1. Home
  2. ยป
  3. Creator
13 Juli 2021 12:37

Serba-serbi pendidikan seksual di Indonesia

Di dalam kurikulum pendidikan Indonesia, metode penerapan pendidikan seksual belum komprehensif, padahal hal tersebut sangat dibutuhkan. Zulfa Azmi Azizah

Kekerasan seksual adalah salah satu dari sekian masalah kesehatan reproduksi yang sedang dihadapi Indonesia. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat, sejak awal tahun 2021, terdapat 426 kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia.

Catatan tahunan Komnas Perempuan juga merilis bahwa sepanjang tahun 2020, terdapat 1.731 kasus. Di antaranya 21 % dengan kasus paling menonjol adalah kekerasan seksual sebesar 962 kasus, terdiri dari kekerasan seksual yang tidak disebutkan secara spesifik sebanyak 371 kasus, diikuti oleh perkosaan 229 kasus, pencabulan 166 kasus, pelecehan seksual 181 kasus, persetubuhan sebanyak 5 kasus, dan percobaan perkosaan 10 kasus.


Perbincangan tentang seks dipandangan masyarakat Indonesia tidak ubahnya menjadi sebuah perbincangan yang tabu. Sifat tabu ini yang pada akhirnya juga memengaruhi isi pendidikan yang membahas tentang seksualitas dan reproduksi manusia. Seperti yang kita ketahui, kurikulum sekolah Indonesia memang mengajarkan aspek-aspek kesehatan reproduksi, namun masih terbatas seperti halnya untuk tidak melakukan seks sebelum menikah. Materi yang fokus pada seksualitas, persetujuan hubungan badan dan sentuhan(consent),dan isu lain mengenai gender pun masih sangat minim dibahas.

Di dalam kurikulum, metode penerapan pendidikan seksual pun belum komprehensif serta masih bersifat abstinence-only dan biomedical. Maksud dari abstinence-only sendiri ialah menolak mengakui kemungkinan-kemungkinan yang ada pada siswa Indonesia untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Jadi, yang ditekankan adalah kita harus pro-abstinence, tidak ada berhubungan seksual sebelum menikah. Semua topik yang berkaitan dengan alat kontrasepsi, safe sex itu tidak tercakup. Bahkan, metodeabstinence-onlyhanya membahas terkait penyakit menular seksual dan HIV sebagai alasan untuk remaja agar tetap berperilaku abstinensi (perilaku seksual tanpa pasangan atau dengan menggunakan objek).

Dalam biomedical, dibahas dengan artian bukan dari isu sosialnya namun secara biologis atau medis. Tidak dibahas juga bagaimana sebaiknya kita menyikapi teman-teman yang memiliki same sex attraction. Karena hal tersebut dianggap tidak ada Indonesia. Padahal, realitanya ada di sekitar kita. Mereka juga manusia yang patut dan pantas dihargai atas dasar hak asasi manusia.

Oleh karena itu, pendidikan seksual komprehensif dibutuhkan sebagai sebuah bentuk pembelajaran mengenaipsikis, emosional, fisik, dan sosial dari perilaku seksual manusia. Pendidikan ini sebetulnya juga memperkenalkan perilaku pemantangan terhadap hubungan seksual. Namun, berbeda pendidikan seksual komprehensif diberikan dengan tujuan mengakui adanya perilaku remaja yang tidak abstinensi terhadap seks. Sehingga, dalam muatan pendidikannya pun juga mencakup tentang tata cara penggunaan alat kontrasepsi yang bertujuan mengurangi dampak negatif dari hubungan seksual, memahami dari risiko tindakan aborsi, serta mengenali bentukbentuk kekerasan dalam hubungan untuk mampu keluar dari suatu hubungan yang tidak kondusif dan membahayakan diri.

Dapat kita lihat pendidikan seksual yang komprehensif justru dapat menunda usia aktif seksual. Hal ini disebabkan orang yang memiliki pengetahuan tentang hubungan seksual dan risikonya akan menjadi lebih berhati-hati ketika memutuskan untuk melakukan hal tersebut. Namun, karena masih adanya miskonsepsi masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan seks komprehensif itu malah akan memotivasi anak-anak untuk melakukan kegiatan seks lebih awal. Hal itu tentu menimbulkan pertentangan yang berakibat menghambat dalam penyelesaian masalah.

Bagaimana caranya kita bisa meningkatkan kesadaran mengenai pendidikan seksual?

Hal yang dapat kita lakukan adalah dengan mulai dari orang terdekat kita. Dapat dimulai dengan berbincang terkait bagaimana memahami fakta-fakta dasar tentang tubuh mereka, keluarga, hubungan sosial, mengenali perilaku yang tidak pantas, mengidentifikasi pelecehan dan harus segera melaporkannya jika hal tersebut terjadi pada diri mereka. Selain itu, jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini adalah perlu melakukan edukasi untuk orang tua/orang dewasa supaya memiliki pengetahuan yang tepat tentang pendidikan seksual komprehensif, dampaknya, dan hal lain yang berkaitan.

Kajian dari Global Education Monitoring (GEM) Report, UNESCO, menilai pendidikan seksual yang komprehensif adalah cara tepat yang dapat membantu melindungi diri dari kehamilan yang tidak diinginkan, HIV, dan infeksi menular seksual lainnya, mempromosikan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan tanpa kekerasan dalam hubungan.

(brl/red)

Source:

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags