Brilio.net - Kasus kecelakaan yang melibatkan pesinetron Nadya Almira kembali mencuat ke publik setelah 13 tahun berlalu. Peristiwa yang menimpa seorang pria bernama Adnan itu rupanya masih menyisakan luka mendalam bagi keluarga. Setelah lama bungkam, pihak keluarga akhirnya berbicara terbuka dalam podcast Denny Sumargo.
Hanny, adik korban, menceritakan bagaimana kondisi kakaknya yang masih berjuang hidup hingga sekarang. Ia juga mengungkapkan perjalanan panjang keluarga selama belasan tahun mengurus perawatan medis Adnan. Semua itu diiringi rasa lelah karena harus menanggung biaya dan tekanan hidup.
BACA JUGA :
Respect! Viral pemilik Porsche Rp3 M tak tuntut ganti rugi usai mobilnya diserempet supir truk ngantuk
Meski Nadya sempat memberikan bantuan dana, pihak keluarga menilai hal tersebut belum cukup dibanding biaya pengobatan yang membengkak. Hanny juga menginginkan Nadya mau menjenguk Adnan secara langsung.
Berikut brilio.net. himpun curhatan adik korban tabrak lari Nadya Almira 13 tahun lalu dari YouTube Denny Sumargo pada Jumat (3/10).
1. Keluarga merasa lelah menjalani kehidupan setelah kecelakaan.
BACA JUGA :
Hengky Kurniawan jelaskan kondisi putranya usai alami kecelakaan di Karimun Jawa
foto: YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo
Hanny mengungkapkan perasaan lelah karena bertahun-tahun keluarganya harus bolak-balik rumah sakit. Selama itu, mereka hanya ingin menjalani kehidupan normal seperti orang lain pada umumnya.
Ia menuturkan bahwa tekanan semakin berat karena kondisi ekonomi keluarga tidak stabil. Ayah dan ibu harus terus bergantian menjaga di rumah sakit, sementara dirinya mencari tambahan untuk menutup biaya harian.
"Kenapa aku curhat di media, terus apa kenapa aku cerita di media, itu sebenernya udah capek 12 tahun bolak balik rumah sakit pengen hidup normal kayak orang," ujar Hanny.
Hanny menjelaskan kalau peran ayah dan ibunya juga ikut terbebani karena harus menemani Adnan setiap saat. Kondisi itu membuat keluarganya semakin terkuras tenaga dan perasaan.
Ia mengaku selama ini tidak memiliki penghasilan tetap, sehingga harus memikirkan cara agar kebutuhan terus tercukupi. Situasi ini membuat Hanny kerap merasa lelah secara fisik maupun mental.
Hanny bahkan sampai melakukan pekerjaan sampingan demi menutup kebutuhan sehari-hari. Dari situ, ia berharap ada cukup uang untuk membeli obat dan mendukung perawatan kakaknya.
Ia menambahkan bahwa pekerjaan part time juga sempat dijalani demi membantu keluarga. Semua upaya itu dilakukan agar beban orang tuanya sedikit berkurang.
"Capek nyari sampingan ke mana, biar buat obat abang cukup, terus Hanny sempat part time buat kebutuhan adik-adik Hanny," tambahnya.
2. Kondisi kritis hingga komplikasi penyakit.
foto: YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo
Adnan sempat mengalami kondisi kritis yang membuat keluarga hanya bisa pasrah. Saat itu, dokter bahkan menyebut peluang hidupnya sangat kecil.
Meski begitu, keluarga tetap berdoa agar ada keajaiban. Hingga kini, Adnan masih bertahan meski harus berulang kali menghadapi masa koma.
"Kritis 4 hari, dokter menyatakan kesempatan hidup hanya 4%. Pasrah, hanya bisa berdoa untuk yang terbaik untuk abang. Allah berikan mukjizat kepada abang sampai saat ini abang masih bertahan dengan berkali-kali koma," ungkap Hanny.
Sang ibu menambahkan bahwa dirinya sudah mencoba mengikhlaskan jika anaknya harus pergi. Hal itu dilakukan karena penderitaan yang dirasakan Adnan begitu panjang.
Menurut sang ibu, kondisi anaknya benar-benar membuat hati hancur. Ia hanya berharap agar semua bisa lebih ringan meski rasa sakit itu terus membekas.
"Sebetulnya ibu sudah mengikhlaskan abang pergi, karena selama 13 tahun ini sangat menderita," kata ibunya.
Tante Adnan juga menjelaskan kondisi fisik korban saat kecelakaan terjadi. Luka-luka yang dialami Adnan begitu parah hingga membuat tubuhnya harus disangga dengan alat sederhana.
Menurutnya, tubuh Adnan dipenuhi cedera mulai dari patah leher, kaki, hingga wajah yang bengkak. Semua itu membuat perawatan semakin rumit dan panjang.
"Parah, sampai patah lehernya disangga. Kaki patah, sampai diiket-iket pakai papan. Matanya bengkak," jelas tante Adnan.
Hanny menambahkan bahwa luka yang dialami kakaknya berdampak permanen. Bahkan sampai sekarang, Adnan masih mengalami kesulitan berjalan dan harus hidup dengan pen di wajah.
Kondisi ini diperparah dengan pendarahan di otak dan meningitis yang membuat fisiknya semakin melemah. Situasi itu membuat kehidupan sehari-hari semakin berat.
"Jalan udah pincang, karena patah itu kakinya. Rahang miring sebelah. Total pen di muka ada 9. Pendarahan di otak, meningitis," ujar Hanny lagi.
3. Usaha Adnan untuk bangkit meski tubuh melemah.
foto: YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo
Setelah setahun berlalu, Adnan mencoba bangkit meski tubuhnya tidak lagi sekuat dulu. Namun penyakit meningitis yang muncul dari luka di kepalanya membuat fisiknya semakin lemah.
Meski begitu, semangat untuk bekerja tetap ia miliki. Adnan berusaha kembali menata hidupnya walau harus didampingi keluarga setiap hari.
"Setelah 1 tahun kecelakaan, ternyata dari tempurung kepalanya yang retak itu kena meningitis. Setelah meningitis itu fisik abang sangat lemah," ucap Hanny.
Hanny menjelaskan bahwa kakaknya pernah berusaha bangkit dengan bekerja lagi. Bahkan, di usia 20 tahun, Adnan sudah bisa menjadi tulang punggung keluarga.
Ia menuturkan bahwa Adnan pernah membantu memperbaiki rumah keluarga dari hasil kerja kerasnya. Hal itu menunjukkan besarnya tanggung jawab yang dimiliki sang kakak.
"Mungkin karena dia (Nadya) abang sudah kerja, dia ingin bangkit dari terpuruknya. Kakak saya ini tulang punggung keluarga saya. Jadi, kakak saya umur 20 pun sudah bisa merenovasi rumah," katanya.
Sayangnya, kondisi tubuh Adnan membuatnya tidak bisa bertahan lama dalam pekerjaannya. Baru tiga hari bekerja, ia kembali drop hingga mengalami kejang di tempat kerja.
Hanny menambahkan, ibunya selalu mengantar Adnan ke tempat kerja karena masih trauma dengan motor. Namun meningitis yang dideritanya membuat kondisi fisik terus memburuk.
"Makanya, dia ingin mencoba bekerja. Itu dia baru 3 hari kerja, kejang di tempat kerja. Selama kerja pun, ibu setiap hari nganter karena masih trauma bawa motor. Tapi abang kena meningitis, makanya makin drop," tambahnya.
4. Kesepakatan damai yang dianggap tak adil.
foto: Instagram/@sumargodenny
Hanny menjelaskan Nadya sempat memberikan bantuan dana sebesar Rp175–180 juta. Namun, jumlah itu dinilai masih jauh dari total biaya pengobatan yang mencapai ratusan juta lebih.
Keluarga mengaku tidak punya pilihan selain menerima kesepakatan damai. Hal itu dilakukan karena mereka sangat membutuhkan biaya pengobatan.
"Sebagai adiknya, aku nggak mau. Maunya Nadya sembuhin dulu Adnan, baru berdamai. Tapi, waktu itu bapak-bapak (pihak Nadya) itu bilang, 'Gimana ini? Kita mau berdamai aja'. Soalnya nggak ngerti, mungkin di pihak Nadya udah nggak sanggup makanya minta damai dan dari pihaknya Adnan juga butuh uang. Jadi ya udah, diambil jalan damai itu," kata tante Adnan dan Hanny.
5. Tuduh Nadya kabur setelah bayar Rp185 juta.
foto: Instagram/@nrhanifh_
Hanny sebelumnya pernah mengungkapkan kekecewaannya kepada Nadya Almira lewat unggahan di Instagram. Ia menuturkan bahwa keluarga sempat menuruti permintaan Nadya untuk tidak mengungkap kecelakaan tersebut ke publik karena adanya janji tanggung jawab penuh.
"Kamu @nadya_almira dulu minta ga di up masalah kamu nabrak abang saya sampe kritis, kami sekeluarga nurut karna janji kamu tanggung jawab 100%," ungkap Hanny dalam unggahan Instagramnya.
Namun, janji itu disebut tidak ditepati sepenuhnya. Menurut Hanny, setelah memberikan uang Rp185 juta, Nadya justru menghilang, padahal biaya rumah sakit yang harus ditanggung keluarga jauh lebih besar.
"Tapi setelah kamu kasih uang 185 jt kamu menghilang gitu aja sedangkan saat itu saya sekeluarga harus pontang panting cari dana karna biaya rumah sakit yang dikeluarkan saat itu di Mitra Keluarga Timur tembus 385 juta," tulisnya lagi.
Lebih lanjut, Hanny juga menyinggung kondisi sang ibu yang semakin drop setelah kejadian tersebut. Ia menyebut ibunya sampai terkena stroke akibat memikirkan keadaan kakaknya, Adnan.
"Dzolim sekali kamu @nadya_almira kamu liat kondisi ibu saya, ribuan tangisan sudah dilewati ribuan doa selalu keluar dari mulutnya. Sampe ibu saya kena stroke karna memikirkan kondisi Adnan, dan saya yang harus mengurus 2 sekaligus orang sakit di rumah," ungkap Hanny.