1. Home
  2. »
  3. Jalan-Jalan
16 Februari 2020 21:50

Seni membangun peradaban baru “jembatan Nusantara”

Dulu pelabuhan dikenal sebagai tempat yang kumuh, banyak pungli, sarang preman, dan sangat menyeramkan Yani Andriansyah
Foto-foto : @yans_brilio

Brilio.net - Pelabuhan selalu menjadi pusaran ekonomi. Sejak zaman dahulu pelabuhan kerap menjadi pusat aktivitas perdagangan baik barang dan jasa. Banyak orang yang menggantungkan nasib mereka pada keberadaan sebuah pelabuhan.

Namun seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk, stigma negatif pun melekat pada pelabuhan. Salah satu wilayah pesisir yang menjadi tempat bersandarnya kapal ini kerap diidentikan dengan lokasi yang kumuh dan penuh dengan pungutan liar (pungli).

BACA JUGA :
10 Pelabuhan ini paling Instagrammable se-Indonesia, mari buktikan!


Pelabuhan Merak pada 1932 (Dok Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)

Malah ada juga yang beranggapan pelabuhan menjadi lahan subur bagi para preman mencari nafkah. Intinya, pelabuhan adalah tempat yang menyeramkan, penuh dengan kekerasan. Bukan cuma itu, pelabuhan juga sering diidentikan dengan tempat-tempat hiburan malam, khususnya yang berkaitan dengan pemuas syahwat.

Salah satu pelabuhan yang punya sejarah panjang dan cukup fenomenal di Indonesia adalah pelabuhan penyeberangan Merak. Daerah yang masuk dalam wilayah administratif Kota Cilegon Provinsi Banten ini merupakan pintu menuju Pulau Sumatera atau sebaliknya.

BACA JUGA :
Ini beda liburan mewah di kapal pesiar laut dan sungai

Pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni kini terus berbenah untuk memberikan pelayanan kepada pengguna jasa penyeberangan 

Di zaman kolonial, Merak menjadi salah satu wilayah permukiman yang cukup disukai warga Eropa. Maklum, wilayah di pesisir barat Pulau Jawa ini merupakan salah satu nadi sektor ekonomi yang penting. Bahkan selama masa Perang Dunia II, tepatnya pada 1 Maret 1942, Pelabuhan Merak yang mulai beroperasi pada 1912 ini menjadi salah satu titik sentral mendaratnya pasukan pertama dari divisi kedua, pasukan utama serangan Jepang. Angkatan perang Negara Matahari Terbit itu mendarat di Merak tanpa diganggu pasukan perlindungan pantai Belanda. Pasukan Jepang ini pun bisa dengan leluasa dan bergerak cepat melintasi jalan-jalan utama menuju Batavia (sekarang Jakarta).

Di awal berdirinya (1912), pelabuhan Merak menjadi “jembatan” penghubung ke Pulau Sumatera. Posisi Selat Sunda yang berada di antara Jawa dan Sumatera merupakan jalur strategis perdagangan. Saat itu pemerintah Hindia Belanda memanfaatkan kereta api sebagai transportasi utama untuk menunjang aktivitas perpindahan barang komoditi dari Jawa ke Sumatera dan sebaliknya.

Tidak dipungkiri kini jasa penyeberangan menggunakan feri menjadi salah satu moda transportasi pilihan masyarakat  

Ketika itu pemerintah Hindia Belanda menunjuk perusahaan kereta api yang bernama Staatsspoorwegen untuk mengelola bidang transportasi di wilayah Banten. Pelabuhan Merak menjadi ujung rel kereta jalur Tanah Abang, Jakarta ke Merak. Pelabuhan Merak juga menjadi penunjang kegiatan Hindia Belanda untuk melakukan ekspor dan impor barang dari Indonesia ke luar negeri dan sebaliknya.

Pasca kemerdekaan pengeloaan pelabuhan berganti-ganti mengikuti perkembangan politik pemerintahan. Hingga tahun 1948, aktivitas ekspor barang ke luar negeri masih dilakukan di Pelabuhan Merak. Pada 1952, pemerintah Indonesia ketika itu membuka Pelabuhan Panjang di Lampung. Sejak itulah jalur resmi Merak-Lampung dibuka.   

Kemudian pada 1970, saat pemerintah Indonesia mulai membangun Pelabuhan Bakauheni, pelabuhan bayangan sementara yakni Pelabuhan Srengsem dioperasikan hingga akhirnya Pelabuhan Bakauheni beroperasi pada 1980. Sejak saat itulah pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni menjadi “jembatan” penghubung Jawa-Sumatera.     

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags