1. Home
  2. ยป
  3. News
7 April 2015 23:09

True Story: Kisah pilu ibu rumah tangga terinfeksi HIV suaminya

Ketika melihat jenazah suaminya di peti, dia berpikir, satu generasi akan habis. Setelah suaminya meninggal, dia dan anaknya juga akan menyusul. Fadila Adelin

Brilio.net - Adalah Radiaz Hages Triandha (34), wanita cantik yang tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan mengalami masa-masa kelam. Hages adalah pengidap HIV Aids atau yang biasa disebut dengan ODHA (Orang Dengan HIV Aids).

Semasa remaja, Hages bukanlah wanita yang pernah terjun di dunia kelam seperti dunia narkotika ataupun seks bebas. Lantas bagaimana Hages bisa terjangkit HIV?


Kisah kelam Hages dimulai tahun 2006 silam. Saat itu, dia diketahui positif terinfeksi HIV. Rupanya, dia tertular dari suami pertamanya, yang meninggal di tahun yang sama saat dia divonis positif HIV.

Awalnya, dia tidak tahu bahwa suaminya positif HIV. Namun, dia tahu bahwa suaminya adalah mantan pengguna narkoba suntik yang berisiko tertular HIV. "Ketika menikah pada tahun 2005, dia sudah lama sekali berhenti. Sudah tidak pakai lagi. Saya juga melihat dia sehat-sehat saja. Memang dia mengaku ada hepatitis," tuturnya kepada brilio.net, Selasa (7/4).

Tak lama setelah menikah Hages pun mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Namun kebahagiaan pengantin baru tersebut tidak berlangsung lama. Ketika putra mereka berusia satu bulan, tiba-tiba suami Hages jatuh sakit dan kondisinya terus menurun. Bahkan sang suami tidak dapat makan karena di mulutnya telah tumbuh jamur.

Ketika hasil lab keluar, jawabannya membuat dunia Hages seakan runtuh seketika. Suaminya tenyata positif terinfeksi HIV. Mengetahui suaminya positif, Hages pun khawatir bahwa dirinya dan putranya juga terjangkit HIV.

Hages berinisiatif menjalani tes yang sama. Ternyata hasilnya negatif. Hal itu membuat dia berpikir, bayinya pasti juga tidak tertular. "Saya lega, itu artinya saya dapat menyusui bayi saya." katanya

Dengan sabar dan tabah, Hages merawat suami dan bayinya. Kondisi sang suami pun berangsur baik setelah menjalani terapi antiretroviral (ARV). Terapi itu untuk melawan infeksi akibat Human Immuno Deficiency Virus.

Namun, ujian kembali harus dihadapi Hages. Menginjak usia tiga bulan, tiba-tiba bayinya muntah-muntah dan mengalami diare akut, sehingga harus dirawat di rumah sakit. Saat itulah Hages mulai curiga bayinya juga terinfeksi HIV. Dia pun membawa anaknya menjalani tes HIV, dan ternyata hasilnya positif.

Hages pun kemudian segera menjalani tes yang sama. Hasilnya, dia juga terinfeksi. Dia tidak mengira akhirnya positif HIV karena tes sebelumnya negatif. "Kata dokter, sebenarnya itu masa jendela. Jadi, virus sudah ada dalam tubuh, tapi belum menunjukkan dirinya," terang Hages.

Namun Hages masih menunggu secercah harapan dari dokter. Dokter berkata bahwa sebelum bayi berusia 18 bulan masih meminjam sistem imun ibunya, oleh sebab itu yang terdeteksi adalah sistem imun milik ibunya. Dokter memberi harapan bahwa setelah berusia 18 bulan maka anaknya bisa saja negatif HIV.

Walau begitu Hages masih belum bisa tenang, apalagi setelah keluarga besarnya tahu. Merasa dibohongi oleh pihak suami, keluarga Hages memutuskan untuk merawat Hages dan anaknya sedangkan sang suami diurus oleh keluarganya sendiri.

Depresi yang dirasakan suaminya semakin berat setelah mengetahui Hages dan anaknya terinfeksi. Akibatnya HIV semakin kuat menggerogoti tubuhnya, hingga akhirnya suami Hages meninggal dunia. Kehilangan suami membuat Hages putus asa. Ketika melihat jenazah suaminya di peti, dia berpikir, satu generasi akan habis. Setelah suaminya meninggal, dia dan anaknya juga akan menyusul.

Cobaan bertubi-tubi yang harus dihadapi Huges membuatnya sempat terpuruk. Dengan cemas dia menunggu anaknya berusia 18 bulan.

Berita membahagiakan pun datang ketika putra Hages berusia 18 bulan dan setelah dites dinyatakan negatif HIV. Semangat Hages pun mulai muncul kembali, dia mulai bersemangat menjalani terapi ARV walau dia tahu efek sampingnya sangat menyakitkan.

Masa-masa tersulit bagi seorang ODHA pun harus dilewati oleh Hages. Dia harus berjuang melawan efek samping yang ditimbulkan akibat terapi ARV yang dijalaninya. "Saat itu benar-benar masa tersulit bagi saya. Bayangkan, tiga bulan lamanya saya nggak bisa bangun. Selain itu saya terus muntah, tanpa ada makanan yang bisa masuk," urainya

Semangat untuk melihat anaknya tumbuh dewasa membuat Hages terus bertahan. Hages pun rajin mengikuti kegiatan bersama ODHA lainnya. Perlahan tapi pasti kebahagiaan mulai menghampiri Hages. Kegiatan tersebut mempertemukannya dengan Samsu Budiman, yang akhirnya menjadi suaminya. Sebagai ODHA mereka berdua kemudian mendirikan LSM yang diberi nama LSM Kuldesak yang bergerak dibidang pencegahan dan penanggulangan HIV Aids.

BACA JUGA:

Kenali ciri meningitis yang serang Olga, pusing hebat, demam tiba-tiba

Ini ciri-ciri razia lalu lintas oleh polisi yang sah dan legal

VIDEO: Jangan pernah menilai buku dari sampulnya

VIDEO: Hal-hal yang terjadi pada jasadmu di dalam tanah usai meninggal

Pedagang-pedagang 'aneh' ini cuma ada di Indonesia

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags