Brilio.net - Keputusan aktris muda Kesha Ratuliu untuk menjalani metode kontrasepsi permanen atau KB steril di usia 26 tahun memancing reaksi beragam dari masyarakat. Pilihan ini ia ambil bersamaan dengan proses kelahiran anak ketiganya melalui operasi caesar pada 14 April 2025.
Meski merasakan nyeri pasca-operasi yang lebih parah dibanding dua persalinan sebelumnya, Kesha memastikan bahwa rasa sakit tersebut tidak disebabkan oleh prosedur KB steril yang ia jalani.
BACA JUGA :
8 Potret Kesha Ratuliu melahirkan anak ketiga lewat persalinan cesar, penuh haru
Kalau sakit atau nggak, caesar yang ketiga ini lebih sakit menurut aku. Tapi pas aku tanya sama dokter obgyn aku, nggak ngaruh karena aku disteril," katanya.
Keputusan ini tidak diambil secara tergesa-gesa. Kesha telah lebih dulu berkonsultasi panjang dengan tim medis, terutama karena ia memiliki sejumlah kondisi kesehatan yang membuatnya tidak bisa menggunakan metode kontrasepsi hormonal.
Sebelumnya, ia sudah mencoba alat kontrasepsi IUD, namun metode tersebut gagal dua kali. Kondisi tersebut membuatnya semakin yakin untuk tidak mengambil risiko dengan menggunakan metode hormonal seperti pil atau suntik. Aku banyak benjolan dan ada kista, jadi aku nggak bisa mengonsumsi KB hormon, jelasnya.
BACA JUGA :
Meriah penuh tawa, intip 7 momen seru bukber geng artis Mamayu yang seru abis
Tindakan KB steril dilakukan berbarengan dengan proses persalinan karena secara medis dianggap lebih efisien dan aman dalam kasusnya. Salah satu alasan medis utama adalah adanya perlengketan kandung kemih dengan bekas luka operasi caesar sebelumnya. Jadi kandung kemih aku lengket ke bekas caesar, jadi bekas caesar aku sudah tipis banget, ujar Kesha.
Dalam beberapa kasus, sterilisasi permanen memang menjadi opsi terbaik bagi perempuan yang memiliki riwayat medis kompleks. Meski usianya masih tergolong muda, dokter menyatakan bahwa pilihan Kesha dibenarkan secara medis.
Menariknya, pasangan Kesha, Adhi Permana, tidak mempersoalkan siapa yang menjalani tindakan steril. Keduanya sepakat memilih opsi yang paling praktis dan aman untuk kesehatan Kesha. Karena ini posisinya aku hamil dan melahirkan, jadi sekalian saja, kata Kesha menjelaskan keputusan mereka.
Pasangan ini lebih memprioritaskan efisiensi dan kenyamanan jangka panjang. Kesha merasa bahwa pengambilan keputusan ini sudah berdasarkan banyak pertimbangan rasional, bukan sekadar emosi sesaat.
Kesha juga memahami bahwa keputusannya bisa memicu pro dan kontra di masyarakat. Namun ia tetap teguh, sebab yang ia jalani adalah solusi terbaik berdasarkan situasi pribadinya. Ia ingin menyampaikan bahwa keputusan ini bersifat pribadi dan tidak serta merta bisa disamakan dengan kasus orang lain.
Lebih dari itu, Kesha berharap kisahnya bisa membuka wawasan dan menjadi inspirasi bagi perempuan lain yang mengalami kondisi serupa. Dengan berbagi pengalamannya, ia berharap bisa membantu banyak wanita agar tidak merasa sendiri ketika harus membuat keputusan besar terkait kesehatan reproduksi.