1. Home
  2. ยป
  3. Creator
23 Juli 2020 17:40

Review film Wall-E: Teknologi bukanlah solusi dari segala hal

Menengok kembali pelajaran yang dapat diambil dari film yang berkaitan dengan teknologi ini. Gorky William

Film Wall-E rilis perdana pada tanggal 27 Juni 2008 dengan genre petualangan, animasi, dan keluarga. Disutradarai dan ditulis oleh Andrew Stanton dan diproduksi oleh Walt Disney Picture, film ini pernah meraih penghargaan piala Oscar pada tanggal 22 Februari 2009 dalam kategori film animasi terbaik. Selain Piala Oscar, banyak juga penghargaan yang diraih oleh film animasi ini.


Wall-E adalah sebuah film yang menceritakan tentang akibat kondisi Bumi yang dipenuhi sampah, membuat manusia terpaksa meninggalkan Bumi. Sebelum meninggalkan Bumi, manusia membuat banyak robot pembersih yang akan membersihkan semua sampah tersebut yang diberi nama Wall-E.

Sudah 700 tahun sejak manusia meninggalkan Bumi, namun kondisi Bumi masih dalam keadaan yang sangat tidak baik. Banyak robot pembersih yang telah rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Hanya satu robot yang masih bertahan yaitu Wall-E (tokoh utama).

Wall-E memiliki ketertarikan akan benda-benda yang unik baginya, sehingga setiap membersihkan dan mengolah sampah, dia akan menyimpannya untuk dijadikan koleksi. Suatu hari, hidupnya berubah ketika ia menemukan suatu tanaman dan bertemu sebuah robot yang bernama EVE, robot yang mendeteksi keadaan Bumi. Kini, mereka mengalami petualangan besar yang membuat sejarah baru dalam kehidupan umat manusia.

Dalam film ini ada banyak pelajaran yang akan kamu dapatkan. Mungkin sebagian besar orang berpikir bahwa pelajaran berharganya adalah bagaimana menjaga lingkungan dan menjaga kebersihan. Namun, ada poin penting yang mungkin terlupakan oleh beberapa orang. Berikut adalah penjelasannya.

1. Manusia dan alam saling membutuhkan.

Dalam film ini dijelaskan bahwa akibat ulah manusia, dunia kini dalam kehancuran. Anehnya adalah, mengapa alam tidak dapat kembali ke wujudnya semula walaupun 700 tahun telah berlalu?

Dapat diambil kesimpulan bahwa film ini ingin memberikan pesan bahwa walaupun alam memiliki kekuatan yang dahsyat, manusia dengan ketamakannya bisa lebih kuat. Sampah-sampah mendominasi seluruh permukaan Bumi sehingga kekuatan alam tidak mampu untuk meregenerasi semuanya. Namun, ada satu hal yang unik.

Di akhir film ada beberapa tampilan gambar di mana manusia berhasil mengolah kembali semuanya dengan kerja keras mereka. Berarti berkat manusia, kondisi Bumi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal yang dapat dipahami adalah bila manusia memiliki ketamakan untuk menghancurkan alam, manusia juga bisa dengan kesadaran dan kepeduliannya dapat membentuk kembali alam menjadi seperti sedia kala.

Banyak orang berpikir bahwa bila manusia tidak ada dalam dunia ini, mungkin alam akan berjalan seperti biasanya. Sayangnya, dalam film ini, memberitahukan bahwa alam sangat memerlukan manusia untuk menjaga keseimbangannya. Kadang ada yang memang perlu dirusak dan ada yang perlu dibangun, demi mencapai keseimbangan.

2. Teknologi bukan solusi dari segalahal.

Teknologi akan selalu berkembang seiring berjalannya waktu dan ruang. Teknologi akan selalu memberikan kemudahan yang membuat hidup menjadi lebih nyaman, namun memberikan dampak negatif yang sangat besar.

Dalam adegan film ini, di mana manusia tidak perlu lagi menggunakan kakinya untuk berjalan, membuktikan bahwa teknologi hanya akan membawa manusia kembali ke kehancuran, jika segalanya bergantung pada teknologi. Manusia tidak melakukan pekerjaan apa pun yang mengakibatkan otot kaki mereka kini tidak dapat berfungsi dengan normal dan obesitas berlebihan.

Kemajuan teknologi yang tidak diiringi dengan moral, etika, dan eksistensi dari manusia akan membuat manusia akan semakin "malas". Bahkan, teknologi dapat memberontak bila keadaan yang diinginkan manusia tidak selaras dari apa yang diperintahkan kepada mereka.

Auto pilot yang begitu setia kepada kaptennya memberontak akibat perintah yang sebelumnya tidak sesuai. Teknologi hanya akan berjalan sesuai logika dan perhitungan matematika, tetapi manusia memiliki logika, perasaan, dan harapan akan kehidupannya

Sekian dan terima kasih.

(brl/red)

Source:

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags