Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, baru saja mengungkapkan kabar baik tentang industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia. Sekitar 10 hingga 15 perusahaan besar dari sektor ini berencana untuk merelokasi pabrik mereka dari Vietnam ke Indonesia. Ini adalah langkah yang sangat positif untuk perekonomian kita!
"Mereka akan beroperasi di beberapa daerah strategis seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur," jelasnya setelah forum Retreat Kepala Daerah di Magelang pada Kamis (27/2).
BACA JUGA :
PT Sritex resmi pailit punya utang Rp25 triliun, kenali istilah, prosedur, dan dampaknya
Dengan relokasi ini, diperkirakan akan ada 1,5 juta lapangan kerja baru yang terbuka dalam satu setengah tahun ke depan. Bayangkan betapa banyaknya peluang yang akan tercipta!
Namun, sebelum langkah ini terwujud, perusahaan-perusahaan TPT meminta pemerintah untuk mempercepat proses perizinan, termasuk Izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Ini penting agar semua proses berjalan lancar.
Luhut juga menyampaikan bahwa permintaan ini telah dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto. Presiden ingin bertemu langsung dengan para investor untuk mendengar keluhan dan harapan mereka. Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendukung industri kita.
BACA JUGA :
Menghargai kepercayaan, WOOK gelar momen spesial bersama para customer
Dalam pertemuan DEN dengan Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) dan perwakilan merek global seperti Adidas dan Nike, terungkap bahwa salah satu merek global berencana untuk meningkatkan ordernya di Indonesia hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun ke depan. Ini bisa menciptakan tambahan 100.000 lapangan kerja!
Meski ada banyak harapan, Luhut mengakui bahwa investor masih menghadapi berbagai tantangan, seperti pembebasan lahan dan kebijakan upah. Namun, ia optimis bahwa dengan koordinasi yang baik, semua kendala ini bisa diatasi.
Di sisi lain, perlindungan pasar domestik dari impor ilegal juga menjadi perhatian utama. Kita harus melindungi industri lokal kita agar tetap bisa bersaing.
Wamenaker: Perusahaan Tekstil Indonesia Diambang Kebangkrutan
Sebelumnya, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer, mengungkapkan bahwa industri tekstil Indonesia menghadapi tantangan berat. Banyak perusahaan, termasuk PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), berada di ambang kebangkrutan.
"Banyak sekali perusahaan tekstil yang mengalami kesulitan. Jumlahnya cukup signifikan," ujar Immanuel saat ditemui media di Jakarta pada Kamis (12/12).
Menurutnya, masalah ini tidak hanya menimpa Sritex, tetapi juga berbagai perusahaan tekstil lainnya, terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Di kedua wilayah tersebut, ada beberapa perusahaan tekstil yang menghadapi situasi sulit. Ini harus segera ditangani dengan langkah strategis," tambah Wamenaker.
Ia menegaskan bahwa kasus Sritex hanyalah puncak gunung es, dan banyak perusahaan lain yang menghadapi nasib serupa. Ini adalah persoalan besar yang harus kita atasi bersama.
Dampak Regulasi dan Banjir Impor Tekstil
Reni menjelaskan bahwa hal ini merupakan dampak dari Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024, yang memudahkan masuknya komoditas tekstil impor ke Indonesia. Akibatnya, pasar domestik dibanjiri pakaian jadi dengan harga murah.
"Impor produk tekstil melalui marketplace dan media sosial semakin tidak terkendali. Ini sangat berdampak pada produksi dalam negeri," jelas Reni.
Ia menilai kebijakan impor Kemendag kurang memperhatikan keseimbangan antara harga, supply, dan demand, sehingga memberikan tekanan besar pada industri tekstil nasional.