1. Home
  2. ยป
  3. News
7 Juni 2015 06:00

Indonesia ternyata pernah sewa tentara Rusia untuk perang

Jejak-jejak peninggalan tentara Rusia yang tersimpan di Museum Bahari. (Foto: brilio.net Fadila adelin) Fadila Adelin

Brilio.net - Sejarah perjuangan Indonesia bagaikan mozaik yang berkeping-keping, dan setiap mozaik pasti memiliki cerita tersendiri. Salah satunya adalah perjuangan Indonesia dalam memperebutkan Irian Barat yang biasa dikenal dengan operasi Trikora.

Peristiwa Trikora dicetuskan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 19 Desember 1961 dengan tujuan membebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda. Di balik peristiwa bersejarah itu, ternyata banyak cerita menyangkut kekuatan perang yang tak banyak diketahui publik.

Ketika itu, TNI Angkatan Laut banyak mendatangkan alutsista (alat utama sistem senjata) dari Rusia yang saat itu masih menjadi Uni Soviet. Indonesia membeli 6 buah kapal selam kelas Whiskey. Pembelian ditambah 6 lagi karena situasi makin genting.

Meski begitu, ternyata Rusia tidak hanya bertindak sebagai penyuplai senjata saja, melainkan juga ikut terlibat dalam operasi tersebut. Di antaranya adalah dengan menyediakan prajurit.

Hal ini terjadi karena pembengkakan pembelian kapal selam dari 6 menjadi 12 telah menimbulkan kendala dalam hal penyediaan prajurit yang mengawakinya. Sementara, sudah tidak ada waktu lagi untuk menyiapkan tambahan awak karena tenggat mobilisasi pasukan untuk operasi Trikora sudah semakin dekat.

Lantaran kekurangan awak, alhasil pemerintah Indonesia selain membeli kapal selam juga harus "menyewa" awaknya yang asli berkebangsaan Rusia. Jika satu kapal selam membutuhkan 60 buah ABK, maka total ada sekitar 360 tentara Rusia yang ikut bergabung berjuang memperebutkan Irian Barat.

"Kalau menurut cerita Kolonel Purnawirawan Arifin Rosadi, dulu awak Rusia itu berperan sebagai standby force jika terjadi perang terbuka," Jelas Serma Sukro, penjaga Museum Bahari Yogyakarta, Minggu (7/6).

Para warga Rusia ini diberi tempat tinggal di kawasan Dermaga Ujung, Surabaya, Jawa timur. "Tidak terlalu tertutup tempatnya, tapi tak boleh dikunjungi sembarang orang. Mereka pun tinggal selama masa kampanye Trikora hingga usai, yaitu hingga Agustus 1962 dan kita yang membiayai hidup mereka hingga gaji mereka," kata Serma Sukro lagi.


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags