1. Home
  2. »
  3. Duh!
26 November 2025 12:10

Viral WNI bongkar curhatan warga Swiss ngaku hidup kaya tapi nggak bahagia, ternyata ini alasannya

Realita sejahtera di negara Swiss ternyata tidak sebanding dengan tingkat kebahagiaan sebagian warganya. Syeny Wulandari
TikTok/@bycinday

Brilio.net - Swiss sering digambarkan sebagai salah satu negara terkaya di dunia dengan standar hidup yang sangat tinggi. Reputasinya dibangun dari sistem perbankan yang aman, industri farmasi yang kuat, dan kemajuan teknologi yang konsisten mendorong perekonomiannya.

Kondisi ekonomi negara tersebut semakin diperkuat ketika melihat data terkini mengenai PDB per kapita mereka. Swiss berada di angka USD 98.140 dengan pertumbuhan tahunan 1,3 persen berdasarkan perhitungan PPP yang dirilis IMF.

BACA JUGA :
Romantis berlatar pemandangan Swiss, 9 potret El Rumi lamar Syifa Hadju, harga cincinnya nyaris Rp1 M


Realita sejahtera itu ternyata tidak sebanding dengan tingkat kebahagiaan sebagian warganya. Seorang WNI yang tinggal di Swiss membagikan pengalaman pribadinya saat berbincang dengan tetangga yang cukup terbuka soal hal ini.

"hari ini aku deep talk sama tetangga ku 'yang open minded' karena sejauh ini aku cuma punya 3 temen asli orang sini, bcs orang sini tidak terbuka dengan orang baru apalagi aku dari asia dan muslim," tulisnya dikutip dari TikTok @bycinday, Selasa (25/11).

Obrolan menjadi lebih dalam setelah ia melontarkan pandangannya mengenai budaya kerja masyarakat Swiss. Mereka berdiskusi tentang ritme hidup dan tekanan yang dialami penduduk setempat.

BACA JUGA :
Momen lucu Kaesang Pangarep jadi tukang foto di Swiss, sikap ramahnya menuai pujian

"aku cuma pancing dengan 1 pernyataan 'ternyata orang sini semua nya hard worker ya bener bener kerja ya kerja, tapi kalian pasti healing tiap weekend' life work balance - ujar ku," terangnya.

WNI ini bongkar curhatan warga Swiss
© TikTok/@bycinday

Tanggapannya justru mengejutkan karena sang tetangga menolak anggapan bahwa masyarakatnya bahagia. Fakta tersebut cukup mengejutkan mengingat Swiss dikenal sebagai negara maju dengan standar hidup tinggi.

"dengan lantang dia menyanggah 'sebetulnya kami tidak bahagia, banyak orang disini sebetulnya tidak bahagia,'" ungkapnya.

Warga Swiss tersebut kemudian menjelaskan bahwa kondisi ekonomi masyarakat Swiss tidak serta-merta membuat kehidupan mereka terasa ringan. Biaya hidup yang tinggi dan standar kesejahteraan yang sudah terpenuhi sejak lahir justru menciptakan dinamika sosial yang berbeda.

"Kami memang negara paling kaya diantara negara eropa lainnya, tapi ya tetep semua serba mahal, semua sudah tercover pemerintah, tidak ada orang miskin semiskin miskinnya kami pun ya tidak miskin," ungkapnya.

Ia melanjutkan ceritanya dengan nada reflektif saat membahas dampak sosial dari kondisi negara yang serba tercukupi. Situasi tersebut disebut membentuk karakter masyarakat yang kurang sensitif terhadap kesulitan orang lain.

"kami seperti dibesarkan oleh kekayaan sehingga membuat kami menjadi 'manja' tidak ada tantangan, dan hal ini membesarkan kami tidak dengan 'empathy'," tambahnya lagi.

WNI ini bongkar curhatan warga Swiss
© TikTok/@bycinday

Cerita itu membuat sang WNI terdiam menyadari betapa berbeda antara yang terlihat dan yang benar-benar dirasakan warga setempat. Ia kemudian memberi pesan sederhana mengenai penilaian terhadap sebuah negara maupun orang lain.

"jangan lihat sesuatu dari covernya saja," pungkasnya.

WNI ini bongkar curhatan warga Swiss
© TikTok/@bycinday

Pandangan warga Swiss tentang hidup berkecukupan namun tetap merasa hampa ikut membuat banyak netizen memberikan tanggapan. Beragam komentar muncul karena mereka merasa bahwa kebahagiaan memang tidak selalu hadir dari materi semata.

"pernah denger kata 'harus ada sesuatu yg bikin kita excited untuk menjalani hidup' itu bener yaaaa," @sehaiiiii16

"karena untuk merasakan kebahagiaan harus ada kesedihan sebagai pembanding, jika semuanya manis tidak ada pahit maka manis itu sendiri tidaklah manis," @twinsofff

Netizen lainnya menilai bahwa privilege berlebih justru bisa membuat seseorang kurang peka terhadap kondisi sekitar. Situasi tersebut dianggap wajar bila seseorang tumbuh dalam lingkungan yang serba tercukupi.

"bener jg ihh kalo dibesarin pake kekayaan kita jdi ngk punya empati," @gstydl

"That’s why tingkat kebahagiaan seseorang tuh beda2," @ayomulaicuan

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags