1. Home
  2. ยป
  3. News
2 November 2015 02:35

Kakek ini terjemahkan perasaan tukang becak dalam lukisan di selebor

Tahukah kamu bahwa perasaan seorang tukang becak dapat dilihat dari lukisan di selebor (penutup roda) becaknya? Fadila Adelin

Brilio.net - Tahukah kamu bahwa perasaan seorang tukang becak dapat dilihat dari lukisan di selebor (penutup roda) becaknya? Setidaknya begitulah yang dikatakan oleh Tjipto Setiono (80), seorang pelukis selebor becak di Yogyakarta.

Meskipun tidak ada aturan khusus dalam menghias selebor becak, namun biasanya lukisan becak yang dilukis Tjipto adalah sesuai pesanan tukang becaknya. Gambar pemandangan desa, maka artinya sang tukang becak selalu merindukan kampung halamannya. Jika bergambar macan, maka artinya sang tukang becak adalah seseorang yang kuat dalam mengayuh becaknya.

BACA JUGA :
Slebor becak jadi 'kanvas' lukisan, lebih menggoda untuk dinaiki


Tjipto barangkali satu-satunya pelukis yang khusus menggarap slebor becak saat ini. Sudah 65 tahun ia menerjemahkan perasaan pengemudi becak yang ingin digambarkan di sepasang slebor becaknya.

Menurut pengakuanya, dia mulai terjun dalam profesi ini sejak lulus Sekolah Rakyat (saat ini SD) pada tahun 1950. Kala itu Tjipto bekerja pada juragan becak di kawasan Gondomanan Yogyakarta. Waktu itu Tjipto yang dikenal pandai menggambar dipercaya untuk melukis selebor becak agar lebih menarik dengan bayaran Rp 25 per bulan.

BACA JUGA :
Siapa bilang becak tinggal kenangan, becak masa depan siap meluncur

Setelah semakin dewasa Tjipto membuka usahanya sendiri. Melalui profesi inilah dia berhasil menafkahi istri dan tujuh anaknya.

Hingga saat ini tangan keriputnya masih dapat dengan cekatan menorehkan paduan warna-warna cat dengan rapi walaupun tanpa sketsa. "Kalau gambar pemandangan lebih mudah karena ndak pakai sketsa, kalau gambar rumit seperti hewan atau candi baru saya buat sketsanya dulu," kata kakek dengan 16 cucu tersebut.

"Sampai sekarang mungkin sudah ribuan selebor saya lukis, tukang becaknya juga ndak cuma dari Jogja. Ada Solo, Semarang dan Purworejo," ujarnya saat ditemui brilio.net di kediamannya Gang Arjuna kawasan Wirobrajan Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Saat ini tarif yang dia patok adalah Rp 200.000 untuk sepasang selebor dengan pengerjaan selama tiga jam saja.

Tjipto bersyukur walaupun saat ini pelanggannya berkurang drastis karena pengaruh modernisasi, selebor becaknya masih ada yang minat walaupun hanya sekedar sebagai suvenir saja. Tidak tanggung-tanggung peminatnya adalah turis yang berasal dari Belanda, Jepang, Belgia dan Australia.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags