1. Home
  2. ยป
  3. Personal Finance
11 Desember 2020 07:23

Bisnis fotografi hadapi pandemi, pemotretan virtual hingga jual kopi

Turunnya order pemotretan membuat para fotografer harus memutar otak demi dapur bisa mengebul. Nur Luthfiana Hardian

Brilio.net - Selama pandemi corona, segala macam acara yang menimbulkan kerumunan sangat dibatasi. Dampak wabah ini langsung berkaitan dengan industri kreatif seperti fotografi. Turunnya order membuat para fotografer harus memutar otak.

Situasi ini juga dialami pemilik Alvin Photography, Alvin Fauzie. "Yang pasti pusing. Jadi harus mikir ekstra terus kita. Studio harus per minggu nyiapin strategi terus. Ganti-ganti terus," tutur Alvin saat dihubungi brilio.net pada Kamis (3/12).

BACA JUGA :
Aksi wanita bertemu gadis kecil saat photoshoot ini bikin salut


Padahal, sekarang ini tim studionya sudah belasan orang, sehingga biaya operasional juga tinggi. Belum lagi ditambah kebetulan studionya yang di Semarang juga pindahan. "Ya gimana caranya harus bisa bertahan," lanjut Alvin.

foto: Alvin Fauzie

BACA JUGA :
10 Hasil pemotretan low budget pakai HP, hasilnya bikin takjub

Pria yang menekuni dunia fotografi wedding dan studio ini menceritakan, selama ini foto wisuda di studionya bisa mencapai 40 kali dalam sehari. Berbanding terbalik dengan kondisi saat corona yang hampir tidak ada pengunjung.

"Sesekali sih kampus apa gitu wisuda offline sekali, habis itu yang lain-lain belum ada lagi, ungkap Alvin. Omzet per bulan saat ini dari wedding dan studio sekitar Rp 100 juta hingga Rp 150 juta. Sebelumnya bisa mencapai Rp 250 juta hingga Rp 300-an juta.

"Apalagi wedding yang prewedding ke luar kota atau ke luar negeri itu bener-bener stop. Mungkin ada, tapi dikit," paparnya.

Sharing komunitas fotografi

Situasi sulit kala pandemi ini membuat Alvin bersama anggota Komunitas Jogja Wedding Photographer yang dia gawangi, berdiskusi dengan fotografer dari daerah lain, seperti Jakarta dan Bali untuk mencari solusi. Komunitas ini juga menjadi ruang bagi anggotanya untuk saling membantu.

"Ada kemarin yang di Jogja ada salah satu fotografer yang sampai penghasilannya benar-benar turun. Terus untuk makan saja cukup susah, kita bantu juga," kata Alvin.

Sedangkan, komunitas fotografi seluruh Indonesia bernama Indonesia Wedding Photography Community juga sering membuat workshop online.

Segala cara ditempuh oleh Alvin untuk bisa bertahan kala pandemi. Mulai dari banyak orang beralih jadi jualan makanan mendadak secara online saat awal pandemi, ia lantas berpikir menawari jasa foto produk.

Tapi seiring berjalannya waktu, persaingan fotografer di foto produk kian ketat. Alvin pun lantas tidak terlalu konsen lagi dan kini sekadar jalan saja.

Alvin juga membuat paket baru yang salah satunya paket intimate wedding. Paket tersebut ia sesuaikan dengan waktu dan harganya juga lebih murah.

Kendati begitu, bukan berarti Alvin membanting harga dari paket yang sudah ada sebelumnya. "Cuma kita bikin paket baru yang lebih simpel. Kayak jamnya dikurangin, album dikurangin, editannya dikurangin. Supaya bisa menekan harga," jelasnya.

foto: Alvin Fauzie

Menurut Alvin, rata-rata masyarakat sekarang senang mencari model paketan. Beda dengan sebelumnya yang lebih memilih penyedia jasa masing-masing.

"Lebih ke langsung ke WO atau ke venue yang sudah punya paketan, jadi lebih ekonomis," lanjutnya. Paket tersebut Alvin tawarkan rentang harga berbeda, misalnya Rp 50 juta untuk 50 pack.

Selain dua inovasi yang telah dijalankannya, Alvin masih punya strategi lain, seperti workshop dan online course photography. Workshop online dan online course photography yang telah ia lakukan ternyata peminatnya cukup banyak.

Alternatif lain yang sedang ia lakukan sekarang adalah jasa syuting company profile. "Jadi kita bisa nembak ke perusahaan-perusahaan yang skalanya lebih besar dan tidak terdampak, jadi mereka masih punya budget," tegas Alvin.

Tak hanya urusan wedding, Alvin juga tetap fokus pada foto studio yang ia miliki. Selama pandemi ini ia juga sempat membuat paket baru yang lebih minimalis.

"Di studio rutin disemprot disinfektan, yang motret pakai masker. Pokoknya intinya diketatin protokolnya, supaya orang tidak takut ke studio," kata Alvin.

Dirinya merasakan konsumen sudah mulai naik lagi sekitar Agustus. Peningkatan sudah lumayan, wedding pun jadi outdoor.

Dari fotografi kini bisnis kopi

Tak berbeda dengan Nurdin Bimawan, pelaku usaha kreatif fotografi Orange Art Photography. Pria yang akrab disapa Bimo itu baru pada Agustus kembali berani bikin acara. Padahal biasanya dalam sebulan Bimo bisa melakukan pengambilan foto wedding sekitar sepuluh kali.

April, Mei, Juni, Juli, hanya satu wedding yang dilakukan Bimo tepatnya pada April lalu.

"Sebenarnya April sudah tidak boleh, tapi karena mereka sudah terlanjur gimanalah kayak gitu, akhirnya jadi. Nah itu (setelah) bener-bener puasa," kata Nurdin Bimawan saat ditemui pada Sabtu (5/12).

Beruntung Bimo sudah punya bisnis lain yakni bisnis kopi. Selama libur wedding akibat corona, Bimo mendapatkan pemasukan dari usaha kopinya itu.

foto: Nurdin Bimawan

Sebelum corona memang menyerang Tanah Air, Bimo sudah berpikir untuk membuat usaha kopi.

"Awal Desember di China sudah awal, trus akhirnya Februari awal sudah masuk Indonesia kalau ndak salah tuh. Terus aku buka ini (usaha kopi) opening Februari akhir," jelasnya.

Kedai kopi sempat buka setidaknya selama satu bulan awal. Kemudian ia tutup selama tiga bulan. Meskipun tutup, usaha kopinya tetap jalan secara online.

Demi bisa menyambung hidup, Bimo juga mencoba peruntungan dengan menjual sembako.

"Soalnya pelaku usaha di event itu mati semua. Apalagi yang nggak punya tabungan, itu bener-bener ada yang gulung tikar, aset dijual. Tapi alhamdulillah saya tidak sampai seperti itu," papar Bimo.

Saking sibuknya dengan usaha kopi, tidak membuat dirinya lupa akan dunia fotografi. Ia juga berusaha untuk melakukan teknik lain seperti foto produk dan virtual photoshoot.

Bahkan ia juga berhasil menggaet selebriti Yasmine Wildblood untuk melakukan virtual photoshoot bersamanya. Rekannya yang lain seperti model juga sempat tertarik melakukan virtual photoshoot dengannya.

Untuk harga virtual photoshoot setidaknya Bimo menawarkan Rp 500.000. "Lima ratus ribu tuh waktu pandemi bener-bener udah tinggi banget kayaknya," ungkap Bimo.

Sebelum pandemi, sebulan Bimo bisa menghasilkan omzet rata-rata Rp 80 juta, bahkan bisa lebih. Namun, saat pandemi dari hasil semua usahanya, Bimo meraup omzet setidaknya Rp 10 juta.

Walaupun angkanya menurun, tapi sekarang ia sudah bisa fokus lagi ke fotografi. Bimo kembali fokus pada foto wedding dan tetap menjalani usaha kopi. Sedangkan strategi foto produk, virtual, serta sembako sudah tidak ia lanjutkan.

"Kalau sekarang sudah ada peningkatan. Tapi sebisa mungkin mereka nggak bersentuhan tangan. Alhamdulillah sudah ramai, saya bookingan sudah sampai April besok,"

Salah satu pengguna jasa fotografi, Rasis, menceritakan, pada Juni lalu ia bersama orang tua dan adiknya melakukan pemotretan di studio Alvin.

"Selain protokol kesehatan dan tingkat anxiety yang berbeda karena sedang pandemi, sama aja sih. Justru malah yang terakhir lebih asik sesinya karena dapat fotografer senior," kata Rasis.

Kala itu keluarganya melakukan pemotretan untuk tema Lebaran. "Kami percaya pandemi itu ada dan sangat menjaga diri, kami sejak maret memang tidak pergi-pergi. Tapi namanya perayaan Lebaran juga cuma setahun sekali, Waktu itu kami kepikiran 'paling nggak ada kenangan yang terekam dengan baik Lebaran tahun ini'. Foto adalah bentuk kenangan terbaik menurut kami," lanjut Rasis.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags