1. Home
  2. ยป
  3. Selebritis
18 Maret 2021 07:00

Refleksi 6 Tahun Brilio: Young, Fun, Creative

Kini kami sedang menyiapkan dua 'anak' baru. Tunggu tanggal mainnya T. Widyatmoko

Brilio.net - Penyair Romawi Juvenal kerap menyindir nilai dan moralitas kaum elit Romawi yang hidup pada permulaan Masehi. 'Mens sana in corpore sano' misalnya, satir dia kepada orang sezaman yang mengutamakan fisik ketimbang spiritualitas. Padahal otot setara dengan otak.

Satir lain Juvenal yang masih relevan yaitu panem et circensas alias roti dan sirkus.

Alkisah, Romawi menjadi salah satu kekaisaran paling kuat sepanjang sejarah manusia. Pada abad pertama Masehi, Kaisar Augustus dipuja karena berhasil mewujudkan imperium adil makmur selama rentang 40 tahun. Untuk membuat rakyat terdiam, Augustus menawarkan makanan gratis. Augustus memberi hiburan gratis berupa balap kereta kuda dan adu gladiator di ampiteater.

Bagi dia, kekuasaan akan langgeng jika rakyat kenyang dan terhibur. Terbukti memang tidak banyak gejolak dalam pemerintahannya. Juvenal mengkritik Augustus dengan satir 'roti dan sirkus'.

"Orang-orang puas. Perut mereka penuh dan pikiran mereka sibuk. Lupakan penyakit sosial yang terjadi di sekitar mereka. Lupakan kerusakan spiritual di setiap kesempatan. Jaga agar tetap penuh. Bikin mereka sibuk," tulis Juvenal.

Dear Sobat Brilio,

Hari ini 18 Maret 2021 situs kesayangan Anda tepat berulang tahun yang keenam. Dalam geliat internal kami, 'roti dan sirkus' menjadi bahan pergumulan diskusi sehari-hari. Kritik senantiasa dilayangkan kepada kami sebagai membagi 'roti dan sirkus' kepada khalayak. Dalam konteks media, kami kerap dipandang layaknya Augustus kepada warga Romawi: memberi yang renyah, lalu disuka karena lama-lama bikin kenyang. Peanuts, kata orang Barat.

Terhadap sentimen itu, bukanlah pleidoi jika kami mengawali dengan cerita proses kelahiran enam tahun lalu. Brilio diinisiasi oleh beberapa jurnalis yang pada mulanya lebih banyak berkarier di media cetak. Mereka bergabung dengan 15 lulusan baru dari berbagai universitas. Bagi sebagian besar kami, merajut berita edisi online menjadi sesuatu benar-benar baru.

Meminjam istilah Torry Pedersen, liputan online laksana riam, mengalir tanpa henti sementara media cetak seakan botol mineral. Formatnya beda, tetapi sama-sama mengandung air. Alih-alih membuat botol air kemasan, ketika itu kami larut dalam jeram.

Bagaimana kami terhanyut arus tidak bisa dilepaskan dari momentum. Pada awal berdiri 2015, jejaring sosial mencapai salah satu kulminasi penyebaran. Facebook mencatat 1,4 miliar pengguna, Twitter memiliki 300 juta pengguna, Instagram menggaet 300 juta pengguna, Line meroket dengan 200-an juta pengguna, sementara WhatsApp mempunyai 800 juta pengguna. Semua itu data global.

Di Indonesia ketika itu terdapat sekitar 120 juta akun media sosial. Fenomena baru pun muncul. Jejaring sosial menciptakan kabar beranda (newsfeed) yang menjelma mesin gergasi pembetot mata dan penggerak jari manusia.

Mereka menggoda kami dengan jalur distribusi nyaris tanpa ongkos. Kami, seperti halnya mayoritas sejawat di industri sama, dituntut menciptakan volume seluas mungkin dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Selanjutnya menjadi sejarah. Kekuatan menakhlikkan format dan menyusun kisah, membawa kami mengendarai jalur distribusi nyaris nirbiaya itu dengan mahir, ajek, dan nyaman. Kami berhasil menangkap puluhan juta hadirin tiap bulannya di Indonesia lewat beragam podium. Kami menghasilkan cerita yang disuka banyak orang, mengabarkan fakta, dan menciptakan gembira bagi sebagian besar pembaca maupun pemirsa.

Kami pun bertumbuh dalam cuaca dan hawa -seperti tertera di bawah logo-: Young, Fun, Creative. Artinya kurang lebih, kami meyakini bahwa Brilio senantiasa muda, gembira, dan selalu memiliki daya cipta.

Dear Sobat Brilio,

Dari sisi internal, kami berusaha menciptakan apa yang disebut sebagai 'Jalan Brilio', yaitu iklim kerja yang mementingkan keriangriaan daripada perseteruan. "Have fun when you work and it wont feel like work," demikian tertempel di dinding kantor. Brilio juga melihat pentingnya orientasi terhadap aksi daripada diskusi tanpa henti.

Kami melatih insan pewarta yang paham bagaimana menyebarkan informasi, menggali ceruk, dan mempelajari podium. "Read what you like and you will learn to write how you want to," sebuah tulisan lain di dinding kantor.

Tentu saja semua itu dijalankan dalam koridor etik dan standar kompetensi profesi sebagai pewarta. Brilio senantiasa memelihara empati dengan menempatkan hadirin dan mitra sebagai sosok yang pantas mendapat khidmat.

Kami dikendalikan dari tiga poros. Tim bisnis dan kreatif bekerja di pusat ekonomi dan pemerintahan Jakarta. Dari sisi bisnis, sebagian besar pendapatan kami datang dari iklan native. Tahun lalu, kami sanggup menangguk untung dalam situasi serba sulit. Tahun lalu bahkan menjadi tahun terbaik kami dari sisi bisnis.

Sebagian besar tim editorial berada di pusat tumbuhnya peradaban Nusantara, Yogyakarta. Sementara tim produk dan teknologi berada di kota dingin Malang. Situasi ini memudahkan kami mendapatkan talenta-talenta kreatif dari dua kota berjuluk Kota Pendidikan. Kami yang tadinya relatif kecil terus bersemi dari tahun ke tahun.

Namun demikian jalan tak selamanya mulus. Adakalanya terantuk batu, menginjak hajat, atau menindas lubang. Pernah dalam satu tahun kalender kami mengalami pergantian tim (turnover) sebesar 72 persen. Ada yang berbondong ke pesaing, ada pula memilih jalan lain. Guncangan-guncangan itu, ringan atau berat terasa mengganggu meskipun pada akhirnya semakin memperkuat. Bukankah pelaut cemerlang tidak datang dari samudera yang tenang.

Dear Sobat Brilio,

Dalam perjalanan enam tahun, perubahan besar terjadi. Tiba-tiba pula datang pandemi. Dahulu jauh berbeda dengan kini. Optimasi volume bukan lagi strategi paling saksama bagi media. Dari sisi internal kami berdebat mengenai 'roti dan sirkus' atau harus membuat perumusan baru. Apapun langkah yang diambil, Anda objek pemikiran utama kami.

Ibarat menyediakan rumah singgah, kami tidak ingin sekadar lapang, longgar, dan ramai. Kami berpikir bukan hanya meningkatkan kunjungan, tetapi bagaimana memelihara hubungan yang bermakna, serta mendapat dan menjaga kepercayaan Anda. Kami sadar sepenuhnya fungsi media bukan sekadar menghibur dan menginformasikan, tetapi juga mendidik, memberdayakan, dan menjalin keterikatan dengan khalayak.

Dalam pola pikir jangka pendek sebelumnya, ekosistem mendorong pengurangan biaya produksi konten dalam perlombaan volume yang ketat. Setelah evolusi proses itu, izinkan kami berpikir jangka panjang.

Kini kami sedang menyiapkan dua 'anak' baru. Pada proses ke arah tersebut, petunjuk kami sederhana, selalu berusaha memahami kebutuhan Anda sembari berpegang pandang bahwa di masa datang, konten terbaik akan menang. Tunggu tanggal mainnya.



BACA JUGA :
Apresiasi untuk karya jurnalistik brilio.net dari Pemprov Jateng


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags