dibelikan es kacang ijo. Saya sempat kesal dan mengomelinya yang meminta sesuatu yang sulit untuk diperoleh, namun pada akhirnya saya meminta tolong kepada seorang teman membelikannya," cerita Tanti kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Jumat (4/12).

Temannya yang memang berencana untuk berkunjung ke rumahnya pun akhirnya mau membawakan kacang ijo yang dipesannya itu. Tanti kemudian menyimpan kacang ijo itu di mangkuk dan memberikan kepada ibunya dengan perlakuan yang kasar. Ibunya kemudian minta disuapi dan akhirnya membuat Tanti jengkel dan menolak untuk menyuapi ibunya itu, akhirnya kacang ijo itu tidak dimakannya. Beberapa kali ibunya memanggil namanya, tapi Tanti yang saat itu dalam kondisi marah pura-pura tidak mendengarkan, bahkan Tanti tidak mengganti popok ibunya yang seharusnya diganti olehnya sebelum tidur.

Keesokan harinya sebelum berangkat kerja, perempuan asal Surabaya ini sebenarnya sempat melihat ibunya muntah-muntah, namun entah kenapa hatinya masih begitu emosi melihat ibunya, sehingga dia tidak peduli dan tetap berangkat bekerja meski ibunya sedang sakit parah.

Sesampainya di pabrik tempat dia bekerja, Tanti sebenarnya merasa ada yang aneh dan mengganjal di hatinya. Dia tidak fokus bekerja dan selalu mengingat ibunya, beberapa kejadian masa lalu bersama ibunya mulai terlintas di pikirannya.

"Jam 10 ibu menelepon dan mengatakan ingin nasi bebek dan saya minta dia bersabar dan akan membelikan setelah pulang kerja, tapi ibu saya tetap ngotot ingin makan nasi bebek saat itu juga," lanjut Tanti.

Sebenarnya saat ibunya menelepon, Tanti sudah izin pulang sama bos yang ada di pabriknya, namun bosnya tidak mengizinkan dan apabila dia pergi tanpa izin dia bisa saja dipecat sehingga dia tetap bertahan di lokasi pabrik sampai jam kerja berakhir.

Tidak lama kemudian ibunya kembali menelepon dan mengatakan bahwa sebenarnya dari kemarin ibunya telah mengalami pendarahan hebat, tapi dia takut mengatakan kepada anaknya itu. Melalui sambungan telepon itu, ibunya sempat menjelaskan bahwa dia sangat menyayangi Tanti dan meminta maaf untuk segala kesalahannya selama ini pada Tanti. Ibunya juga menyampaikan bahwa dia sudah tidak kuat lagi menghadapi menahan rasa sakit yang diderita. Tanti sempat mencoba memberikan dorongan semangat kepada ibunya untuk tetap bertahan dan menunggu Tanti hingga selesai bekerja.

"Ibu bilang kalau dia sudah tidak tahan lagi, saya bilang ibu harus sabar dan bertahan, tapi telepon ibu yang terakhir jam 5 sore saya sudah tidak tega mendengar suara ibu kesakitan dan akhirnya saya bilang kepada ibu kalau saya ikhlas apabila ibu memang harus pergi," ujar Tanti.

Tanti ini tidak pernah menyangka bahwa ucapannya itulah yang memang dinantikan oleh ibunya. Beberapa menit berselang setelah percakapan dengan ibunya, kakaknya pun menghubungi Tanti bahwa ibunya sedang sakaratul maut, barulah pihak pabrik mengizinkan dia pulang. Sesampainya di rumah dia melihat kondisi ibunya sekarat, dia menggenggam tangan ibunya dan ibunya akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.

"Seandainya saya tahu itu saat terakhir ibu, saya akan berada di sisinya dan membelikan semua yang ingin dia makan. Saya menyesal lebih takut kehilangan pekerjaan dari pada berada di sisi ibu saya," kenangnya.

Cerita ini disampaikan Tanti melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!

BACA JUGA :
Kisah Tanti, dinikahi dan diminta menyerahkan anak ke orang lain


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags