1. Home
  2. ยป
  3. Duh!
1 Juli 2020 20:02

Kisah seorang pria meninggal satu jam usai kebumikan sang ibu

Keluarga tak tahu harus berkata apa saking kagetnya. Syifaul Qulubil

Brilio.net - Kesedihan mendalam lantaran anggota keluarga tercinta telah berpulang ke sisi Tuhan memang sulit digambarkan. Rasa inilah yang bisa dilihat lewat kisah yang baru-baru ini viral di media sosial. Dilansir brilio.net dari mstar.com.my, Rabu (1/7), seorang pria asal Malaysia bernama Shuhaimi Saidin meninggal selang satu jam setelah menguburkan jenazah sang ibu tercinta.

"Hanya berselang satu jam setelah menguburkan jenazah ibu, abang sulung kami, Shuhaimi Saidin turut dijemput untuk selamanya," ungkap Mohd Shari Saidin seperti yang dikutip brilio.net dari mstar.com.my.

BACA JUGA :
Kisah haru seorang ibu 'bertemu' dengan anaknya yang telah tiada


Ibarat kisah sedih di televisi, namun itulah realita yang harus diterima keluarga Shuhaimi Saidin. Mohd Shari Saidin, adik dari Shuhaimi menceritakan awal mula kisah tersebut. Hal itu berawal pada 23 Juni ketika ibunya, Ishah Kasa yang berusia 65 tahun mengeluh sakit dada.

BACA JUGA :
Kenang almarhum ibu saat wisuda, curhatan cowok ini bikin mewek

foto: mstar.com.my

"Pagi itu ibu baik-baik saja, pergi ke toko, mengobrol di rumah tetangga. Tapi malamnya dia mengeluh sakit dada. Sampai di Klinik Kangar, dokter memeriksa jantung ibu sedang tak baik, ibu dirawat di rumah sakit Tuanku Fauziah (HTF) Kangar," ujarnya sambil menambahkan bahwa sang ibu mempunyai riwayat darah tinggi, kencing manis dan kolesterol tinggi.

Beberapa hari dirawat, Mohd Shari berkata keadaan ibunya bertambah pulih dan semakin membaik, bahkan sang ibu juga berselera makan.

"Hari kedua ibu di rumah sakit, abang sulung kami, Shuhaimi Saidin tiba dari Manjung dan menjenguk ibu di rumah sakit. Abang pulang dengan membawa istri dan 4 orang anaknya, sedangkan anak sulungnya di Kuala Kangsar, sehingga abang tak sempat untuk menjemput," ujar laki-laki berusia 33 tahun ini.

foto: mstar.com.my

Menurut Mohd Shari, ibunya menunjukkan tanda-tanda kembali pulih setelah tiga hari dirawat, namun dia masih belum dibolehkan pulang kerana harus berada dalam pengawasan dokter.

"Hari keempat yaitu Jumat, ibu menghembuskan nafas terakhir dalam tidur, kurang lebih pukul 5.30 petang. Kami hanya meninggalkan ibu sebentar. Pasien sebelah dan depan ibu pun tak sadar sejak kapan ibu telah menghembuskan nafas terakhir," tambahnya.

"Karena terkejut dengan kabar tersebut, saya langsung lemas dan diberi bantuan oksigen. Saat itu juga, abang sulung saya yang menenangkan saya dan meminta saya supaya kuat, jangan lemah. Tak disangka, rupanya itulah pertanda dia akan pergi menyusul ibu," ujar dirinya.

Menurut penuturan Mohd Shari, pada hari pengebumian ibu mereka, abang sulungnya menjadi orang yang paling sibuk dalam memastikan segala urusan berjalan dengan lancar, bahkan menjadi orang pertama yang turun ke liang lahat.

"Urusan pengebumian ibu selesai pada pukul 11.15. Ketika kami di rumah untuk melepas lelah, tiba-tiba abang yang sedang duduk depan kipas angin mengeluh sakit dada dengan mata yang sayu, seolah-olah akan pingsan. Saat itu memang kacau. Kami mencoba memberi pertolongan awal hingga ambulans sampai. Saat itu badan abang sudah dingin. Sepuluh menit dalam perjalanan ke rumah sakit dengan ambulans, abang sudah tak sadarkan diri. Bantuan oksigen terus diberikan dalam ambulans. Namun Allah lebih menyayanginya," ungkapnya.

foto: mstar.com.my

"Abang meninggal dunia pada pukul 1 akibat sesak nafas. Saat mendengar kabar itu, Allah... saya tak tahu harus berkata apa. Hanya istri yang menenangkan saya. Belum sempat saya ganti celana kotor tadi, saya harus ke tanah kuburan semula untuk mengkebumikan abang," ujarnya yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara.

Ia juga menceritakan bahwa jenazah abang sulungnya dikebumikan pada pukul 6.30 petang.

"Sangat sedih saat kehilangan dua orang tersayang dalam waktu yang singkat. Abang sehat saat menjenguk ibu. Tidak ada tanda-tanda apa pun," jelasnya.

"Ada lagi satu peristiwa aneh, di mana saya sebelum ini sempat membeli sebuah cangkul karena perintah Pemerintah. Saya beli karena hendak digunakan untuk bercocok tanam tapi ternyata belum berguna, cangkul itu disimpan saja. Tak disangka, rupanya cangkul itu digunakan untuk mencangkul tanah kubur dua insan kesayangan. Sungguh berat ujian ini untuk kami sekeluarga, saya tenang dan bersyukur, keduanya 'pergi' dengan begitu mudah," tutupnya.



SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags