Brilio.net - Banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Bali meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat. Tidak hanya menyebabkan kerugian materi, bencana ini juga menelan korban jiwa yang jumlahnya terus bertambah.
Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Kamis (11/9), pukul 11.00 WIB, mencatat korban meninggal dunia mencapai 14 orang. Selain itu, masih ada dua korban yang dinyatakan hilang akibat derasnya arus banjir.
BACA JUGA :
Rumah Nana Mirdad terdampak banjir Bali, lokasinya di pinggir sungai, beberkan kondisinya kini
Wilayah yang terdampak paling parah adalah Kota Denpasar karena letaknya berada di hilir. Dari total korban jiwa, delapan di antaranya berasal dari Denpasar, tiga dari Gianyar, dua dari Jembrana, serta satu korban dari Badung.
Peristiwa ini turut menyita perhatian publik, termasuk kalangan selebritas. Salah satu yang bersuara adalah aktris Luna Maya yang menyampaikan rasa duka sekaligus keprihatinannya atas bencana banjir di Pulau Dewata.
BACA JUGA :
Diterjang banjir 6 kali setahun, viral perumahan di Bekasi ditinggalkan penghuninya, 7 potretnya miris
foto: Instagram/@lunamaya
Dalam unggahan di media sosial, Luna Maya menuliskan doa untuk Bali yang tengah berduka. Ia menyebut bencana ini tidak terlepas dari kerusakan lingkungan akibat pembangunan yang tidak terkendali.
"Pray for Bali 🙏🏻🙏🏻 Please stop exploitasi bali, ini dampak dari tidak beragentinya pembangunan dan juga infrastruktur yang berantakan," tulis Luna Maya, dikutip brilio.net dari Instagram @lunamaya, Kamis (11/9).
Komentarnya juga menyinggung soal kinerja pejabat daerah dalam mengatur pembangunan. Ia menegaskan perlunya perubahan cara pandang agar kesejahteraan masyarakat tidak dikorbankan demi keuntungan semata.
"Semoga ini menjadi pengingat para pejabat daerah khususnya bali untuk tidak hanya mementingkan keuntungan saja," tegasnya.
foto: Liputan6.com
Suara Luna Maya menambah panjang daftar publik yang menyoroti pengelolaan tata ruang dan pembangunan di Bali. Banyak pihak berharap peristiwa ini menjadi refleksi serius agar bencana serupa bisa diminimalisir di masa mendatang.
Sebagai informasi tambahan, bencana ini juga memaksa ratusan warga untuk meninggalkan rumah mereka. Tercatat 562 orang mengungsi di beberapa pos penampungan sementara, dengan rincian 327 orang berada di Jembrana dan 235 orang di Denpasar.
Fasilitas umum seperti balai desa, sekolah, musala, hingga banjar dimanfaatkan sebagai tempat pengungsian darurat. Warga berusaha bertahan dengan kondisi terbatas sembari menunggu penanganan lebih lanjut dari pihak berwenang.