1. Home
  2. ยป
  3. Serius
15 Februari 2018 01:03

Jakarta & 10 kota ini disebut alami kesulitan air minum, krisis?

Ada kota yang akan kehabisan air bersih untuk dikonsumsi dalam tempo 90 hari atau pada Maret 2018 mendatang. Annisa Amalia Hapsari
foto: pixabay.com

Brilio.net - Sudah menjadi rahasia umum jika saat ini bumi mengalami krisis global warming atau pemanasan global. Hal tersebut tentunya memiliki dampak buruk bagi kehidupan umat manusia. Dampak buruk ini semakin hari semakin terlihat nyata. Salah satu contoh adalah krisis air bersih yang telah dirasakan langsung oleh ibu kota Afrika Selatan, Cape Town.

Menurut ahli, kota kedua terpadat di Afrika Selatan ini akan kehabisan air bersih untuk dikonsumsi dalam tempo 90 hari atau pada Maret 2018 mendatang. Sebagai solusi, pemerintah Cape Town sendiri kini tengah berusaha membuat bendungan yang dapat mengubah air laut menjadi layak minum.

BACA JUGA :
10 Kampanye kreatif tentang lingkungan ini ngena banget pesannya


Walaupun hampir 70% permukaan bumi terdiri dari lautan, akan tetapi air yang layak dikonsumsi tidak sebanyak itu. Bahkan hanya sekitar 3% yang merupakan air bersih layak minum. Penelitian di tahun 2014 memperkirakan bahwa dari 500 kota besar, satu dari empat kota berada dalam situasi kesulitan air bersih.

Selain Cape Town, 11 kota di dunia ini juga mulai mengalami kesulitan air bersih dan salah satunya adalah Jakarta, seperti dilansir brilio.net dari bbc.com, Rabu (14/2).

1. Sao Paulo.

BACA JUGA :
15 Es krim ini tak biasa, dibuat dari air limbah yang tercemar

Termasuk ke dalam salah satu kota terpadat di dunia dan kota terbesar di Brasil, kota ini juga sempat mengalami kesulitan air bersih seperti Cape Town pada tahun 2015 lalu. Saat itu jumlah kapasitas air pada bendungan utama jatuh mencapai di bawah angka 4%.

Saat krisis air bersih berada di puncaknya, kota yang dihuni oleh sebanyak 21.7 juta orang ini mempunyai persediaan air untuk selama kurang dari 20 hari dan polisi harus mengawal truk air untuk menghindari pencurian. Krisis air minum ini dianggap berakhir di tahun 2016, namun pada Januari 2017 jumlah cadangan air utama berada di bawah angka 15%, tidak sesuai dengan ekspektasi saat itu.

2. Bangalore.

Kota yang terletak di selatan India ini tengah mengalami pertumbuhan properti yang sangat pesat setelah dipromosikan sebagai pusat teknologi. Oleh karena hal tersebut, kota ini mengalami kerepotan untuk mengelola sistem air dan limbah kota. Sama seperti Cina, India juga mengalami masalah polusi air.

Selain itu hanya sedikit danau yang airnya layak minum atau digunakan untuk keperluan sehari-hari. Data yang ada menunjukkan bahwa 85% persediaan air danau dan situ di Bangalore hanya bisa digunakan untuk irigasi dan keperluan industri.

3. Beijing.

China dihuni oleh hampir 20% penduduk dunia namun hanya memiliki 7% air bersih. Bank Dunia mengklasifikasikan kelangkaan air ketika penduduk di daerah tertentu mendapat kurang dari 1.000 meter kubik air bersih per orang dalam setiap tahun. Di tahun 2014, lebih dari 20 juta penduduk Beijing hanya mendapat 145 meter kubik air bersih per orang.

Hal ini semakin diperparah dengan masalah polusi. Pada tahun 2015, angka resmi menunjukkan bahwa 40% air permukaan Beijing begitu tercemar hingga tidak dapat digunakan sama sekali, bahkan untuk keperluan pertanian atau industri sekalipun.

4. Kairo.

Meski terkenal dengan keberadaan Sungai Nil yang merupakan sumber dari 97% kebutuhan air di Mesir, namun nyatanya kini Sungai Nil mengalami masalah besar karena menjadi hilir dari sampah pertanian dan sampah rumah tangga yang tidak diolah.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia WHO, menunjukkan bahwa dalam jumlah kematian terkait pencemaran air, Mesir berada di urutan tertinggi di antara negara berpenghasilan menengah ke bawah.

5. Jakarta.

Ibu Kota Indonesia ini sebenarnya merupakan kota pesisir walau tak disadari banyak orang. Seperti kebanyakan kota pesisir lainnya, Jakarta juga menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut. Hal ini semakin diperparah dengan ulah penduduk Jakarta yang melakukan penggalian sumur secara tidak sah untuk mendapatkan air ledeng.

Tentunya hal ini menguras cadangan kantung air di bawah tanah. Akibatnya, menurut perkiraan Bank Dunia, sekitar 40% wilayah Jakarta saat ini berada di bawah permukaan laut.

6. Moskow.

Rusia memiliki seperempat cadangan air bersih dunia, namun sayangnya negara ini mengalami masalah pencemaran air bekas peninggalan industri di era Soviet. Hal ini secara khusus memposisikan Moskow dalam bahaya, karena 70% pasokan airnya bergantung pada air tanah. selain itu badan resmi terkait mengakui bahwa 35% sampai 60% dari cadangan air minum di Rusia tidak memenuhi standar sanitasi.

7. Istanbul.

Menurut data resmi pemerintah, Turki secara teknis sedang mengalami masalah air, dikarenakan pada tahun 2016 pasokan per kapita turun hingga di bawah 1.700 meter kubik. Beberapa tahun belakangan, daerah berpenduduk padat seperti Istanbul yang memiliki 14 juta jiwa mengalami kesulitan air bersih pada bulan-bulan musim kemarau.

8. Kota Meksiko.

Bagi sebagian warga ibukota Meksiko ini kekurangan air bukanlah hal baru. Kota yang memiliki penduduk sebanyak 21 juta jiwa ini mendatangkan 40% kebutuhan air bersihnya dari sumber yang jauh, tapi tidak memiliki operasi skala besar untuk mendaur ulang air limbah. Satu dari lima penduduk hanya mendapatkan air keran selama hitungan jam setiap pekannya dana 20% lainnya memperoleh air mengalir hanya beberapa jam setiap harinya.

9. London.

Meski terasa aneh melihat London masuk ke dalam daftar list ini namun kenyataannya negara maju ini terancam mengalami kesulitan air bersih. Dengan curah hujan rata-rata sekitar 600mm yang kurang dibanding curah hujan rata-rata Paris dan hanya setengah dari New York, London memperoleh 80% pasokan air bersih mereka dari dua sungai, yaitu Sungai Thames dan Lea.

Menurut otoritas London, penggunaan air di kota ini sudah sangat mendekati kapasitas maksimumnya dan diperkirakan akan mengalami masalah pasokan air bersih pada tahun 2025 mendatang.

10. Tokyo.

Ibu kota Jepang ini memiliki curah hujan yang tinggi namun hanya terkonsentrasi dalam kurun empat bulan saja setiap tahunnya. Hampir 750 bangunan pribadi dan umum di Tokyo memiliki sistem pengumpulan dan pemanfaatan air hujan. Dengan waktu yang sebentar, air hujan perlu dikumpulkan, karena jika terjadi musim hujan yang lebih kering dari perkiraan dapat menyebabkan kekeringan. Dihuni lebih dari 30 juta orang, Tokyo memiliki sistem air yang 70% nya bergantung pada air permukaan seperti sungai, danau dan salju yang mencair.

11. Miami.

Kota paling terkenal di negara bagian AS ini termasuk lima negara bagian yang mengalami curah hujan paling banyak setiap tahunnya. Namun sayangnya kota ini juga mengalami krisis penyulingan. Proyek pengeringan rawa-rawa yang dimulai pada abad ke-20 ini memberikan hasil yang tak terduga.

Sumber utama air bersih di kota itu tercemar dengan air laut dari Samudera Atlantik. Kota-kota disekitar Miami juga mengalami masalah yang sama. Bahkan pantai Hallandale, yang jaraknya hanya beberapa kilometer di utara Miami harus menutup enam dari delapan sumur penampung air bersih karena rembesan air laut.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags