1. Home
  2. ยป
  3. Serem
20 Agustus 2016 03:04

Di suku ini, jenazah tak dikubur tapi diasapkan di atas perapian

Tradisi ini merupakan simbol penghormatan tertinggi pada leluhur mereka. Ismarlina Mokodompit

Brilio.net - Kematian dan tradisi pemakaman bervariasi di seluruh dunia. Jika biasanya jenazah dikubur atau dimasukkan ke dalam peti, lain halnya dengan tradisi pemakaman di Suku Dani, Papua.

Suku Dani dari Papua Barat, sebuah pulau di tengah Papua Nugini, memiliki cara yang sangat unik untuk mengingat mereka yang mati. Jenazah di Suku Dani akan didiamkan selama 200 hari dalam posisi duduk dan diawetkan dengan cara diasapkan di atas perapian namun dengan suhu yang tidak terlalu besar. Barulah setelah jenazah selesai diasapkan, disimpan di rumah adat sehingga bila ada orang-orang keturunan yang meninggal bisa melihat dan memegangnya.

Tradisi ini merupakan simbol penghormatan tertinggi pada leluhur mereka. Semua proses yang dilakukan pada jenazah dinamakan dengan mumifikasi dan telah dilakukan selama ratusan tahun.

Berikut foto-foto tradisi yang dilakukan suku Dani terhadap jenazah, seperti dirangkum brilio.net dari Viralnova dan Dailymail, Sabtu (20/8):


1. Kepala Suku Dani Eli Mabel sedang memegang sisa-sisa mumi atau Agat Mamete Mabel di Desa Wogi, Wamena, Papua Barat, sebuah pulau di tengah Papua Nugini.




2. Mumifikasi dengan cara pengasapan memang tak lagi dipraktikkan di Indonesia. Namun Suku Dani masih melestarikan sejumlah mumi sebagai simbol penghormatan tertinggi kepada leluhurnya.



3. Suku Dani juga terkenal karena mengikuti kebiasaan bahwa jika seseorang meninggal di desa seperti pemimpin suku (foto), maka masing-masing saudara perempuannya akan memiliki segmen jari yang dipotong.



4. Berkat kelestarian budaya dan adat istiadat, suku Dani berhasil menarik wisatawan dari seluruh dunia beberapa tahun terakhir.



5. Tak hanya soal mumi, tradisi yang hingga kini masih dijaga dan dirayakan adalah mempraktikkan teknik perang antar suku, seperti Suku Yali, Dani dan Lani.



6. Tradisi perang 'bohongan' antar suku ini dilakukan pada bulan Agustus. Tujuannya untuk merayakan kesuburan dan kesejahteraan negara Papua serta menjunjung tinggi tradisi kuno yang ada di wilayahnya.



7. Tradisi lain yang tak kalah menarik dan masih dijaga adalah gaya berpakaian dengan memakai cat wajah, bulu, tulang hewan dan koteka, atau bahan penutup jenis kelamin pada pria.



8. Sementara para wanita memakai rok yang terbuat dari serat anyaman anggrek dan dihiasi jerami, dan tas atau noken.



SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags