1. Home
  2. ยป
  3. Kepribadian
15 Februari 2020 09:07

5 Rahasia millenial jadi pemimpin hebat era industri 4.0

Pintar saja nggak cukup untuk menjadi pemimpin hebat. Annisa Amalia Hapsari
foto: Brilio.net/Annisa Hapsari

Brilio.net - Saat ini kehadiran revolusi industri 4.0 semakin terasa di seluruh belahan dunia. Perubahan pesat di berbagai bidang, terutama teknologi, jadi salah satu tanda dimulainya era revolusi industri 4.0.

Fenomena revolusi juga ditandai pergeseran dan perubahan skala global. Hal yang sama terjadi dalam revolusi industri 4.0. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada hampir setiap sektor kehidupan membawa dampak yang akhirnya menggeser peran manusia.

BACA JUGA :
Tak disadari, 7 sifat baik ini bisa bikin orang lain terintimidasi


Kehadiran teknologi yang semakin canggih membuat tingkat persaingan antar individu begitu tinggi. Untuk memenuhi tuntutan zaman, meningkatkan kemampuan diri baik soft skill maupun hard skill merupakan hal wajib. Khususnya bagi millenial dan generasi Z yang menghadapi langsung tantangan ini, sudah harus menyiapkan diri agar menjadi pemimpin era industri 4.0.

Tak boleh asal-asalan, untuk berhasil menjawab tantangan dan menjadi pemimpin era revolusi industri 4.0, ada beberapa rahasia yang harus diketahui. Apa saja itu? Berikut Brilio.net rangkum penjelasannya, Sabtu (15/2).

1. Memiliki visi dan tujuan visioner.

BACA JUGA :
8 Cara berjalan ini bisa ungkap watak aslimu, apa saja ya?

foto: Brilio.net/Annisa Hapsari

Menghadapi tantangan dalam ruang lingkup kompleks diperlukan visi sebagai motivasi untuk melewati permasalahan dan mencapai tujuan. Visi yang baik terdiri dari dua komponen utama yaitu ideologi inti (core ideology) dan tujuan visioner (visionary goals). Ideologi inti terbagi lagi menjadi dua komponen yakni nilai luhur (core value) dan tujuan inti (core purpose).

Galuh Paskamagma, Program Associate Djarum Foundation menjelaskan, nilai luhur merupakan nilai diri yang akan terus dipegang dalam berbagai kondisi dan diperjuangkan meski apa pun yang terjadi.

"Misalnya nilai luhur saya adalah kejujuran. Suatu saat saya jadi anggota legislatif dan semua di partai saya melakukan korupsi besar-besaran. Kalau saya tidak melakukan korupsi, saya dipecat. Tapi karena saya punya nilai luhur kejujuran, jadi saya nggak peduli meski harus dipecat yang penting saya tetap jadi orang jujur," ungkap Galuh.

Sedangkan tujuan inti merupakan alasan utama mengapa kamu hadir di dunia. Galuh menggambarkan tujuan inti perusahaan Apple yang ingin menjadi komputer terbaik di dunia. Tujuan inti tidak bisa diganti namun tidak selalu terpenuhi, seperti perusahaan Apple yang terus berinovasi menjadi komputer terbaik di dunia meski tidak selamanya.

Dua komponen ideologi inti akan semakin lengkap dengan adanya tujuan visioner. Tujuan visioner harus bersifat besar dan berani yang hanya bisa dicapai dalam waktu 10-15 tahun.

Ada empat kriteria saat membuat tujuan visioner yaitu bisa digambarkan dengan jelas (imaginable), memberi tantangan (compelling), memiliki deadline pasti (time specific), dan mudah dikomunikasikan (easy to communicate).

2. Gigih untuk bangkit dari kegagalan.

foto: Brilio.net/Annisa Hapsari

Tak hanya memiliki visi dan tujuan visioner, untuk menjadi individu atau pemimpin hebat pada era industri 4.0, dibutuhkan juga kegigihan. Saat menemukan rintangan di tengah jalan, kegigihan akan membantumu melewatinya.

Kegigihan biasanya datang dari passion dan ketekunan. Passion berisi ketertarikan dan tujuan yang akan membuatmu bertahan saat menghadapi tantangan. Sementara ketekunan dibentuk dari latihan dan kemampuan untuk bangkit saat terjatuh.

Kegigihan mengeluarkan usaha untuk mencapai tujuan lebih menjamin kesuksesan dibanding bakat dan keterampilan yang dimiliki. Lewat sosok Krisdayanti, Galuh memberi contoh bagaimana bakat bisa membawa keberhasilan jika didukung dengan kegigihan meski ada rintangan.

"Tidak perlu diragukan lagi bakatnya (Krisdayanti) sebagai Diva Indonesia. Hal ini berkat usahanya yang sangat-sangat panjang. Selama puluhan tahun Krisdayanti pasti sudah merasakan up and down dan menerima hujatan netizen. Dia berhenti nggak? Dia berhasil sukses sampai saat ini. Ketika kita mendengar Krisdayanti, yang kita ingat langsung Diva Indonesia," jelas Galuh.

3. Menerapkan pola pikir berkembang.

foto: Brilio.net/Annisa Hapsari

Selalu mau belajar, suka mencari tantangan, berusaha melalui rintangan, mau menerima kritikan, dan belajar dari kesuksesan orang lain menandakan kamu sudah menerapkan pola pikir berkembang (growth mindset).

Pola pikir berkembang menjadi penting karena dapat melatih kegigihanmu. Selain itu, pola pikir yang mengunggulkan isi ini juga membantumu berkembang jadi individu lebih baik.

Hal ini berbanding terbalik dengan pola pikir tetap (fixed mindset) yang lebih mementingkan tampilan namun tidak memiliki isi yang berkualitas.

4. Mampu menulis secara kritis.

foto: Brilio.net/Annisa Hapsari

Selain berpikir kritis, kemampuan menulis secara kritis jadi skill yang tak kalah penting pada era industri 4.0. Nah, untuk bisa menulis kritis, sebelumnya kamu harus bisa menjadi 'hoax busters' dengan memilih dan memilah informasi yang diterima.

Menulis kritis terbentuk dari tiga bahan utama yaitu pembaca, argumen pendukung (mega argument), dan penyeimbang (balancing point). Dalam praktiknya, menulis kritis memiliki struktur berupa piramida terbalik. Dimulai dari informasi paling penting hingga tidak penting.

Yang perlu dicatat adalah semua informasi terutama argumen pendukung yang disokong data-data bersifat fakta.

Berbeda dari teknik penulisan lain, menulis secara kritis dimulai dengan lead dan diakhiri dengan menentukan judul. Hal ini disebabkan dalam membuat konten kritis, 25-30 kata pertama bisa menentukan nasib tulisan.

"Biasanya pada awal tulisan atau lead sudah berisi masalah beserta solusi yang ditawarkan," pungkas penulis dan pengusaha Margareta Astaman.

Agar berhasil menarik perhatian pembaca, saat membuat lead diperlukan taktik. Biasanya ada tiga jenis taktik yang digunakan yakni menyampaikan secara langsung pada tujuan, menceritakan situasi sekaligus masalah dan solusi, serta memulai dari pertanyaan atau pernyataan.

5. Memaksimalkan skill dengan 'kemasan' sempurna.

foto: Brilio.net/Annisa Hapsari

Keempat skill sebelumnya jika 'dikemas' secara menarik akan membuat generasi muda siap menghadapi tantangan industri 4.0. Seperti diungkapkan penyiar berita dan eksekutif produser Kompas TV, Riko Anggara.

"Di era sekarang, kemampuan otak atau teknis tidak cukup. Jadi harus dikemas secara menarik, baik melalui media sosial atau mengemas diri jadi menarik," ujar Riko.

'Kemasan' yang dimaksud yaitu penyampaian komunikasi lisan secara efektif. Hal ini bisa dilakukan dengan menjadi pembicara yang memahami penonton dan memberi perlakuan tepat.

Menjadi pembicara yang menarik perhatian penonton harus memerhatikan enam hal. Mulai dari eye contact, senyuman, public face, aha! moment (menyampaikan informasi baru bagi penonton), power poses, dan vokal.

Selain cara penyampaian, yang tidak kalah penting adalah mengetahui dan menerima kekurangan fisik lalu menyiasatinya untuk menjaga penampilan secara keseluruhan.

Jika diterapkan secara tepat, deretan kemampuan ini akan membantu millenial dan generasi Z menghadapi revolusi industri 4.0. Nah, semua rahasia di atas disampaikan secara menarik dan interaktif dalam pelatihan Leadership Development Djarum Beasiswa Plus angkatan 2019/2020.

Berlangsung pada 9-12 Februari di Hotel Harris Gubeng, Surabaya, sebanyak 62 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia dibekali pelatihan soft skill. Tahun ini, pelatihan digelar sebanyak 5 batch di dua kota yakni Yogyakarta dan Surabaya.

Pada hari pertama dan kedua, para penerima Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) mendapat pembekalan beberapa materi dari pemateri yang sudah berpengalaman di bidangnya. Mulai dari Future Skill berupa Gritty Leadership oleh Galuh Paskamagma, Critical Writing yang diberikan Margareta Astaman, hingga Effective Oral Communication dari Riko Anggara.

foto: Brilio.net/Annisa Hapsari

Beda dari yang lain, Leadership Development Djarum Beasiswa Plus mampu menyampaikan materi dengan pendekatan ala generasi muda. Tak heran jika banyak yang terkesan. Salah satunya Ni Putu Rila Aristariana, mahasiswa Universitas Warmadewa, Bali.

"Acara seminar yang sangat berbeda dari yang lain. Biasanya seminar yang pernah saya ikuti hanya sekadar menjelaskan teori yang ada di slide (power point). (Leadership Development Djarum Beasiswa Plus) benar-benar di luar ekspektasi saya," ujar cewek yang akrab disapa Rila itu.

Usai mendapat materi, para Beswan Djarum diuji mengaplikasikannya lewat Project Presentation. Mereka ditantang melakukan roleplay sebagai staf khusus presiden yang bertugas mendukung presiden mewujudkan visi dan misi. Selain itu, ada juga tugas individu berupa writing project dengan kasus yang sama.

Semua penugasan ini akan dipresentasikan oleh masing-masing kelompok di depan dua juri, Riko Anggara dan Margareta Astaman pada hari ketiga. Sebagai penambah motivasi, kelompok terbaik dapat memenangkan predikat Best Perfomance dan membawa pulang hadiah menarik. Ada juga Best Writing dan Best Speaker yang bisa dimenangkan setiap Beswan Djarum.

Belum cukup sampai di situ, para Beswan Djarum juga dipersiapkan memiliki kemampuan motivasi dan menjadi sosok menginspirasi, serta Community Empowerment oleh sang ahli pada hari berikutnya.

Menjadi bagian Djarum Beasiswa Plus bukan semata bersiap menjadi generasi cerdas secara kognitif, melainkan juga memiliki hard dan soft skill mumpuni. Selain itu juga didorong percaya diri unjuk kemampuan. Dengan begitu, siapa pun kamu bisa menjadi pemimpin hebat era industri 4.0. Masih ragu jadi keluarga Beswan Djarum?

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags