1. Home
  2. »
  3. Ragam
24 Desember 2025 23:30

100 Pantun gombalan maut untuk suami, simpel tapi bikin happy dan hubungan makin lengket

Kebiasaan saling menggoda dengan cara yang positif ini akan menumbuhkan kedekatan emosional, membuat hubungan terasa lebih lengket. Lola Lolita
Reve/AI

Brilio.net - Pantun gombalan maut untuk suami bisa menjadi cara yang sederhana namun sangat efektif untuk menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam rumah tangga. Melalui kata-kata ringan, lucu, dan penuh kasih sayang, pantun gombalan mampu menyampaikan perhatian dan rasa cinta tanpa terkesan berlebihan. Saat disampaikan di waktu yang tepat, gombalan kecil ini dapat membuat suami merasa dihargai, diperhatikan, dan lebih rileks setelah menjalani aktivitas sehari-hari.

Walaupun terdengar simpel, pantun gombalan memiliki kekuatan besar dalam mempererat hubungan suami istri. Candaan manis yang dibalut dalam pantun dapat menghadirkan kebahagiaan kecil, mencairkan suasana, serta menjaga komunikasi tetap hangat. Kebiasaan saling menggoda dengan cara yang positif ini akan menumbuhkan kedekatan emosional, membuat hubungan terasa lebih lengket, harmonis, dan penuh rasa bahagia.

BACA JUGA :
50 Pantun cinta lucu yang bikin gebetan ketawa sekaligus klepek-klepek


Pantun gombalan untuk suami bisa menjadi cara manis untuk mengekspresikan cinta dan perhatian dalam keseharian. Rangkaian kata yang lucu, ringan, dan penuh kasih mampu membuat suami tersenyum, memperbaiki suasana hati, serta menjaga hubungan tetap hangat dan harmonis. Berikut 100 pantun gombalan maut untuk suami yang simpel tapi bikin happy dan hubungan makin lengket, dihimpun brilio.net dari berbagai sumber pada Rabu (24/12).

Pantun cinta sederhana tapi berkesan untuk suami tercinta

Pantun gombalan maut untuk suami
© 2025 brilio.net/Reve/AI

BACA JUGA :
50 Pantun romantis pagi hari terbaik 2025, manis buat ucapan selamat pagi

foto: freepik.com

1. Pagi cerah menyapa halaman,
Angin lembut menyentuh hati.
Hadirmu selalu jadi pegangan,
Menemani langkah hingga kini.

2. Senja turun di ufuk barat,
Langit jingga tampak berseri.
Cintamu tulus tanpa syarat,
Menenangkan jiwa setiap hari.

3. Embun pagi jatuh perlahan,
Daun hijau basah berseri.
Kasihmu hadir penuh ketulusan,
Menjadi rumah di dalam diri.

4. Mentari naik membawa terang,
Burung kecil bernyanyi pagi.
Setiamu selalu ku kenang,
Menjadi doa di tiap hari.

5. Langit biru terbentang luas,
Awan putih berarak rapi.
Cintamu hadir tanpa batas,
Menguatkanku menghadapi hari.

6. Hujan turun membasuh bumi,
Aroma tanah terasa damai.
Dekapmu selalu kunikmati,
Menghapus lelah yang ku rasai.

7. Pagi tenang di tepi taman,
Bunga mekar menyapa hari.
Cintamu penuh perhatian,
Menjadi cahaya dalam diri.

8. Senja lembut menyentuh mata,
Bayang sore kian meninggi.
Kasihmu hangat penuh rasa,
Membuat hidup lebih berarti.

9. Angin pagi berhembus pelan,
Langkah kecil menyusuri hari.
Cintamu jadi kekuatan,
Menjagaku tetap berdiri.

10. Langit malam bertabur bintang,
Bulan sabit tampak berseri.
Hadirmu membuatku tenang,
Menjadi damai dalam hati.

11. Mentari sore mulai meredup,
Bayang panjang menyentuh bumi.
Cintamu selalu tetap hidup,
Mengiringi hari demi hari.

12. Embun pagi menggantung bening,
Langkah kecil menyusuri taman.
Kesetiaanmu selalu kusinggung,
Menjadi sandar di tiap aman.

13. Pagi cerah penuh harapan,
Langkah ringan menuju hari.
Kasihmu hadir penuh kesabaran,
Menemani suka dan lara diri.

14. Hujan senja turun perlahan,
Suara rintik menenangkan hati.
Cintamu tulus tanpa paksaan,
Menjadi teduh dalam diri.

15. Langit luas terasa lapang,
Awan bergerak perlahan tinggi.
Cintamu hadir penuh tenang,
Menjaga rasa tetap suci.

16. Mentari pagi bersinar cerah,
Udara segar menyapa hari.
Kasihmu hadir tanpa lelah,
Menjadi semangat dalam diri.

17. Angin malam berbisik pelan,
Langit sunyi bertabur cahaya.
Pelukmu datang tanpa paksaan,
Menjadi hangat di relung jiwa.

18. Senja jingga tampak indah,
Cahaya lembut memeluk hari.
Cintamu hadir tanpa lelah,
Mengisi ruang dalam hati.

19. Pagi hening di tepi jendela,
Cahaya masuk perlahan pagi.
Setiamu selalu terjaga,
Menjadi doa di setiap hari.

20. Langit sore berwarna tembaga,
Awan tipis bergerak perlahan.
Kasihmu hadir penuh makna,
Menuntunku tetap bertahan.

21. Mentari naik di balik awan,
Suara alam menyapa pagi.
Kasihmu hadir penuh keikhlasan,
Menjadi bahagia di hati ini.

22. Hujan turun menyentuh jalan,
Aroma basah menyapa rasa.
Cintamu tumbuh dalam keikhlasan,
Menguatkan hati melewati masa.

23. Langit biru tanpa cela,
Burung kecil terbang tinggi.
Hadirmu selalu kurasa,
Menjadi tenang dalam diri.

24. Senja jatuh perlahan redup,
Cahaya emas menyentuh bumi.
Cintamu selalu tetap hidup,
Mengalir lembut di hati ini.

25. Embun pagi di rumput hijau,
Udara segar menyapa hari.
Kasihmu hadir tanpa ragu,
Menjadi bahagia sejati.

26. Langit malam begitu tenang,
Bintang kecil tampak berseri.
Dekapmu membuatku pulang,
Ke damai dalam hati.

27. Mentari sore terasa hangat,
Bayang panjang menyentuh bumi.
Cintamu hadir penuh niat,
Menemani langkah setiap hari.

28. Angin pagi menyentuh wajah,
Langkah ringan menuju hari.
Setiamu terasa indah,
Menjadi tenang dalam diri.

29. Hujan turun membasuh daun,
Suara alam terasa murni.
Kasihmu hadir penuh santun,
Menjaga rasa tetap suci.

30. Langit cerah terbentang luas,
Awan putih berarak tinggi.
Cintamu hadir tanpa batas,
Menguatkan langkah di hati.

31. Senja jatuh di balik cakrawala,
Warna lembut menyelimuti hari.
Rinduku pulang pada setia,
Menjadi tenang di dalam diri.

32. Mentari pagi bersinar pelan,
Udara sejuk menyentuh hati.
Cintamu jadi pegangan,
Mengiringi langkah hari demi hari.

33. Langit sore mulai merona,
Cahaya jingga menyentuh bumi.
Kasihmu hadir penuh makna,
Menjadi damai di hati ini.

34. Embun pagi jatuh di daun,
Pagi hening terasa asri.
Setiamu selalu terjalin,
Menjadi bahagia sejati.

35. Angin malam terasa lembut,
Langit sunyi penuh cahaya.
Cintamu selalu ikut menyambut,
Menghapus lelah di jiwa.

36. Mentari naik membawa harap,
Langkah kecil menyapa pagi.
Kasihmu hadir begitu mantap,
Menjadi sandaran dalam diri.

37. Hujan senja turun perlahan,
Suasana sunyi terasa damai.
Cintamu hadir penuh ketenangan,
Menjadi teduh yang kurasai.

38. Langit biru terasa lapang,
Awan putih bergerak tinggi.
Setiamu selalu ku pegang,
Menjadi kekuatan di hati.

39. Mentari sore mulai meredup,
Bayang panjang menyentuh bumi.
Cintamu selalu tetap hidup,
Mengiringi hari demi hari.

40. Pagi cerah menyapa langkah,
Udara segar menyentuh diri.
Kasihmu hadir tanpa lelah,
Menjadi bahagia sejati.

41. Senja turun penuh warna,
Langit lembut memeluk hari.
Cintamu hadir penuh makna,
Menjadi hangat dalam hati.

42. Angin pagi berhembus tenang,
Daun hijau bergerak pelan.
Setiamu selalu ku kenang,
Menjadi damai di setiap jalan.

43. Langit malam bertabur cahaya,
Bintang kecil tampak berseri.
Dekapmu selalu kurasa,
Menjadi rumah di hati ini.

44. Mentari pagi bersinar lembut,
Udara sejuk menyentuh bumi.
Kasihmu hadir penuh lembut,
Menjadi doa setiap hari.

45. Hujan pagi membasuh tanah,
Aroma segar terasa damai.
Cintamu hadir penuh ramah,
Menguatkanku di tiap raih.

46. Senja jingga menyentuh mata,
Bayang sore kian meninggi.
Kasihmu hadir penuh rasa,
Menjadi bahagia sejati.

47. Langit cerah terasa luas,
Awan bergerak perlahan tinggi.
Setiamu hadir tanpa batas,
Menjaga rasa tetap murni.

48. Mentari sore terasa hangat,
Cahaya lembut menyapa bumi.
Cintamu hadir penuh niat,
Menemani langkah setiap hari.

49. Pagi tenang menyapa rasa,
Udara bersih terasa murni.
Kasihmu selalu kurasa,
Menjadi damai di hati ini.

50. Malam redup menyelimuti taman,
Cahaya bulan jatuh perlahan.
Cintaku padamu tak tergantikan,
Menjadi janji sepanjang perjalanan.

Pantun manis penuh canda agar hubungan tetap harmonis

Pantun gombalan maut untuk suami
freepik.com

51. Pergi ke pasar membeli kancil,
Kancil lari ke tengah kota.
Dulu Abang kurus dan kecil,
Sekarang berisi karena cinta.

52. Makan bakwan di pinggir jalan,
Jangan lupa ditambah cuka.
Biar perutmu makin ke depan,
Aku tetap makin suka.

53. Menanam bunga di dalam pot,
Pot ditaruh di atas meja.
Meski Abang suka mendengkur otot,
Bagiku itu musik paling manja.

54. Jualan jamu di hari Selasa,
Botol kaca ditata rapi.
Pesonamu sungguh terasa,
Membuat hatiku ikut berseri.

55. Membeli roti di toko nyonya,
Roti manis isi mentega.
Abang memang bukan segalanya,
Tapi tanpa Abang, aku merana.

56. Burung puyuh makannya biji,
Biji jatuh di bawah tangga.
Tak perlu Abang banyak janji,
Cukup transferan bikin bangga.

57. Jalan-jalan ke Bukit Tinggi,
Melihat pemandangan sangat asri.
Janganlah Abang lupa sikat gigi,
Biar enak dicium istri.

58. Masak ikan di dalam kuali,
Ikan kakap dicampur madu.
Wajahmu memang biasa sekali,
Tapi bikin aku rindu melulu.

59. Menjahit baju memakai benang,
Benang ditarik ke sana kemari.
Lihat wajahmu hati pun tenang,
Walau dompetmu kosong sekali.

60. Buah manggis buah durian,
Disimpan rapat di dalam peti.
Cukup sudah kita pacaran,
Mending Abang pijiti aku di sini.

61. Beli paku di toko besi,
Paku dipukul memakai palu.
Engkau memang pahlawan hati,
Tapi kalau lapar galak melulu.

62. Menulis surat pakai tinta,
Tinta hitam di atas meja.
Katanya Abang mabuk cinta,
Ternyata Abang mabuk kerja.

63. Pergi ke sawah mencari belalang,
Dapat satu di pohon jati.
Senang hati Abang sudah pulang,
Jangan lupa cucian menanti.

64. Beli kain berwarna merah,
Kain sutra dari Jakarta.
Kalau Abang sedang marah,
Malah tambah bikin jatuh cinta.

65. Makan mangga di atas dahan,
Hati-hati jatuh ke tanah.
Abang memang suami idaman,
Paling jago buatku tertawa renyah.

66. Burung nuri di atas dahan,
Hinggap sebentar di pohon kelapa.
Kalau Abang butuh sandaran,
Pundak istri siap menyapa.

67. Masak soto pakai kemiri,
Harumnya sampai ke ujung jalan.
Janganlah Abang melirik kiri,
Istrimu ini paling jempolan.

68. Pergi ke hutan mencari kayu,
Kayu dibakar menjadi bara.
Janganlah Abang sok merayu,
Kalau belum belikan aku permata.

69. Main layangan di lapangan,
Layangan putus tersangkut kayu.
Abang itu penuh kejutan,
Kejutan kalau lagi minta dirayu.

70. Beli sate di pasar malam,
Sate ayam bumbunya kacang.
Cintaku padamu sangat dalam,
Sedalam cintamu pada ikan cupang.

71. Pergi ke laut menjala ikan,
Ikan didapat banyak sekali.
Hanya kamu yang kupikirkan,
Sampai masakan gosong sekali.

72. Menanam padi di awal pagi,
Padi kuning siap dituai.
Cintaku ini takkan terbagi,
Meski perutmu mulai menjuntai.

73. Beli kopi di pinggir jalan,
Minumnya sambil makan bakwan.
Janganlah kamu merasa bosan,
Punya istri cantik nan menawan.

74. Berlayar jauh ke tanah seberang,
Membawa bekal buah pepaya.
Hatiku senang bukan kepalang,
Punya suami rajin bekerja.

75. Kayu jati dibuat pintu,
Pintu dipasang di ruang tamu.
Hanya satu yang aku mau,
Setiap pagi lihat wajahmu.

76. Makan nasi lauknya rendang,
Rendang dimasak bumbu meresap.
Kalau Abang asyik memandang,
Rasanya dunia ingin kusergap.

77. Membeli payung di hari hujan,
Payung biru dibawa ke kota.
Kamu adalah sebuah jawaban,
Atas doa penarik cinta.

78. Burung kutilang di atas pagar,
Hinggap sebentar di pohon jati.
Melihat senyummu aku segar,
Rasa lelah langsung berhenti.

79. Membeli baju di toko murah,
Baju merah ditaruh di raknya.
Janganlah Abang mudah menyerah,
Menghadapi istri banyak maunya.

80. Masak telur di pagi hari,
Telur dadar campur seledri.
Kaulah raja di hati ini,
Walau di rumah takut sama istri.

81. Jalan-jalan ke kota Medan,
Membeli baju untuk sang adik.
Abang memang laki teladan,
Kalau disuruh palingan cerdik.

82. Minum es di cuaca panas,
Es jeruk segar sekali.
Kerjamu jangan terlalu ganas,
Ingat istri menanti di rumah ini.

83. Menanam tomat di balik pagar,
Tomat merah segar rasanya.
Melihat wajahmu aku segar,
Tapi lihat cicilan pusing kepalanya.

84. Pergi berburu ke tengah hutan,
Dapat kijang kakinya luka.
Mari kita jaga kesehatan,
Biar bisa menua bersama-sama.

85. Membeli cermin di toko kaca,
Cermin ditaruh di dalam kamar.
Wajah tampanmu asyik dibaca,
Bikin hatiku selalu bergetar.

86. Masak air sampai mendidih,
Air diminum dengan kopi.
Jangan biarkan istri bersedih,
Nanti Abang tidur sendiri.

87. Naik sepeda ke rumah paman,
Paman sedang memotong kayu.
Engkau suami paling budiman,
Tapi sayang jarang merayu.

88. Beli bensin di pom bensin,
Jangan lupa membayar uangnya.
Kalau Abang lagi bersin,
Ingatlah aku yang merindukannya.

89. Makan roti di sore hari,
Roti dibakar manis rasanya.
Engkau matahari di rumah ini,
Penerang jalan buat selamanya.

90. Meracik jamu sejak pagi,
Disimpan hangat dalam termos.
Senyummu selalu kunanti,
Bikin perasaan jadi mulus.

91. Memetik melati di pagi buta,
Harum semerbak di dalam guci.
Engkau lelaki idaman cita,
Pemilik cinta yang sangat suci.

92. Buah duku buah kecapi,
Dimakan enak di teras rumah.
Janganlah Abang merasa sepi,
Ada istrimu yang selalu ramah.

93. Pergi ke pasar beli pepaya,
Pepaya manis merah warnanya.
Cintaku padamu tetap membara,
Hanya maut yang memisahkannya.

94. Membeli kado isi permata,
Kado dibungkus kertas warna.
Janganlah bosan menatap mata,
Mata istri yang paling memesona.

95. Pergi ke hutan mencari kancil,
Kancil lari ke arah rawa.
Walau dompetmu sedang kecil,
Abang tetaplah belahan jiwa.

96. Main musik memetik gitar,
Lagu lama tentang asmara.
Hatiku selalu bergetar,
Melihat Abang pulang bawa belanja.

97. Jalan santai di sore hari,
Melihat awan warnanya biru.
Terima kasih imamku ini,
Sudah sabar hadapi egoku.

98. Ke apotek beli vitamin,
Biar badan tetap bugar.
Masa depan sudah terjamin,
Bersama suami yang paling tegar.

99. Mencuci tangan pakai sabun,
Sabun harum bunga melati.
Cinta kita selalu rimbun,
Tumbuh subur di dalam hati.

100. Menutup hari dengan doa,
Semoga berkah sepanjang masa.
Bahagia kita sampai tua,
Cinta tulus takkan binasa.

Magang/Aji setyawan

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags